Zetizen-Web terus berkembang semakin kompleks. Hal itu membuat tugas seorang developer menjadi lebih spesifik. Nggak lagi membangun keseluruhan web, tetapi berfokus pada bagian tertentu. Nah, kali ini Zetizen bakal ulik salah satu spesialisasi kerja web developer. Ada Calvert Tanudihardjo yang bakal sharing pengalaman magangnya sebagai back-end developer. (elv/c12/lai)
Z: Keseharian seorang back-end developer seperti apa sih?
C: Back-end developer membuat , mendokumentasikan API (Application Programming Interface), dan mengelola serta melakukan optimasi database dari sebuah website atau aplikasi. Kami juga membuat sistem keamanan yang baik agar web nggak mudah diserang. Di beberapa perusahaan, seorang back-end developer bertugas melakukan integrasi ke cloud.
Z: Komponen apa aja yang mendukung profesional back-end developer?
C: Biasanya ada tiga komponen. Yakni, language, framework, dan tool. Language yang biasa digunakan itu Java, JavaScript, Golang, Python, PHP, dan Ruby. Kalau framework untuk mendukung perkembangan website, ada Spring, Express.js, dan Django. Macam tools ada banyak. Di antaranya, Postman dan Swagger untuk mengelola API, Git dan GitHub, serta Visual Studio Code. Itu juga dibantu dengan database SQL dan NoSQL. Well, setiap komponen punya tingkat kepopuleran tersendiri. Pemilihannya pun bergantung pada berbagai aspek seperti kecepatan dan compatibility.
Z: Perlu belajar apa aja untuk menjadi back-end developer?
C: Secara soft skill, penting untuk memiliki kemampuan problem solving, analisis, detail oriented, komunikasi, kerja sama, dan mau terus belajar mengikuti perkembangan teknologi. Untuk teknis, kamu wajib memahami konsep dari web server, database, mengelola API, dan tentu keterampilan pemrograman yang baik.
Z: Kemampuan tersebut kamu pelajari dari mana?
C: Di perkuliahan, aku dapat banyak ilmu yang bisa mendukungku di dunia profesional. Aku juga aktif di beberapa organisasi, khususnya di bidang IT. Salah satunya, terlibat dalam pembuatan platform penilaian kinerja mahasiswa dalam kepanitiaan yang sudah digunakan lebih dari 8.000 penilaian, 700 mahasiswa, dan 30 acara berbeda.
Banyak banget sumber belajar yang bagus di internet. Baik berbayar maupun gratis. Kamu juga bisa coba ikut boot camp berkualitas di Indonesia seperti Hacktiv8, Alterra Academy, dan Bangkit (Google).
Z: Kesulitan apa yang mungkin ditemui dan bagaimana mengatasinya?
C: Salah satunya ada pada technology stacks yang digunakan. Setiap perusahaan memiliki tech stacks yang berbeda dan menyesuaikan kebutuhan masing-masing. Misalnya, Tokopedia menggunakan Golang, sedangkan Blibli.com menggunakan Java sebagai bahasa pemrograman back-end.
Untuk mengatasi kesulitan yang ada, aku banyak belajar mengenai tech stacks yang sedang tren dan mengimplementasikannya pada proyek yang kubuat mandiri.
Z: Bagaimana prospek karier back-end developer ke depannya?
C: Setiap pekerjaan di bidang IT punya prospek yang baik di masa depan. Hampir semua perusahaan memanfaatkan teknologi sebagai alat menjalankan bisnis. Apalagi jumlah unicorn di Indonesia makin meningkat. Banyak perusahaan yang membuka posisi di bidang ini. Jadi, manfaatkan kesempatan untuk belajar dan meningkatkan skill!