Are You a Zetizen?
Show Menu

TUNAS MUDA PEMIMPIN INDONESIA (TMPI)

Pandu Padarwin Pandu Padarwin 29 Apr 2017
TUNAS MUDA PEMIMPIN INDONESIA (TMPI)

TUNAS MUDA PEMIMPIN INDONESIA (TMPI)

Oleh: Dhita Yoana

Sekretariat Forum Anak Nasional

 

 

Tentu kita sering mendengar atau melihat kata muda disandingkan dengan kata pemimpin, keduanya menghasilkan perpaduan yang menarik. Karena kepemimpinan adalah hal yang harus dibangun sejak dini, yang muda menjadi sorotan. Anak-anak inilah calon penentu peradaban di kemudian hari. Ketika seseorang di usia muda sudah mampu atau tampil sebagai pemimpin, itu berarti suatu negara siap untuk melangkah maju.

Bagaimana dengan Indonesia? Sebagaimana masalah banyak negara di dunia, anak-anak di Indonesia juga masih kekurangan ruang aktualisasi, kesulitan untuk berkembang menjadi orang dewasa yang berhasil. Bahkan, persepsi orang-orang dewasa terhadap anak masih berkutat pada anggapan bahwa anak-anak adalah kelompok tidak penting, tidak dapat memberikan solusi karena bukan termasuk kelompok profesional. Padahal, beberapa penelitian menunjukkan, program yang menginspirasi, memotivasi, dan meningkatkan partisipasi anak-anak dalam komunitas atau masyarakat dapat berguna dalam mempertahankan demokrasi yang sehat. Salah satu program partisipasi anak yang berguna adalah mengembangkan kepemimpinan di kalangan anak muda, baik untuk menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri maupun teman sebayanya. Program kepemimpinan untuk anak tersebut penting karena membantu anak-anak memiliki daya tahan emosi yang lebih baik, memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik, dan memainkan peranan penting dalam lingkungannya.

Keberadaan anak Indonesia, yang memiliki jiwa kepemimpinan dan mampu menempatkan diri sebagai solusi dari permasalahan lingkungannya, tentu patut di apresiasi. Apresiasi tersebut diharapkan mampu memacu untuk berbuat lebih banyak lagi serta memberikan contoh atau menjadi role model positif bagi anak-anak lainnya. Semakin banyak anak-anak Indonesia yang menjadi solusi bagi permasalahan lingkungan sekitar, maka hal itu akan semakin mendekatkan Indonesia pada kesejahteraan.

Tunas Muda Pemimpin Indonesia (TMPI) merupakan salah satu upaya untuk mencari bibit-bibit emas Indonesia dalam bentuk penganugerahan bagi anak-anak Indonesia yang telah berproses, peka, dan peduli terhadap fenomena dan berbagai permasalahan di sekitarnya. Anak yang diberi anugerah TMPI adalah anak yang telah berperan aktif dalam menyelesaikan permasalahan dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Penghargaan diberikan oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Republik Indonesia.

Pemberian penghargaan TMPI sudah berlangsung sejak tahun 2004. Saat itu TMPI bernama Pemimpin Muda Indonesia yang diadakan oleh KPPPA bekerjasama dengan United Nation Children’s Fund (UNICEF). Kemudian, pada tahun 2011, diubah menjadi TMPI dan hanya diselenggarakan oleh KPPPA. Anugerah TMPI sudah diberikan kepada 72 anak-anak Indonesia dari berbagai daerah, yang kini tergabung dalam Ikatan Alumni TMPI atau IKA TMPI.

Tentu kita bertanya-tanya, apa pengaruh dari penghargaan TMPI bagi penerima maupun bagi masyarakat? Yuk, kita simak pengalaman para penerima anugerah TMPI.

 

Desi Rahmawaty : Dari Ambon untuk Indonesia

 

“Semenjak mendapat penghargaan TMPI, saya merasa harus berbuat lebih banyak, harus lebih bermanfaat. Saya terus mengajak teman-teman lainnya untuk berkegiatan positif,” kata Desi, penerima Penghargaan TMPI 2012.

 

Desi berasal dari Masohi, Ambon. Sejak SMP, ia sudah membuka kelas belajar Bahasa Inggris untuk teman-teman di sekitar rumahnya. Saat itu ia bersekolah di SMPN 1 Masohi, yang terkenal unggul dalam Bahasa Inggris. Desi pun berpikir untuk membagikan ilmu yang ia peroleh. Selain itu, Desi juga membuat rumah baca di salah satu ruangan rumahnya. Buku-buku untuk Rumah Baca, dia peroleh dari hasil berjualan kue-kue yang dibuat sendiri atau bersama teman-temannya.

 

Desi bergabung dalam Forum Anak, dan menjadi Ketua Forum Anak Provinsi Maluku periode 2010-2012. Selama menjadi anggota Forum Anak Provinsi Maluku, Desi dan teman-temannya aktif menyuarakan tentang perdamaian dan toleransi. Pengalaman itulah yang dituangkan Desi dalam karya tulisnya saat mengikuti ajang pemilihan calon penerima anugerah TMPI, yang ia ketahui dari internet.

