Beruntungnya kamu yang datang ke acara PDKT kopi di Scrambler Cafe, Kemang, Minggu (19/3) kemarin (baca beritanya di sini). Di acara tersebut, para pakar kopi berbagi cerita yang langka tentang seluk beluk biji kopi. Dari hulu ke hilir, dari pohon kopi hingga menjadi secangkir kopi. Bicara tentang pohon kopi, ini fakta-fakta menariknya. Karena rasa kopi yang enak bukan dari berbagai campuran syrup, tapi dari biji kopinya!
Ini kayak pepatah super klise sih, bahwa kalau kamu mau jadi A, ya berkumpullah dengan orang-orang yang A juga. kopi juga kayak gitu kok.
Pohon kopi itu super sensitif dengan hal-hal yang ada di sekitarnya. Tanah, misalnya. Kandungan tanah tempat dia ditanaman sangat mempengaruhi rasa dari biji kopi yang dihasilkan. Selain itu, jenis tumbuhan lain yang ada di sekitarnya juga sangat mempengaruhi rasa. Bahkan sekedar paparan sinar matahari dan percikan air hujan juga berperan besar.
Waktu SD dulu kita diajarkan kalau tumbuhan butuh pupuk supaya tumbuh subur. Tapi, ini agak berbeda dengan pohon kopi. Lagi-lagi ini tentang cita rasa biji kopi yang dihasilkan. Begini, pupuk yang dianjurkan untuk mendukung pertumbuhan pohon kopi harus 100 persen organik.
Kalau mau pakai pupuk kandang, pastikan hewan-hewannya nggak memakan konsentrat, pakan ternak olahan, atau rumput ilalang. Karena makan tersebut menjadikan kotoran hewan jadi punya kandungan yang jelek untuk tanah. Kalau ada bahan anorganiknya atau kandungan yang nggak dianjurkan lainnya, kualitas biji kopi jadi nggak premium.
Jenis pupuk memang banyak banget. Mulai dari pupuk biasa sampai yang katanya kualitas super. Tapi, pupuk kompos yang bagus buat pohon kopi ya yang asalnya dari pohon kopi itu sendiri.
Sains sudah membuktikan bahwa kandung tanah yang sempurna untuk pertumbuhan pohon kopi tidak bisa didapat dari pupuk buatan, juga pupuk organik lainnya yang berasal dari sampah tumbuhan selain kopi. Iya, pupuk terbaik untuk pohon kopi didapat dari kompos alami pohon kopi langsung.
Balik lagi ke poin pertama, lahan yang sudah lebih dahulu digunakan sebagai lahan pertanian memiliki kandungan mineral dan unsur hara yang nggak utuh. Beberapa kandungannya bisa dipastikan berkurang atau bahkan hilang. Keseimbangan komposisi mineral di dalam tanah itu super penting bagi pohon kopi.
Makanya, kalau mau membuka kebun kopi, sangat dianjurkan menggunakan lahan yang sama sekali belum digunakan sebagai kebun. Pilihlah lahan dari hutan yang "terbengkalai". Hal ini menjamin ketersediaan unsur hara dan mineral yang seimbang yang dibutuhkan untuk pertumbuhan pohon kopi.
Salah satu ciri tanah yang subur itu terdapat cacing yang hidup di dalamnya. Percaya nggak percaya, cacing dan mikroba punya andil yang besar terhadap cita rasa biji kopi yang dihasilkan dari pohonnya. Serius.
Jangan salah ya, banyaknya cacing tanah dan mikroba (bukan hama) yang hidup di dalam tanah semakin membuat biji kopi punya rasa yang enak. Enak dalam artian yang sesungguhnya. Bukan manisnya sirup vanilla atau brown sugar.
Nah, makanya kalau mau menanam pohon kopi, pastikan semua indikator lahan yang bagus terpenuhi sempurna. Buat pohon kopi kok coba-coba.
Thanks God, kata Eko Purnomowidi, pengusaha kebun kopi yang menjadi pembicara dalam acara itu, sebagian besar kebun kopi di Indonesia sudah memenuhi semua syarat tersebut. Bahkan tanpa perlu dimodifikasi sana sini, lahan perkebunan kopi di Indonesia itu "organic by default". Iya, subur gembur dengan sendirinya. Nggak heran biji kopi asal Indonesia itu jadi incaran dunia! (*)