Zetizen-Teknik merajut biasanya dihubungkan dengan desain yang kuno dan tradisional. Namun, jangan salah. Dengan permainan kreativitas dan imajinasi, kita bisa menyulap rajutan menjadi aksesori fashion handmade yang menarik dan tentunya eye-catching! Salah satu teknik merajut yang sering digunakan untuk membuat aksesori fashion adalah crochet. Yuk, kenalan lebih lanjut dengan dua local brand yang mengusung crochet sebagai konsep utamanya berikut ini! (c12/mel)
Berawal dari hobi sang owner, Fatimah Azzahrah, Miracle Crochet kini menjadi bisnis aksesori fashion yang menggunakan crochet sebagai ciri khas fashion item yang diproduksi. Beberapa fashion item-nya, antara lain, anting, kalung, tas, jepit, dan pouch. Pemilihan teknik crochet sebagai salah satu elemen utama tentu memiliki alasan tersendiri. ”Crochet itu unik karena proses bikinnya nggak main-main. Setiap model memiliki pola dan hitungannya sendiri. Dengan pola dan hitungan yang sama, kalau dibuat orang yang berbeda, bisa menghasilkan hasil yang berbeda pula,” jelas Fatimah.
Karena pembuatannya nggak mudah, harga aksesori crochet mempunyai nilai yang lebih tinggi ketimbang teknik kerajinan lainnya seperti sulam atau jahit. ”Karena punya teknik khusus jadi maklum apabila harga crochet cenderung lebih mahal. Sayang, masih banyak customer yang kurang tahu soal hal ini, bahkan ada yang coba untuk menawar harga,” tutur perempuan asal Jogjakarta itu. Buat yang ingin mulai belajar crochet, para pemula bisa belajar dari workshop yang akan diajarkan dari teknik dasar. Mulai memegang hakpen dan benang hingga belajar pola dan hitungan yang lebih rumit.
Melalui Miracle Crochet, Fatimah juga berharap kerajinan crochet tersebut bisa memberdayakan perempuan-perempuan Indonesia untuk belajar dan membuat kerajinan sendiri. Tentu bisa meningkatkan kesadaran masyarakat juga untuk lebih menghargai produk handmade.
Memiliki hobi yang dibayar tentu mempunyai sensasi tersendiri dalam mengerjakannya. Hal itu dirasakan Resti Arini, mahasiswi Universitas Negeri Malang, yang menemukan ide untuk mengembangkan bisnis yang kini diberi nama Rafty Craft. ”Pertama minta diajarin teman dan ternyata bikin nagih selama proses pembuatannya. Kebetulan waktu itu juga buat memenuhi tugas kuliahku, lalu aku tekunin buat bisnisku sekarang,” tuturnya. Melalui beberapa produk yang dikeluarkan, Resti ingin mengawamkan rajut kepada anak[1]anak muda agar lebih terlihat trendy dan gaul. Jadi, nggak ada lagi stereotipe rajut hanya untuk kalangan ibu-ibu.
Karena crochet memiliki teknik dan keunikannya sendiri, Resti mengaku juga sering menghadapi beberapa struggle ketika memproduksi item[1]nya. Misalnya, ketika hasil akhir produknya nggak sesuai dengan ekspektasi awalnya. Namun, hebatnya, Resti mengerjakan semua produknya sendiri lho! ”Aku belum punya karyawan, jadi semuanya aku kerjakan sendiri dan sering kewalahan kalau lagi banjir orderan,” ungkap mahasiswi Prodi Seni Rupa Universitas Negeri Malang tersebut. Melalui produk dan kerajinan yang dihasilkan, Resti berharap bisa menginspirasi anak-anak muda untuk terus berkarya dan tentunya bisa menjadi generasi yang menghargai karya seni. Sukses terus Rafty Craft!