”PUISI adalah luapan emosi dan ekspresi yang nggak selalu bisa dipendam. Sehingga, Puisi harus ditulis, bahkan dibacakan,’’ ujar Muhammad Ade Putra. Sastrawan muda itu menulis Puisi sejak usia sembilan tahun. Puisi pertamanya yang dimuat di media massa remaja di Riau hanya berisi kalimat: Duri itu tertusuk di kaki ibu. Wow! Singkat, tapi sarat makna.
Awalnya, Ade mengikuti Komunitas Sastra Pena Terbang. Di sana dia bertemu banyak penulis hebat, salah satunya Muhammad Asqalani eNeSTe, sosok pertama yang mengenalkan Ade pada sastra sekaligus orang yang mengajari Ade baca tulis. Eits, yang diajarkan bukan baca tulis biasa loh! Melainkan menggunakan pendekatan puisi! Asqalani jugalah yang sering membelikan buku dan mengajak Ade menghadiri festival sastra.
Keluarga Ade nggak punya latar belakang sastrawan. Tapi, melihat Ade tertarik pada dunia sastra, keluarganya mendukung penuh. Karena akrab sejak kecil, Puisi pun berperan penting dalam hidupnya, yakni sebagai media terapi saat dia sedih dan bahagia. Bahkan, dengan puisi, Ade bisa memenuhi kebutuhannya tanpa membebani orang tua dan membuatnya lebih mencintai diri sendiri.
”Waktu kecil aku kesulitan mengakses buku. Kalau mau baca harus ke perpustakaan provinsi yang jauh dari rumah. Harus naik bus dan transit tiga kali. Itu pun aku nggak punya kartu anggotanya karena nggak paham cara membuatnya. Jadi, aku harus cepat-cepat baca di tempat. Untungnya, aku punya tekad kuat untuk belajar sastra dan mengampanyekan literasi, konservasi, dan toleransi,’’ kenang cowok asal Riau itu.
Untuk mendapat inspirasi, Ade biasa jalan-jalan ke pedalaman seperti Talang Mamak, Gunung Kidul, Cipang, dan daerah Indonesia lain. Perjalanan tersebut terbukti berhasil membuka pikiran Ade tentang luasnya dunia. Dia mendapat pelajaran baru dari orang-orang di pedalaman loh. Sambil jalan-jalan, Ade juga mengampanyekan baca Puisi dan mengajari anak-anak yang dia yakini punya power di masa depan.
”Saat kali pertama ikut lomba, aku harus memberanikan diri bersaing dengan penyair berpengalaman. Hingga akhirnya 2017, aku mendapat anugerah kebudayaan dan penghargaan maestro seni dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam kategori remaja berkat dedikasi dan pengabdianku sebagai penulis dan penyair. Aku juga dikirim ke Belgia loh untuk mengenalkan budaya Indonesia dalam Eropalia Art Festival Internasional,’’ lanjutnya.
Oh iya, Ade juga jadi inisiator platform Berita Esok Hari yang bertujuan untuk menggiatkan semangat nasionalisme dan toleransi kepada remaja dengan pendekatan literasi. Berita Esok Hari mengadakan banyak program seperti diskusi, sharing session dengan pemuda berprestasi, dan workshop yang mempelajari berpikir kritis dalam toleransi dan literasi.
Selain menulis puisi, Ade menulis esai dan menjuarai Essay Kebudayaan se-Sumatera yang dikaji Balai Pelestarian Budaya Kepulauan Riau. Cerpen, novel, dan naskah skenario juga dia garap. Kini karyanya yang telah dibukukan, antara lain, Timang Gadis Perindu Ayah Penanya Bulan, Hikayat Anak-Anak Pendosa, Kepompong dalam Botol, Anak-Anak Melayu Dilarang Menangisi Pertiwi, dan Anak dari Hulu. Wah, multitalenta ya! (arm/c13/rat)
Zetizen-Puisi adalah karya sastra indah dan penuh makna tersirat yang digunakan sang penulis untuk mengungkapkan isi hatinya. Karena itu, cara bacanya beda dari pidato atau karya sastra lain. Meski terbilang sederhana dan bisa dilakukan semua orang, baca Puisi dianggap berhasil saat maknanya tersampaikan dan audiens terbawa suasana. Yuk, lihat tip dan triknya! (arm/c13/rat)
Puisi bersifat misterius dan maknanya imajinatif. Bisa jadi satu kata punya makna yang jauh dari makna sebenarnya. Karena itu, kamu perlu mempelajari isi dan maknanya. Beberapa hal yang dipertimbangan adalah latar belakang penulis dan suasana saat Puisi itu ditulis. Setelah tahu, kamu bisa menentukan Puisi tersebut lebih cocok dibaca tegas, sedih, atau penuh emosi.
Jangan baca dengan nada datar! Intonasi merupakan tinggi rendahnya nada pada kalimat yang memberikan penekanan pada nada, dinamik, serta tempo. Kamu juga harus memperhatikan irama, mimik, kinesics, dan volume suara yang sesuai. Dengan begitu, emosi akan tersampaikan dan pembacaan puisimu nggak akan membosankan.
Menuliskan beberapa tanda dalam Puisi dapat membantumu memahami kesesuaian intonasi. Tanda tersebut bisa meliputi tanda nada datar, nada naik, nada turun, dan tanda untuk kata-kata penting. Tandai juga bagian yang harus dibaca lembut atau keras. Berikan tanda tertentu di bagian kata untuk berhenti sebentar, agak lama, dan berhenti lama.
Mengekspresikan Puisi juga termasuk hal penting. Karena nggak mudah mem[1]praktikkannya, kamu perlu banyak berlatih dengan meningkatkan perasaan. Keberhasilan dalam meningkatkan perasaan tentu akan berdampak pada suksesnya penentuan mimik wajah yang kamu tampilkan. Kamu juga akan terbiasa memahami dan menghayati perasaan dan suasana puisi.