Zetizen.com – Sampai saat ini, karangan bunga apresiasi terus dikirimkan kepada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat. Masyarakat Jakarta sepertinya nggak rela gubernurnya itu akan segera digantikan Anis-Sandi yang menang pilkada versi quick count. Meski fenomena kiriman bunga itu baru pertama terjadi di Indonesia, ternyata nggak cuma Ahok-Djarot yang dicintai warganya. Di beberapa negara lain, banyak sosok pemimpin yang juga diidolakan masyarakatnya. Siapa aja sosok-sosok hebat dan super inspiring itu?

Jose Mujica

Mendengar kata presiden, mungkin yang langsung terbayang adalah punya penghasilan tinggi dan hidup mapan. Eits, anggapan seperti itu malah nggak dimiliki Jose Mujica. Mantan presiden Uruguay ini justru dilabeli sebagai presiden paling miskin di dunia! Uniknya, gelar miskin ini nggak bikin rakyat hilang respect pada sosok Mujica. Mereka justru bangga dan cinta banget! Sebab, Mujica sangat peduli terhadap kesejahteraan rakyatnya.

Ternyata, hal itulah yang membuat Mujica dicap sebagai presiden termiskin. Gajinya yang sebesar kurang lebih Rp 119 juta tiap bulan cuma diambil Rp 11 juta aja. Sementara sisanya dia sumbangkan demi kesejahteraan rakyat miskin di Uruguay. Bahkan, Mujica juga tinggal dalam sebuah rumah sederhana di tengah ladang dan cuma memiliki sebuah mobil volkswagen tua sebagai kendaraan pribadi. Well, pantas aja ya rakyat jadi begitu cinta pada sosok Mujica!

Hugo Chaves

Dikenal dengan panggilan El Comandante, Hugo Chaves jadi pemimpin negara yang juga dicintai rakyatnya. Presiden dua periode di Venezuela ini dikenal memiliki sistem pemerintahan dan kebijakan yang sangat pro-rakyat. Mulai dari meningkatkan anggaran pendidikan, kesehatan, sampai mengurangi tingkat kemiskinan secara besar-besaran. Nggak cuma itu, Chaves juga dikenal berani menyuarakan pendapatnya. Dia pernah mengejutkan dunia dengan terang-terangan menyebut Presiden Amerika George W. Bush sebagai setan saat pidato sidang tahunan PBB. Tapi, karena keberanian itulah Chaves semakin dicintai rakyatnya. Saking cintanya, dinding dan rumah-rumah di Bolivia selalu dipenuhi foto Chaves. Bahkan, saat dia wafat karena kanker pada 2005, jalanan Venezuela jadi ‘penuh’ air mata dan diselimuti suasana duka selama berhari-hari.

Mahmoud Ahmadinejad

Satu lagi sosok presiden yang begitu dicintai rakyat karena kesederhanaannya. Sosok humble ini adalah mantan presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad. Presiden yang menjabat pada 2005 ini mengawali karir kepemimpinannya sebagai walikota Teheran. Selama menjabat walikota, Ahmadinejad menolak tinggal di rumah dinas. Dia dan keluarganya justru tinggal di sebuah rumah di tengah pemukiman warga agar bisa dekat dengan masyarakat.

Karena sifatnya yang konservatif dan lekat dengan nilai-nilai agama Islam, komentar-komentar tajam Ahmadinejad membuatnya cenderung dibenci politikus dunia barat. Tapi, hal ini nggak berlaku buat rakyat Iran. Dia bahkan berhasil menjadi presiden setelah mengalahkan para pesaingnya yang merupakan tokoh ulama dan punya pengaruh besar di Iran. Setelah masuk istana kepresidenan, Ahmadinejad langsung mengambil aksi. Dia menyumbangkan seluruh karpet istana Iran yang super mahal untuk masjid-masjid di seluruh negeri. Sebagai gantinya, dia memilih karpet yang lebih murah dan gampang dibersihkan untuk istana. Full of sincerity!

Mark Rutte

Menjabat sejak 2010, perdana menteri Belanda ini dikenal bijaksana dan punya rasa simpatik tinggi. Kalau kamu membayangkan sosok perdana menteri itu sulit ditemui, maka hal itu nggak berlaku buat Mark Rutte. Di mata media dan rakyat, sosok Rutte dikenal sebagai sosok yang dekat dan gampang banget ditemui. Nggak ada deh yang namanya ekslusifitas buat dia.

Meski tumbuh besar dalam keluarga mapan, Rutte nggak menjadi pribadi yang semaunya sendiri. Dia justru dikenal berjiwa ksatria dan selalu berani mengakui kesalahan. Salah satu aksi ksatria Rutte pernah ditunjukkannya buat Indonesia. Pada masa perjuangan revolusi 1947, ratusan rakyat Indonesia di Rawagede, Jawa Barat, pernah dibunuh dan dibantai tentara Belanda. Puluhan tahun setelah peristiwa itu, tepatnya 2013, Belanda di bawah kepemimpinan Rutte menyatakan permintaan maaf resmi kepada Indonesia. Bahkan, Rutte bersedia membayar kompensasi sebesar 20 ribu euro kepada beberapa keluarga korban sebagai bentuk tanggung jawab.