Are You a Zetizen?
Show Menu

SEKOLAH LITERASI DESA, Bersama Membangun Desa untuk Negeri Tercinta

Narendra Mg Narendra Mg 12 Dec 2022
SEKOLAH LITERASI DESA, Bersama Membangun Desa untuk Negeri Tercinta

Zetizen-Berdasar survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2018, tingkat literasi di Indonesia masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan negaranegara lainnya. Melihat permasalahan itu, para relawan ini berjuang meningkatkan budaya literasi negara kita, lho.

Sekolah Literasi Desa (SLD) terbentuk dari inisiator mahasiswa Universitas Negeri Makassar yang peduli terhadap minimnya kualitas pendidikan di sejumlah daerah di Sulawesi Selatan, khususnya di daerah marginal seperti pedesaan dan pelosok. Komunitas ini didirikan Ady Akbar, Anci, Nurhidayat, Fathul Muin, Yunion, dan Amira Azzahra.

Saat awal mula terbentuk, organisasi tersebut difokuskan di Desa Pattallassang, Kabupaten Gowa. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi program mengajar untuk siswa sekolah dasar dan siswa yang putus sekolah. Tak hanya itu, diadakan juga program penguatan literasi masyarakat seperti membaca, menulis, menghitung, teknologi, dan pendidikan kepemudaan.

Komunitas yang berdiri sejak 2 Mei 2016 itu menjadi wadah yang turut berperan dalam upaya peningkatan literasi dan menjadi ruang diskusi sekaligus ruang kolaborasi bagi anak-anak muda untuk meningkatkan kualitas diri. SLD rutin mengadakan diskusi bulanan untuk mengangkat isu-isu terkini terkait pendidikan dan literasi dengan mengundang pemateri yang kompeten di bidangnya.

”Anggota SLD awalnya ada 10, kebanyakan mahasiswa asal kampus di Makassar. Karena banyak anak muda yang tertarik dan juga seiring dengan semangat para pengurus, SLD mulai merekrut anggota secara luas dengan skala nasional,” papar Baso Samanglangi, ketua Sekolah Literasi Desa 2019–2021. Saat ini jumlah relawan SLD mencapai 300 orang yang tersebar di seluruh Indonesia dan aktif memberikan kampanye literasi di daerah mereka masing-masing.

Sekolah Literasi Desa memiliki kegiatan SLD Mengajar yang dibantu relawan-relawan melalui skema mengajar ke daerah yang sulit dijangkau. Beberapa desa yang pernah dikunjungi adalah
Desa Tabalangi, Desa Dusun Bara, dan beberapa desa lainnya. ”Salah satu pengalaman menarik kami adalah ketika melakukan kegiatan di Desa Dusun Bara. Desa tersebut hanya bisa diakses dengan berjalan kaki kurang lebih 8 jam, dengan jalan pegunungan dan nggak ada akses sinyal maupun listrik,” ungkap Baso. Namun, kendala itu semua tidak serta-merta membuat para relawan mundur, lho.

Karena buku berperan penting dalam meningkatkan literasi, SLD bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan Kota Makassar untuk melakukan pendampingan literasi. Nggak hanya itu, SLD juga punya Program One Book for Papua, yakni sebuah program untuk memberikan donasi buku ke Taman Baca Sako di Jayapura. Sejak dilaksanakan pada 2019, taman baca tersebut sudah menerima hingga ribuan buku.

Bukan cuma di bidang literasi, komunitas itu juga aktif membangun desa binaan yang bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk meningkatkan kualitas desa, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, maupun kesejahteraan masyarakat. Relawan memberikan pelatihan bagi masyarakat sesuai dengan potensi desa masing-masing agar dapat menghasilkan nilai ekonomis. Desa binaan yang tengah dibina SLD saat ini adalah Desa Bara di Kabupaten Maros.

Kalau kamu tertarik untuk bergabung dengan Sekolah Literasi Desa, kamu bisa cek akun media sosial Instagram mereka agar nggak ketinggalan informasi tentang perekrutan anggota relawan. Syaratnya mudah kok, yang penting kamu memiliki semangat mengabdi dan tertarik terhadap isu-isu literasi dan pendidikan. Yuk, kita sama-sama ”Membangun Desa, Memajukan Negeri”. (elv/c12/lai)

RELATED ARTICLES

Please read the following article