Are You a Zetizen?
Show Menu

Jadi Penerjemah Lepas? Siapa Takut!

Nena Zakiah Nena Zakiah 15 Mar 2017
Jadi Penerjemah Lepas? Siapa Takut!

 

Di era sekarang, kita nggak hanya berhubungan dengan orang-orang dari negara kita sendiri, tapi juga dari luar negeri. Mau nggak mau, kita juga ‘dituntut’ untuk mempelajari bahasa asing agar bisa berkomunikasi dengan mereka. Nah, ada sebagian anak muda yang nggak cuma belajar bahasa asing, tapi juga jadi penerjemah bahasa asing! Siapa aja mereka? Simak lebih lanjut yuk!

 

Arianti Nurlita Wardani

Arianti Nurlita Wardani (Dok. Pribadi)

            Mahasiswa produktif, adalah hal yang lekat dengan image Arianti Nurlita Wardani (22). Bagaimana tidak? Sejak mahasiswa baru (maba) dulu, Arianti –sapaannya, sudah menerima jasa translate bahasa asing. “Awalnya cuma bantu-bantu temen dan saudara, lama kelamaan makin banyak yang minta tolong, bahkan mau membayar.” tutur Arianti.

            Sejak tahun 2012 hingga sekarang, Arianti terus konsisten menjalani usahanya. Sampai tahun 2016, Arianti memberanikan diri membuat akun Instagram khusus promosi jasa translate, yakni di @tatatranslate. “Sebelumnya sih promosi lewat mulut ke mulut, dan sejak pakai Instagram, semakin banyak yang pakai jasa translate-ku.” ujar gadis yang masih tercatat sebagai mahasiswi di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Negeri Semarang ini.

            Berbagai jenis tulisan telah Arianti lahap, mulai dari jurnal, naskah publikasi, artikel hingga karya sastra, seperti cerpen dan novel. “Tapi yang paling membanggakan ketika dapet orderan dari dosen buat nerjemahin jurnal internasional yang akan dipublikasikan. Dan itu sudah beberapa kali terjadi.” ujar kelahiran 9 September 1994 ini.

            Lantas, apakah di masa depan Arianti telah memantapkan diri untuk berkarir di dunia penerjemahan? “Penginnya jadi translator yang lebih profesional dan membangun kantor translation sendiri di masa depan. Dan pengen juga jadi interpreter, sekarang masih dalam tahap belajar,” ungkap Arianti seraya membisikkan doa.

 

Rosyid Anwar

Rosyid Anwar (Dok. Pribadi)

Mata kuliah translation for the specific purpose menjadi pintu gerbang Rosyid Anwar (24) untuk menyelami dunia terjemahan. Program studi Sastra Inggris yang ia dalami mengharuskannya untuk menerjemahkan bahasa asing secara profesional. “Tahun 2015, pertama kali buka jasa translate. Saat itu yang saya sasar adalah jurnal mahasiswa. Topiknya beragam, mulai dari kedokteran, hukum, hingga ilmu sosial.” ujar laki-laki yang akrab disapa Rosyid ini.

Lulusan Sastra Inggris Universitas Airlangga ini menuturkan kisahnya saat awal-awal menerima jasa terjemahan. “Awalnya sulit, apalagi harus selalu baca referensi yang cukup. Banyak istilah yang gak familiar di telinga. Tapi lama-kelamaan terbiasa juga.” lanjutnya.

Ada satu momen yang nggak pernah terlupakan di benak Rosyid. “Waktu itu, saya lagi ada program Summer Course di Amerika. Tapi, ada tanggungan translate, sudah dibayar pula jadi nggak bisa ngebatalin.” cerita laki-laki yang hobi membaca ini. “Alhasil, kemana-mana harus selalu bawa buku pesanan klien dan laptop deh, hehe.”

Namun, impian Rosyid tak hanya sebatas sebagai freelance translator saja. Ia mempunyai mimpi besar untuk jadi translator United Nation atau Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)! “Kemarin pas di New York, saya sempat main ke UN headquarter. Disana saya ketemu diplomatic translator-nya. Suatu saat ingin jadi seperti itu.” ucapnya penuh harap.

Apa pesan Rosyid bagi mereka yang ingin menjadi penerjemah juga? “Awali dari bantu teman nerjemahin, selanjutnya bisa dilanjutkan ke jenjang yang lebih serius.” tutur Rosyid. “Jangan takut! Buka jasa terjemahan kecil-kecilan, pilih tema yang ringan saja, seperti nerjemahin komik. Suatu saat pasti terbiasa.”

 

Hella Ayu Setyanida

Hella Ayu Setyanida (Dok. Pribadi)

Usia masih muda, tapi sudah punya usaha sendiri. Begitulah Hella Ayu Setyanida, atau yang akrab disapa Hella (22), pemilik Hellas Writer Corporation. Usahanya itu dibangun sejak zaman ia kuliah di Universitas PGRI Semarang, tahun 2014 silam. “Dulu, buka jasa translation buat bayar kuliah aja. Gak nyangka, bisa sebesar ini sekarang.” ucap Hella, membuka kisahnya.

Seiring berjalannya waktu, spesifikasi jasa yang ia tawarkan semakin lengkap. Tak hanya melayani jasa terjemahan dalam bahasa Inggris ke Indonesia dan sebaliknya, namun juga bahasa Jepang, bahasa Perancis, bahasa Mandarin hingga bahasa Jerman! Gak hanya itu, Hellas Writer Corporation juga melayani penulisan artikel. “Walau karyawan aku cuma tujuh orang, tapi sanggup kok mengatasi orderan dari klien yang jumlahnya nggak sedikit.” ujar gadis lulusan jurusan Pendidikan Bahasa Inggris ini.

Selama lebih dari empat tahun jadi translator, Hella telah menerjemahkan berbagai jenis tulisan. Mulai dari jurnal, naskah akademik, dokumen perusahaan, hingga buku. “Tapi yang paling membanggakan sih ketika saya dapat job nerjemahin subtitle film. Selain seru dan menghibur, honornya juga lumayan.” tutur Hella.

Apa pendapat Hella terhadap masa depan seorang translator? “Di era sekarang, profesi penerjemah itu sangat dibutuhkan, sayang belum banyak orang yang mau menekuninya. Apalagi di awal, butuh usaha keras buat dikenal dan dipercaya.” ujar  gadis berkacamata ini. “Tapi, kalau kita sudah punya ‘nama’, justru orang-orang yang akan berbondong-bondong memakai jasa kita.”

Hella menuturkan, keberanian adalah hal yang mutlak dimiliki ketika ingin memulai usaha translation. “Berani mencoba aja, kita nggak pernah tau seberapa baik skill tanpa mencoba atau mengetesnya. Mungkin semua penerjemah awalnya ragu-ragu, ngerasa gak cukup kompeten.” lanjut Hella lagi. “Tapi, kalau konsisten dilakukan, pelan-pelan kualitas terjemahan kalian membaik dan bisa jadi ahli, suatu hari nanti.”

RELATED ARTICLES

Please read the following article