Are You a Zetizen?
Show Menu

El Nino dan La Nina, Fenomena Penanda Perubahan Iklim

Nourma Vidya Nourma Vidya 28 Mar 2017
El Nino dan La Nina, Fenomena Penanda Perubahan Iklim

Zetizen.com – Pernah nggak sih kalian penasaran, mengapa di suatu wilayah hujan bisa turun dengan deras sedangkan di wilayah lain terjadi kekeringan? Yap, perubahan cuaca secara drastis ini ternyata nggak terjadi secara kebetulan, loh. Melainkan, hal ini disebabkan oleh sebuah siklus yang dipengaruhi oleh fenomena iklim bernama El Niño dan La Niña. Yuk, kenali lebih jauh kedua fenomena penyebab perubahan iklim di dunia ini!

 

El Niño dan La Niña Secara Umum

Ilustrasi proses terjadinya fenomena el nino dan La Nina (foto : weathergov)

Secara umum, El Niño dan La Niña bisa dijelaskan sebagai sebuah fenomena natural yang jadi bagian dari sistem iklim global. Dengan kata lain, kedua fenomena ini emang wajar banget terjadi dalam siklus-siklus waktu tertentu. Biasanya, kedua fenomena ini terjadi dalam jangka waktu dua sampai tujuh tahun sekali.

Pada dasarnya, El Niño dan La Niña sama-sama merupakan bagian dari siklus iklim yang disebut El Niño- Southern Oscillation (ENSO). ENSO adalah istilah ilmiah yang merujuk pada fenomena terjadinya perbedaan temperatur antara lautan dan atmosfer di wilayah Samudera Pasifik. Dimana saat El Niño dan La Niña terjadi, suhu air lautan Pasifik dan atmosfer di atasnya sedang mengalami perubahan dari suhu normalnya. Inilah yang mengakbatkan terjadinya perubahan cuaca dan iklim secara global. Woah!

El Niño sendiri biasa disebut sebagai fase ‘hangat’ dari ENSO, sedangkan La Niña kebalikannya yaitu fase ‘dingin’ dari ENSO. Hingga tahun 1998, fenomena El Niño tercatat pernah terjadi sebanyak 23 kali (rata-rata 4 tahun sekali), sedangkan La Niña pernah terjadi sebanyak 15 kali (rata-rata 6 tahun sekali).

 

Mengenal Fenomena El Niño

Ilustrasi proses terjadinya fenomena el nino (foto : pmelnoaagov)

Fenomena El Niño pertama kali teramati oleh para nelayan yang ada di Amerika Selatan, tepatnya di Peru dan Ekuador. Mereka melihat fenomena ini untuk pertama kali di tahun 1600-an. Terus, gimana sih El Niño ini bisa terjadi?

Usut punya usut, El Niño yang juga dalam bahasa Spanyol berarti anak laki-laki ini, biasa terjadi mulai bulan Desember. El Niño terjadi saat lautan di Samudera Pasifik bagian timur dan tengah mengalami peningkatan suhu. Akibatnya, suhu kelembaban yang ada di atmosfer sekitarnya pun juga meningkat. Hal ini mendorong terjadinya pembentukan awan yang akan meningkatkan curah hujan di sekitar kawasan itu.

Jika di kawasan timur dan tengah Samudera Pasifik curah hujan meningkat, maka kawasan baratnya mengalami kondisi yang berbeda. Tekanan udara di negara-negara bagian barat Samudera Pasifik seperti Australia, Malaysia, higga Indonesia, justru akan meningkat. Alhasil, wilayah-wilayah di barat Samudera Pasifik ini pun akan mengalami penurunan curah hujan yang ekstrem. No wonder, jika El Niño terjadi di Indonesia, bisa menyebabkan kekeringan atau kemarau yang panjang.

 

Mengenal Fenomena La Niña

Ilustrasi terjadinya fenomena La Nina (foto : pmelnoaagov)

Berkebalikan dengan El Niño, La Niña justru merupakan fenomena yang nggak bisa teramati oleh mata. Frekuensi terjadinya pun nggak terprediksi dan lebih jarang terjadi. Istilah La Niña juga berasal dari bahasa Spanyol, yang berarti anak perempuan. Sebagai opposite dari El Niño, maka La Niña merujuk pada kondisi saat perairan di wilayah Samudera Pasifik bagian timur dan tengah yang mengalamin "pendinginan".

Nah, saat suhu perairan Samudera Pasifik bagian timur dan tengah menurun, pada saat yang bersamaan tekanan udara di kawasan itu juga meningkat. Hal ini menyebabkan penghambatan pembentukan awan di wilayah itu. Sementara, di wilayah Pasifik ekuatorial barat seperti Malaysia, Indonesia, dan Australia, tekanan udaranya justru rendah. Hal ini memudahkan terbentuknya awan Cumulus Nimbus.

Alhasil, wilayah barat Samudera Pasifik ini pun akan mengalami peningkatan curah hujan. Jadi jangan kaget ya, kalau fenomena La Niña terjadi, wilayah Indonesia akan mengalami musim hujan lebat dan petir yang lebih lama dan panjang dari biasanya. Kalau udah seperti ini, potensi terjadi banjir juga semakin besar.

Agar lebih jelas mengenai El Niño dan La Niña, cek video di bawah ini, ya!

 
Mau tau mengenai fenomena musim hujan dan prediksi musim kemarau nanti seperti apa? Jangan lupa baca Halaman Zetizen Jawa Pos besok (29/3), ya!

 

Source: Oceanservice.noaa, Bom.gov

Editor: Fanny Kurniasari

RELATED ARTICLES

Please read the following article