zetizen

Kampus Menjadi Ladang Kampanye Politik?

After School

Zetizen-Pemilu 2024 jika dihitung secara tanggal rasanya memang masih jauh dari pandangan. Kendati demikian, gejolak persiapan dari berbagai partai sudah dapat dirasakan. Salah satu persiapan yang dilakukan adalah dengan meraih berbagai simpatisan. Tidak terkecuali dengan menggaet suara dari para kawula muda pada pemilu 2024. Sejalan dengan yang disampaikan oleh anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI August Mellaz yang menyatakan pemilih pada pemilu 2024 akan didominasi pemilih muda berusia 17-40 tahun,sekitar 107 juta orang atau 53-55 persen dari total jumlah pemilu.

Dari besarnya jumlah pemilih tersebut, tentu diantaranya akan ada banyak calon pemilih baru. Mereka yang baru saja menginjak usia 17 tahun dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini akan pertama kali merasakan ikut andil dalam pemilihan umum presiden dan wakil presiden. Dalam hal ini bukan tidak mungkin akan ada banyak pemilih baru datang dari mereka yang sedang mengenyam bangku pendidikan universitas. Atau yang biasa kita sebut dengan mahasiswa. 

Hal tersebut menjadikan kampus sebagai salah satu ladang kampanye yang empuk. Kunjungan dari tokoh politik dengan kedok acara yang dibalut dengan konsep sapa mahasiswa, dengar aspirasi, menjawab pertanyaan lalu berbagi sepeda tidak terasa menjadi salah satu masuknya doktrin kampanye secara halus.Perayaan penerimaan mahasiswa yang lalu juga sempat menjadi masuknya kampanye ‘halus’ yang dilakukan oleh partai.

Acara penyambutan mahasiswa baru salah satu perguruan tinggi di Surabaya sempat kedatangan tamu yang saat itu digadang-gadang akan menjadi calon dari salah satu partai. Sedikit mengherankan mengingat tamu tersebut bukanlah alumni dari perguruan tinggi yang berkaitan dan bukan merupakan sosok penting di Kota Surabaya bahkan Jawa Timur. Sama seperti agenda kunjungan ke kampus sebelumnya, agenda yang dilakukan adalah melakukan sedikit perkenalan lalu mengundang mahasiswa untuk naik keatas panggung. Dilanjutkan dengan sesi pertanyaan dan diakhiri dengan pemberian pilihan yang berbunyi, “Kamu mau laptop atau buku?”. Terlepas dari tujuan apa dibalik itu semua, kedatangan tamu tersebut memberikan sedikit hiburan dan menghadirkan gelak tawa diantara para mahasiswa baru kala itu. Tidak lupa, sesi yang singkat tersebut diakhiri dengan pemberian motivasi belajar agar kelak calon mahasiswa disana dapat menjadi sosok besar yang dapat meningkatkan status negaranya. 

Bagaimanapun juga, berpolitik bukanlah hal yang tabu ataupun harus dijauhi. Justru jika pejuang-pejuang muda sudah tidak memiliki rasa perlu untuk berpolitik, lalu kemanakah negara ini akan dibawa? Siapakah yang akan menjadi nahkodanya? Berpolitik adalah salah satu cara membawa negara ini kepada taraf nya yang lebih baik lagi. Oleh karena itu, mari menjadi pemuda yang berpikiran dewasa, pemuda yang peduli terhadap bangsanya.