zetizen

READ,CLICK,REPEAT

Trend

Tugas UX Writer di Balik Sebuah Aplikasi dan Website

Zetizen-Pernah tertarik ngeklik notifikasi aplikasi atau website gara-gara kontennya lucu? Thanks to UX writer, aplikasi-aplikasi favoritmu menjadi lebih menarik dan helpful. Seperti apa sih rasanya jadi UX writer? Yuk, simak kisah-kisah berikut ini! (lia/c20/rat)

Aulia Rahmani, Alterra

PROSPEK BAGUS, HARUS PUNYA EMPATI

’’Aku memulai karir sebagai UI/UX designer sejak 2014. Setelah bekerja di Alterra dan fokus ke UX designer, akhirnya aku punya kesempatan hiring UX writer. Jadi, bisa
dibilang fokus untuk grooming role UX writer sekitar dua tahun ini. Prospek kerja UX writer di Indonesia cukup bagus loh. Sebab, orang-orang nggak bisa dipisahkan dari aplikasi dalam kegiatan sehari-hari.

Buat yang mau jadi UX writer, kamu harus punya skill menulis. Mulai story telling ke user, EYD, gaya penulisan, sampai conversational writing. Sebab, seorang UX writer harus meningkatkan engagement antara produk dan user-nya. Tulisan harus to the point karena user harus langsung tahu apa yang kita maksud. Selain itu, kita harus rajin research untuk improve. Oh iya, jangan lupa rasa empati pada user ya!’’

Yandi Purnama Ajie, MTARGET

WAJIB TO THE POINT DAN KONSISTEN

’’Membuat guide untuk user pada fitur aplikasi dan bikin tulisan yang telah terbentuk dalam interface aplikasi adalah makananku sehari-hari. UX writer adalah pekerjaan yang cukup menjanjikan kok. Biasanya, perusahaan yang sudah punya kebutuhan di bidang UX cukup kompleks akan hire UX writer.

Tapi, di setiap pekerjaan ada tantangannya. Karena harus to the point, tulisan UX writer dibatasi jumlah karakter. Kita juga harus pintar-pintar menggabungkan ide dari banyak konteks. Tulisannya pun harus konsisten dan perlu testing berkali-kali agar menemukan formula microcopy yang pas untuk user. Sebab, UX writer bertugas mempermudah user menggunakan produk tanpa perlu ribet melihat tutorial dan semacamnya.’’

Thalita Jacinda, Aleph Labs

HARUS PUNYA KOSAKATA BARU TIAP HARI

Halaman: