Are You a Zetizen?
Show Menu

KAMPOENG DOLANAN, Lestarikan Permainan Tradisional

Narendra Mg Narendra Mg 05 Dec 2022
KAMPOENG DOLANAN, Lestarikan  Permainan  Tradisional

Zetizen-Masih ingat dengan permainan engklek atau egrang? Permainan tersebut sudah jarang sekali ditemui, apalagi pada era teknologi yang semua orang lebih tertarik dengan game online. Hal itulah yang lantas menginisiatori berdirinya Kampoeng Dolanan, komunitas yang bertujuan melestarikan permainan tradisional kepada anak-anak hingga remaja. Berdiri sejak 2016, Kampoeng Dolanan sudah mengajak hampir ribuan warga untuk belajar sambil melestarikan permainan tradisional.

”Berdirinya komunitas ini berawal ketika saya ditunjuk menjadi pembina karang taruna di kampung halaman saya. Ketika menjalankan tugas, saya sadar bahwa kemajuan Indonesia juga berasal dari kampung kecil, lalu saya berinisiatif mengajak teman-teman karang taruna dan beberapa relawan untuk menggiati permainan tradisional. Tujuannya, tentu mempertahankan budaya Nusantara dan kearifan lokal dari setiap daerah,” jelas Mustofa, pendiri Kampoeng Dolanan.

Sebagaimana namanya, Kampoeng Dolanan berada di sebuah permukiman kecil yang terletak di dekat Dipo Lokomotif Sidotopo, tepatnya di Jalan Kenjeran Gang IV-C, Simokerto, Surabaya. Bukan hanya sebagai wadah untuk bermain sambil melestarikan budaya, Kampoeng Dolanan juga memiliki program-program seperti workshop permainan tradisional, pelatihan jurnalistik, dan program pendidikan yang dinamakan Semesta Belajar, di mana semua orang bisa menjadi guru dan alam adalah sekolahnya. Nggak cuma itu, Kampoeng Dolanan juga mengajak warga sekitar dalam pemberdayaan masyarakat melalui bisnis katering yang diberi nama Dakon Cathering.

Kampoeng Dolanan juga sering melaksanakan road show bertajuk Sambang yang artinya mengunjungi. Sambang biasa dilakukan ke sekolah atau kota-kota lain. Salah satunya pada akhir tahun lalu, mereka melaksanakan tur di Pulau Jawa untuk memperkenalkan permainan tradisional selama 19 hari dengan mengendarai sepeda
motor. Selama road show tersebut, mereka juga membeli mainan yang dijual secara konvensional oleh orang-orang di berbagai wilayah untuk dibagikan lagi di daerah tujuan.

Memiliki aktivitas dan kegiatan rutin yang cukup beragam tidak melepas Kampoeng Dolanan untuk menghadapi beberapa tantangan ketika komunitas ini berjalan. Mustofa mengaku, salah satu bentuk kesulitan yang dihadapi tidak datang dari kalangan anak-anak, tetapi bisa datang dari orang terdekat mereka, orang tua misalnya. ”Contohnya, pada saat road show, kami mengenalkan permainan tarik tambang. Ada anak yang ingin bermain, tapi malah dilarang orang tuanya. Hal itu kami sayangkan karena masih banyak keluarga yang justru melarang anak mereka untuk bermain permainan tradisional. Dari situ, tugas kami adalah mengenalkan kembali permainan tradisional dengan cara yang lebih baik,” kata Mustofa.

Permainan tradisional tidak hanya menghadirkan hiburan yang menyenangkan bagi pemainnya, tapi juga memiliki makna yang penting dari setiap permainan. Misalnya saja, permainan dakon. Permainan yang berasal dari Jawa Tengah itu dimainkan dengan mengisi tujuh lubang dengan biji-bijian. Setiap kita mengambil biji dan membagikannya ke setiap lubang, sama artinya dengan saat memiliki rezeki, lalu kita bagikan kepada orang-orang terdekat seperti keluarga atau teman.

Melalui Kampoeng Dolanan, Mustofa berharap orang-orang lebih sadar akan potensi besar yang dimiliki Indonesia, terlebih mengenai permainan tradisional. ”Saya pernah dengar salah satu nasihat, jika kamu belum bisa membangun Indonesia yang besar, mulailah membangun Indonesia-mu sendiri dari kampung halamanmu. Jadi, harapan besar saya, anak-anak, khususnya remaja, bisa turut memajukan Indonesia mulai dari lingkungan sekitarnya dengan hal-hal yang sederhana. Selama itu memiliki makna yang besar, kenapa nggak?” pungkasnya. (sak/c12/mel)

RELATED ARTICLES

Please read the following article