Are You a Zetizen?
Show Menu

Seru! Ratusan Siswa SMA Karangturi Siap Tebar Aksi Positif

Zetizen Zetizen 20 Jul 2017
Seru! Ratusan Siswa SMA Karangturi Siap Tebar Aksi Positif

Zetizen.com, Semarang - Hari pertama sekolah di SMA Karangturi Semarang pada hari Senin (17/7) terlihat seru. Tidak seperti sekolah-sekolah lainnya yang menjalani masa orientasi biasa, di Sekolah Nasional yang berlokasi di Jalan Padma Boulevard Selatan Blok F Komplek Perumahan Graha Padma, ini, kedatangan tim Zetizen yang begitu viral dengan aksi positifnya.

Ratusan siswa yang berkumpul di Teater Liem Liang Peng pun begitu antusias. Ya, bisa dibilang mereka beruntung karena kedatangan tim Zetizen dalam rangkaian Roadshow Zetizen National Challenge Go To New Zealand. Dipandu oleh Faisal, para peserta diberikan materi tentang kisah-kisah para generasi Z yang memiliki prestasi dan bermanfaat bagi lingkungannya.“Kalian tahu nggak sih Generasi Z itu apa?” tanya Faisal.

Ternyata, masih banyak yang belum tahu loh tentang apa itu generasi Z. Generasi ini, adalah sebutan bagi mereka yang lahir setelah tahun 1995. Nah, zetizen sendiri merupakan komunitas anak muda (usia 13-20 tahun) se-Indonesia. Bagi kalian yang kreatif dan memiliki aksi positif, sign up langsung deh ke zetizen.com.

Banyak informasi dan hal menarik yang bisa kalian dapat. Salah satunya dengan mengikuti National Challenge Go To New Zealand. Nah, tahun ini merupakan tahun kedua NC (National Challenge) di gelar.

Ratusan siswa Karangturi pun dibuat antusias dengan dua video yang berdurasi 7 menit dan 15 menit. Isi videonya keseruan para Alpha Zetizen perwakilan 34 provinsi saat visit beberapa tempat di New Zealand.

Salah satu generasi Z perwakilan Jawa Tengah sebagai Alpha Zetizen of The Year 2016, Raafi Jaya Sutrisna, 18, turut serta menceritakan kisahnya berkesempatan terbang ke New Zealand dan beberapa Negara eropa lainnya setelah ia mengikuti Zetizen National Challenge ini.

Kebetulan dulu saya SMK di Pati, Pati itu kan terkenal dengan salah satu produk besarnya taitu Tepung Tapioka, yang bahan dasarnya adalah singkong. Saya itu prihatin karena limbah dari singkong yakni kulitnya hanya digunakan untuk pakan ternak saja,” tuturnya dihadapan siswa Karangturi.

Nah, berawal dari keprihatinannya itulah, Raafi kemudian melakukan penelitian pada kulit singkong yang ternyata bisa digunakan untuk bahan komposit alternatif yang juga menarik perusahaan teknologi terkemuka di dunia asal Jerman, Bosch.

Bahkan ia juga sempat diundang oleh pihak Bosch usai memenangi Young Inventor Project Olympiad 2016 di Tsibili, Georgia. Ia pun mendapat kesempatan untuk mengunjungi pusat riset Bosch di Kota Stuttgart, Jerman pada 2 hingga 6 Mei lalu. Cerita Raafi ini rupanya menarik perhatian siswa untuk mengikuti National Challenge.

Kalau kita mau berusaha dan serius buat ngerjain sesuatu, hasilnya pasti juga nggak akan mengkhianati proses. Simpel kok asal mau melihat dan bisa memanfaatkan bahan-bahan yang ada aja,” ujarnya. (tsa/zal)

RELATED ARTICLES

Please read the following article