#3 Karakter Realistis, Kental Budaya Ketimuran
Meski pace stori dijaga cukup ketat, aksi yang ditampilkan nggak kalah menegangkan. Train to Busan masih memegang pakem film Korea yang sukses mengaduk perasaan. Beda dengan kisah zombie pada umumya dimana karakter utama digambarkan dengan sedikit unsur fantasi atau pasukan dengan misi impossible, seluruh karakter dalam film ini sangat realistis.
Kisahnya dimulai dari sang tokoh utama, seorang ayah bernama Seok Woo (Gong Yoo). Dia berusaha memahami kerinduan anaknya, Soo An (Kim Soo-an) terhadap sang ibu kandung. Lalu, ada tokoh lain, yaitu Sung Gyeong (Jung Yoo-mi), seorang wanita yang hamil besar dan suaminya, Sang Hwa (Ma Dong-sik). Mereka kebetulan bertemu Soo An di toilet kereta.
Biasanya, dalam film zombie Hollywood, karakter utama diceritakan lewat kisah dramatis, survive sendiri, dan menggempur zombie dengan alat canggih. Nah, dalam Train to Busan, sifat-sifat para karakternya kental dengan budaya timur. Saat menyelamatkan diri pun mereka tetap peduli dengan sesama. Bahkan, suprisingly, Soo An masih memperlihatkan sikap sopan santun.
#4 Suasana Klaustrofobik nan Mencekam
Seperti halnya cerita zombie apocalypse, para karakter terus-menerus dikejar zombie. Meski begitu, suasananya nggak sama seperti saat menonton World War Z (2013), Zombieland (2009), atau Walk of the Dead (2016) kok. Sebab, Train to Busan mengusung suasana klaustrofobik (terkungkung daam ruang tertutup) di dalam kereta. Latar ceritanya sangat mencekam. Semakin para karakter susah melarikan diri, hati penonton pun semakin ketar-ketir.
#5 Terbukti Berkualitas, Sempat Ditayangkan di Cannes Film Festival
Last but not least, selain beberapa kritik yang menganggap film ini kurang pas dianggap bergenre zombie, Train to Busan mendapat kehormatan untuk premiere perdana pada Mei 2016 di Cannes Film Festival, festival film yang menjadi tolak ukur jaminan film berkualitas baik.