Are You a Zetizen?
Show Menu

5 Alasan Koutetsujou No Kabaneri Layak jadi Best Action Anime 2016

Zetizen Zetizen 15 Jun 2016
5 Alasan Koutetsujou No Kabaneri Layak jadi Best Action Anime 2016

Zetizen.com - anime Koutetsujou no Kabaneri jadi unggulan di akhir spring season ini dengan cerita post-apocalyptic zombie. Bahkan, serial itu digadang-gadang jadi salah satu kandidat best action anime untuk 2016 ini. Buat kamu yang masih penasaran sama anime ini, Zetizen akan kasih lima alasan istimewa dibalik  pembuatan anime tersebut. (ndy/sam)

 

1. Mastermind Di Balik Layar

Araki Tetsurou, sutradara Koutetsujou no Kabaneri . Foto: manga.tokyo

Nggak sedikit yang beranggapan bahwa plot Koutetsujou no Kabaneri hampir mirip dengan Attack on Titan. Nggak sepenuhnya salah sih. Sebab Kabaneri dan Attack on Titan dipegang oleh sutradara yang sama yakni Araki Tetsurou. Pengalamannya menggarap anime zombie series juga telah dibuktikan dari kesuksesan High School of The Dead dan Death Note.

Koutetsujou no Kabaneri sendiri merupakan proyek original story yang juga menggandeng penulis skenario anime populer Code Geass: Lelouch of the Rebellion, Ookouchi Ichiro. Dia terbukti sukses menghidupkan kompleksitas sifat antarkarakter menjadi kesatuan cerita yang disukai banyak penggemar. Kolaborasi di antara keduanya menghasilkan cerita yang nggak mudah ditebak, angle sinematik, serta layak disebut sebagai best action anime musim ini.

 

2. Chara Beragam, Cerita Makin Berkembang           

Caption

Cerita Koutetsujou no Kabaneri nggak hanya berpusat seputar Ikoma dan Mumei sebagai tokoh utama kabaneri yang membasmi kabane. Tiap episode lanjutan, para chara pendukung seperti Ayame, Kurusu, Takumi, Kajika, dll juga mendapatkan ‘jatah’ cerita dari sang kreator cerita, Ookouchi Ichiro. Uniknya, sikap masing-masing chara terkadang nggak mudah untuk diprediksi.

Pertemuan dan interaksi antarkarakter dari episode ke episode membentuk jati diri masing-masing chara, Bahkan ada juga yang akhirnya merubah sikapnya 180 derajat. Misalnya, saat sikap Mumei yang awalnya melindungi manusia, tiba-tiba berubah menuruti kakaknya, Biba yang memiliki motif kejam terhadap manusia. Galaunya masing-masing chara dikembangkan dengan apik oleh storyline Ookuchi yang khas mengangkat problematika personal.

 

 

3. More and  More Zombie Apocalypse

Zombie biasa sekadar mengincar tubuh manusia untuk menyebarkan infeksi. Namun zombie kabane lebih agresif, banyak akal, bahkan mampu berkembang menjadi monster zombie Black Smoke yang sulit dikalahkan. Mereka juga bisa membentuk koloni yang bisa dikendalikan seorang kabane maupun kabaneri. Merinding!

Sementara itu, Ikoma dan Mumei sebagai kabaneri, makhluk setengah manusia setengah kabane, juga sering mengkhawatirkan diri mereka berubah menjadi kabane beneran. Padahal mereka bertekad mempertahakan rasa kemanusiaannya untuk melindungi orang-orang di dalam koutetsujou. Yap, kompleksitas kabane sendiri malah memunculkan hal yang lebih menarik dibandingkan sebagai musuh abadi manusia.

 

4. Studio Animasi Spesialis Pos-Apocalyptic

 

 

Keputusan Araki kembali mempercayakan Wit Studio untuk proyek Koutetsujou no Kabaneri sepertinya nggak salah langkah. Kesuksesan Wit Studio menampilkan visual apik sekaligus epic dari proyek Araki sebelumnya, Attack on Titan dan serial anime lain yakni Owari no Seraph belakangan menjadikannya naik daun dan mendapat julukan sebagai rumah studio animasi spesialis genre pos-apocalypse.

Hasilnya pun sepadan dengan ekspektasi dari nama. Secara visual, Koutetsujo no Kabaneri memanjakan mata penggemar anime steampunk yang telah lama dinantikan kualitas visualnya beberapa tahun belakangan. Steampunk yangderung dark dan epik, digarap dengan detail yang kuat serta kombinasi animasi CGI yang memberi kesan dramatis.

 

5. Mengadaptasi Latar Jepang Masa Revolusi Industri

Koutetsujou no Kabaneri memanfaatkan artwork gaya steampunknya dengan mengadaptasi zaman dimana mulai banyak mesin-mesin bermunculan di masa revolusi industri dunia, bertepatan dengan zaman kekaisaran Edo di Jepang. Hasilnya, latar cerita terasa pas dan nggak terkesan lebay meski fantasi mendominasi cerita.

Pengaruh kekaisaran terlihat dari beberapa elemen seperti cara berpakaian, panggilan para prajurit, dan aturan bushi. Sedangkan influence zaman revolusi industri terlihat dari lokomotif baja, rakitan senjata steam gun, rumah zaman Edo dengan pipa industrial yang melewati rumah mereka. Disamping ceritanya tentang membebaskan diri dari serangan kabane. Perpaduan latar Western dan Jepang dalam cerita fantasi thriller. Sounds interesting, right?

 

 

 

 

 

 

RELATED ARTICLES

Please read the following article