Karier Waktu Awal
Dalam perjalanan awalnya sebagai animator di Toei Animation, Hayao Miyazaki tidak hanya menemukan karirnya tetapi juga sahabat sejatinya, Isao Takahata, dan bahkan menemukan cinta sejatinya, Akemi Ota. Tak lama setelah, Takahata menjadi mitra seumur hidup Miyazaki, sementara Ota menjadi istrinya.
Bekerja bersama di studio tersebut, Miyazaki memberikan sentuhan magisnya pada animasi untuk film-film yang disutradarai oleh Takahata. Namun, puncak kreativitasnya terlihat ketika Miyazaki menemukan gaya khasnya melalui manga "Kaze no tani no Naushika" (Nausicaä of the Valley of the Wind), yang kemudian diangkat menjadi film pada 1984.
Kisah Miyazaki tidak hanya tentang animasi, tetapi juga tentang persahabatan, cinta, dan penemuan identitas artistik yang memukau. Bergabunglah dalam perjalanan mengagumkan ini menuju dunia animasi yang mempesona.
Studio Ghibli: Perjalanan Epik dari Kesuksesan hingga Tantangan di Amerika
Pada 1985, setelah kesuksesan luar biasa film yang menginspirasi, Miyazaki dan Takahata mengambil langkah berani mendirikan Studio Ghibli. Tahun berikutnya, dunia dikejutkan dengan kehadiran film epik karya Miyazaki, "Tenkū no shiro Rapyuta" (Castle in the Sky).
Baca juga:
It's Summer Time!
|
Namun, ketika Nausicaä of the Valley of the Wind melintasi lautan untuk mencapai Amerika Serikat, film tersebut menghadapi tantangan serius. Dubbing dan editing yang buruk menghalangi penikmatan film ini, membuat Miyazaki ragu untuk merilis karya-karyanya di Amerika selama satu dekade.
Artikel ini mengupas perjalanan Studio Ghibli dari puncak kesuksesan hingga rintangan di pasar internasional, menyoroti ketabahan Miyazaki dalam menghadapi kendala dan akhirnya membawa keajaiban animasi Jepang ke dunia.
Meraih Kesuksesan
Pada tahun 1988, Jiwa Jepang mekar dengan kehadiran dua masterpiece animasi, "Tonari no Totoro" (My Neighbor Totoro) karya Miyazaki dan "Hotaru no Haka" (Grave of the Fireflies) yang disutradarai oleh Takahata. Keduanya tidak hanya merajai hati penonton di Jepang, tetapi juga menciptakan gelombang keajaiban di seluruh negeri.
Setelah kesuksesan itu, Miyazaki terus menorehkan kisah-kisah ajaib dengan karya-karya monumental seperti "Majo no takkyÅ«bin" (Kiki’s Delivery Service) pada tahun 1989 dan "Kurenai no buta" (Porco Rosso) pada tahun 1992. Namun, puncak prestasinya tercapai dengan film epik "Mononoke-hime" (Princess Mononoke) pada tahun 1997, yang menjadi magnet bagi penonton dan memecahkan rekor box-office di seluruh Jepang.
Baca juga:
I'm in Love with Fictional Character
|
Di balik setiap karya Miyazaki, tersembunyi ciri khasnya yang memukau: pertentangan mendalam antara manusia dan alam, yang diselipkan dalam kerangka dunia spiritual yang memikat. Ini tidak hanya sebuah film, tetapi petualangan di mana penonton diajak menyelami konflik seru antara kehidupan manusia dan keajaiban alam.
Kisah-kisah Studio Ghibli menjadi landasan bagi animasi Jepang yang tidak hanya memikat anak-anak, tetapi juga menyentuh hati para dewasa. Dengan sentuhan magis Miyazaki dan keindahan tragis Takahata, studio ini telah membentuk warisan animasi yang abadi di benak penggemar di seluruh dunia.