Zetizen.com - Beberapa tahun terakhir ini, industri animasi Indonesia tengah giat-giatnya menelurkan karya. Seolah nggak mau kalah saing dengan film animasi luar negeri, studio animasi lokal makin sigap menunjukkan taringnya. Sebut saja animasi terkenal, Adit & Sopo Jarwo, yang diproduksi oleh MD Animation yang kini udah sukses tayang di salah satu channel TV swasta besar. Atau Battle of Surabaya yang pernah tayang di bioskop pada Agustus 2015 lalu. Serta ada banyak lagi animasi-animasi lokal yang telah menembus kompetisi animasi internasional, seperti Hebring, finalis Blender Foundation Suzanne Award dan Kuku Rock You yang menang Japan Asiagraph 2008.
Menariknya, perkembangan industri animasi tanah air ini ternyata sukses membuat banyak studio animasi baru yang digawangi anak-muda bermunculan. Yes, kemajuan teknologi yang semakin murah dan mudah diakses membuat animasi kini bisa dijamah oleh berbagai kalangan. Salah satunya adalah studio animasi lokal asal Surabaya bernama CresentLab Animations. Berawal dari lima orang yang hobi bikin animasi dan grafis game, studio yang didirikan pada November 2014 lalu ini sekarang sudah memiliki tim berkekuatan 23 orang yang super solid. And guess what, hampir seluruh anggota tim tersebut adalah pelajar smk dan mahasiswa! Whoa!
"Tim kami terdiri dari anak-anak smk dan mahasiswa. Sebagian dari mereka datang karena ada tugas magang dari sekolah atau kuliah, namun beberapa dari mereka justru memutuskan untuk jadi kru tetap di CresentLab. Nah, kenapa kami mau terima mereka, Soalnya, anak-anak muda kayak mereka itu punya passion tinggi dalam belajar," tutur Afrizal Amri Rahman (22), founder CresentLab Animation.
Nah karena berawal dari hobi dan passion, project yang dikerjakan pun awalnya penuh coba-coba. Project pertama studio ini adalah Adri at the Undermouth World, film animasi bertema kesehatan gigi dan mulut. Pada tahun 2016 lalu, CresentLab mengujicobakan animasi perdananya itu ke kalangan pelajar Sekolah Dasar (SD). Film animasi ini nantinya akan jadi prototipe media pembelajaran dan edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut untuk anak-anak. “Meski sebenarnya masih coba-coba, nggak disangka, anak-anak SD ternyata justru suka banget sama animasi itu,” lanjut Afrizal. Menurut jurnal ilmiah yang ditulis oleh Afrizal dan Rahmatsyam, kawannya, anak-anak SD itu menganggap film animasi buatannya lucu dan menghibur. Tokoh yang paling mereka sukai adalah sang protagonis, yakni Amzar dan Adri.
Dari kesuksesan perdananya tersebut, Afrizal dan tim makin mantap melangkah. Berbekal anggota tim yang punya background cukup beragam, CresentLab Animation ternyata punya pembagian tugas yang cukup simple dan terstruktur. Afrizal dan empat founder CresentLab lainnya masuk ke dalam tim inti, yang bertugas untuk mengonsep keseluruhan animasi. Mulai dari ide cerita hingga terbentuk karakter, environment dan storyboard. “Sementara itu, tim smk bertugas di bidang produksi dan pasca produksi animasi, mulai dari modelling hingga pembuatan animasi, lalu juga video editing beserta pembuatan komposisi musik,” ujar laki-laki lulusan Desain Produk Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini.
Kerennya, meski punya banyak anggota yang berstatus pelajar, ternyata hampir nggak ada kesulitan yang berarti dalam proses pengerjaan. “Kalau di bidang ilmu animasi, justru nggak ada kesulitan, karena rata-rata mereka berasal dari jurusan animasi atau Multimedia. Yang sulit adalah ketika mereka dihadapkan dalam pekerjaan yang menuntut disiplin dan profesionalitas.” tutur Afrizal. “Tapi sebenarnya mereka lebih kreatif dari yang kita kira, jadi kadang kita biarkan juga mereka improve," Imbuhnya lagi.
Dengan kemajuan seperti itu, Afrizal punya pandangan yang cukup optimis tentang masa depan animasi Indonesia. “Hal yang paling mengganjal dalam industri animasi bukan dari mahalnya peralatan dan perlengkapan animasi, tapi lebih ke sumber daya manusia dan kurang dukungan pemerintah,” ucap pengidola Tetsuya Nomura, director film Final Fantasy 7. “Padahal sebenarnya industri animasi di Indonesia memiliki potensi yang besar dan mampu bersaing ke kancah Internasional. Hanya saja mereka kurang memiliki wadah untuk berkarya," Imbuhnya lagi.
Berangkat dari hal itu, Afrizal rupanya juga sangat ingin memotivasi anak-anak muda untuk turut mengembangkan dunia animasi Indonesia. Ia selalu menekankan kalau tidak perlu minder saat hasil animasi awal tidak sesuai harapan. Selain itu, berkumpul dan mengikuti berbagai komunitas animasi pun juga bisa jadi step penting yang mempermudah jalan kedepannya.
"Semua itu butuh proses. Tidak masalah hasil awalnya nggak bagus. yang penting ada kemauan untuk terus berlatih," Ujarnya.
Dan bukan hanya animator, setiap orang bisa berperan dalam memperbesar industri animasi Indonesia lewat berbagai cara. Sebab, sejatinya banyak aspek lain selain animator dan desainer grafis yang ikut punya peran dalam sebuah proyek animasi. “Animasi itu kompleks. Ada pembuat cerita, sketsa karakter, pembuat storyboard, musik, pengisi suara, bahkan sampai membentuk tim marketing, kalau perlu. Itulah kenapa kita perlu kolaborasi dengan banyak orang.” tutup Afrizal, mengakhiri pembicaraan.
Nah, buat kamu yang masih penasaran, berikut ini adalah beberapa contoh animasi yang udah sukses ditelurkan CresentLab Animation.
Video demo karakter CresentLab Animation
Kotak Untuk Hari Esok, yang diikutsertakan dalam lomba namun tidak berhasil masuk nominasi
Kontak
Facebook: CresentLab Animation
Instagram: @cresentlab.animation
Editor: Bogiva