Zetizen-Bagaimana ya kalau seandainya air bisa diubah menjadi bahan bakar untuk kendaraan bermotor? Mungkin aja kok! Pertanyaan-pertanyaan serupa juga ada di dalam benak Parsa Nayyara, siswi kelas XI di SMAN 5 Surabaya. Nggak ada yang menyangka lho kalau gadis berusia 17 tahun ini adalah seorang peneliti yang memulai risetnya sejak usia 13 tahun. (sak/c12/rat)
N: Yap! Aku kali pertama melakukan penelitian waktu SMP. Awalnya sih karena pengin tahu aja, bisa nggak ya kita charging dengan menggunakan panas yang dihasilkan telapak tangan? Eh, lama-lama doyan. Kalau sekarang aku fokus ke mikrobiologi dan biomaterial yang masih sedikit dibahas. Sejak saat itu juga aku bergabung dengan Young Scientist Journal dan National High School Journal of science yang dijalankan sesama murid SMA dari berbagai negara.
N: Hobiku emang nggak kayak cewek pada umumnya. Dari kecil aku lebih suka main balok, bongkar pasang lego, dan mengubah komposisi suatu barang untuk menciptakan barang baru. Perrelitian itu seru banget! Ya sebut saja itu adalah escape from reality. Jadi, kalau bosan dengan pelajaran sekolah, aku meneliti aja deh!
Waktu di sekolah, kita kan cuma dikasih teori tentang hasil riset dan penelitian yang sudah dilakukan para ilmuwan di masa lalu. Sayang, aku jadi susah paham karena nggak praktik langsung. Dari penelitian aku jadi bisa explore banyak topik yang belum pernah diajarkan di sekolah dengan learning by doing. Sampai akhirnya aku tahu kalau passion-ku memang di sana.
N: Bagi peneliti belia, risiko yang ditanggung kalau terjadi kesalahan terhadap hasil penelitiannya kecil banget. Beda sama penelitian saat kuliah nanti. Nah, karena aku masih SMA, aku juga punya banyak waktu untuk memperbaiki kesalahan. Nggak akan ada target nilai A, jadi nggak perlu takut mengulang. Emang sih peneliti belia sering dapat stigma buruk. Aku pernah ditanya, "Ngapain kamu meneliti bakteri? Gabut ya?" Padahal kan penelitian nggak cuma cari jawaban, tapi juga melatih problem solving! Kalau nggak dilatih dari sekarang, kapan dong?
N: Oh, nggak kok. Justru aku satu-satunya yang punya minat terhadap science di keluarga. Emang suka dari kecil. Jadi, orang tuaku hanya mendukung passion itu sambil menemani. Waktu itu solderku pernah sampai meledak saat melakukan penelitian di ruang tamu. Jadi, sekarang aku sering minta bantuan mereka saat menggunakan alat-alat elektronik, hehe.
N: Semua pasti ada suka dan dukanya. Aku beruntung banget dapat banyak dukungan dari teman-teman dan guru di sekolah. Mereka semua seperti sudah paham dengan apa yang aku lakukan. Aku sering dapat kompensasi waktu pengumpulan tugas, tapi di sisi lain aku jadi punya lebih sedikit waktu untuk main sama teman-teman.
Dari penelitian aku jadi punya kesempatan untuk merepresentasikan Indonesia sekaligus nama sekolahku di ajang International Young Scientist Innovation Exhibition Malaysia yang juga diikuti beberapa murid asal Indonesia. Bahkan, aku berhasil menyabet medali emas. Intinya sih, nggak boleh ada yang dikorbankan. Kalau bisa jalan berbarengan, kenapa nggak?