Zetizen.com - Pernah penasaran kenapa kamu bisa reflek menggerak-gerakan jari, atau kepala waktu dengar lagu dengan beat yang enak? Well, jawabannya bisa jadi karena kamu secara nggak sadar udah menikmati ritme ketukan dan bass dari lagu itu.
Buat kamu yang suka musik EDM, hal ini pasti bakal lebih terasa. Coba deh, siapa sih yang tahan buat nggak manggut-manggut atau malah nge-dance waktu dengar dentuman bass drop yang bertubi-tubi itu?
Baca juga:
Apa yang dimaksud lagu pengiring?
|
Nah pertanyaannya, apa sih yang sebenarnya bikin kita tertarik banget sama suara bass? Hmmm, jawabannya ternyata cukup rumit. Tapi yang jelas, otak kita ternyata emang udah terbiasa mendengarkan suara ber frekuensi rendah dan ber-ritme tetap sejak kita belum lahir loh! Wah, kok bisa?
Dilansir dari The Verge, Karin Stromswold, pakar kognitif dari Rutgers University, menyatakan bahwa saat organ pendengaran janin berkembang dalam kandungan, suara-suara pertama yang terdengar adalah suara berfrekuensi rendah. Misalnya suara detak jantung ibu yang teratur, atau frekuensi rendah dari getaran suara sang ibu saat berbicara.
Hal ini membuat fungsi otak yang mengatur pendengaran pun secara nggak langsung menerima rangsang pendengaran pertama dalam bentuk suara berfrekuensi rendah. Dengan kata lain, suara yang nge-bass.
Baca juga:
Belum Asyik Tanpa Musik
|
Kecintaan kita terhadap suara ber-frekuensi rendah inilah yang akhirnya bikin kita menciptakan dan menyukai struktur musik yang kaya akan suara bass. Selain itu, ternyata otak kita juga jauh lebih sensitif terhadap perubahan ritme yang muncul pada suara berfrekuensi rendah, ketimbang suara-suara harmonik atau melodi yang biasanya ada di struktur utama lagu.
Ini dibuktikan oleh Laurel trainor, Direktur McMaster Institute for Music and the Mind yang juga seorang neuroscientist di McMaster University, Kanada. Ia melakukan percobaan pada 35 orang sukarelawan. Mereka diminta untuk mendengarkan dua macam musik. Yang pertama, musik dengan baian melodi yang dibuat sedikit berantakan. Sementara yang kedua, bagian ritme dan bass-nya yang dimodifikasi.
Hasilnya, hampir seluruh partisipan menyadari kekacauan pada struktur bass dari musik. sementara hanya sedikit yang menyadari hal itu terjadi pada bagian melodinya.
"Dari hasil penelitian ini, kita bisa menyimpulkan kalau semua jenis musik itu punya dasar struktur yang sama. Mulai dari musik Indian timur sampai gamelan Jawa dan Bali, semuanya memerlukan suara bass dan ritme ber frekuensi rendah yang teratur dibalik melodi utama," Ungkapnya.
Buat yang masih penasaran, tonton aja video penjelasannya berikut ini. (rumah autocaption ke bahasa indonesia untuk subtitle)