 

Desi atau yang lebih sering disapa Mbak Ambon ini, kini telah menjadi mahasiswa Farmasi Universitas Islam Indonesia. Setelah mendapat penghargaan TMPI ia melakukan lebih banyak kegiatan-kegiatan positif, di antaranya ia membentuk komunitas YOURFRIEND (Youth Organization For Children) bersama teman-teman kampusnya. Kegiatan YOURFRIEND fokus pada isu pendidikan, mengajar anak-anak di lingkungannya, mengajar anak-anak jalanan, membuat bengkel kertas (tempat mendaur ulang kertas), menjual produknya, dan membelikan buku-buku bacaan untuk dibagikan pada anak-anak. Ia juga melakukan beberapa trauma healing pada anak-anak dengan situasi khusus, seperti membantu pemulihan anak-anak korban penggusuran, anak-anak pasca bencana banjir di Jakarta, Banten, Jepara, Maluku, dan korban tanah longsor di Garut.

Sejak 2014 sampai saat ini, Mbak Ambon aktif mendampingi anak-anak yang berhadapan dengan hukum bersama Yayasan Sahabat Lapas. Dia juga aktif bergabung dalam kerja bakti pendidikan bersama masyarakat korban letusan Gunung Merapi, yang direlokasi ke Desa Pelem di Lereng Merapi. Di daerah Merapi, Mbak Ambon menginisiasi pembuatan rumah baca Lereng Merapi, dengan tujuan agar anak-anak mempunyai aktivitas positif sepulang sekolah. Misalnya, membaca. Kegiatan di rumah baca ini lebih ditekankan pada pendidikan yang tidak banyak didapatkan di sekolah, anak-anak diajarkan hal-hal yang mengasah kreativitas, mengajak anak aktif, kritis, dan inovatif. Contohnya, dengan membuat kreasi dari bahan bahan yang tidak terpakai, mendongeng, dan lain-lain. Mbak Ambon juga berkolaboraasi dengan pemuda desa dan relawan mahasiswa UII untuk melaksanakan kegiatan rumah baca Lereng Merapi.

Beberapa bulan lalu, Mbak Ambon melakukan sosialisasi hak-hak anak pada 180 anak di Nabire, Papua, bersama tim dari KPPPA. Mbak Ambon juga menjadi narasumber di kegiatan RUBI (Ruang Berbagi Ilmu) Program Indonesia Mengajar untuk berbagi mengenai bagaimana mengasah kecerdasan anak melalui metode yang menyenangkan pada perwakilan guru-guru di Bojonegoro.

Wanita kelahiran 26 Desember 1994 ini sekarang aktif sebagai staf Kajian Aksi dan Strategis di ISMAFARSI (Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Indonesia). Selain itu, Desi juga aktif di PERS Mahasiswa UII, dan menjadi Koordinator Ikatan Tunas Muda Pemimpin Indonesia (IKA TMPI).

Rencana program ke depan yang ingin dilakukan ialah Sehat Bareng-Bareng, yang akan fokus pada kampanye hidup bersih dan sehat untuk anak; Sekolah Anak Laut, yang akan fokus pada kampanye menjaga kebersihan pantai, mengelola sumber daya pantai, dan mengenal bahari; juga Rumah Baca Anak Pesisir yang fokus pada gerakan literasi bagi anak-anak pesisir.

Penghargaan TMPI membuat Desi tetap semangat untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Menurutnya, TMPI merupakan langkah baik pemerintah untuk mempersiapkan estafet kepemimpinan Indonesia. Ia berharap TMPI dapat melahirkan pemimpin-pemimpin yang berkarakter baik. Desi berharap TMPI semakin banyak memberi apresisasi pada anak Indonesia dan semakin banyak menginspirasi anak Indonesia untuk turut serta dalam pemilihan TMPI.

“Milikilah hati yang besar, pikiran yang luas, dan tindakan yang nyata. Bermimpi dan beranilah mewujudkannya, karena anak-anak adalah wujud Indonesia di masa depan,” pesan Desi bagi anak Indonesia.

 

Pandu Dharma Wicaksono: Pantang Menyerah Hingga Akhir

 

Pandu Dharma Wicaksono dari Balikpapan, Kalimantan Timur, adalah salah satu penerima anugerah TMPI tahun 2014. Sejak 2011, Pandu aktif di Forum Anak Balikpapan dan menjadi ketua Forum Anak Balikpapan di tahun 2012.

Pandu bercerita, proses menjadi penerima anugerah TMPI itu sendiri ia lakukan selama 4 tahun. Berkali-kali gagal dalam proses seleksi pemilihan TMPI, tak membuat Pandu patah semangat. Paling tidak, tiga kali Pandu mengirimkan karya tulis untuk ikut serta pemilihan TMPI. Pada tahun 2011, saat pertama kali mendapat informasi tentang TMPI, Pandu mengikuti seleksi TMPI tingkat Provinsi terlebih dahulu. Sayangnya, saat itu ia mendapat posisi kedua, sehingga berkasnya tidak sampai ke tingkat nasional. Selanjutnya, tahun 2012, Pandu mengirim karya tulis lagi ke panitia nasional, menjadikan Pandu masuk 10 besar TMPI tingkat nasional kategori SMA. Namun, sayangnya, sekali lagi Pandu gagal karena yang diberi penghargaan hanya 3 besar setiap kategori. Pandu kemudian aktif mengembangkan Forum OSIS Balikpapan, ia juga mengembangkan kelompok peduli lingkungan, yang ia namakan Green Generation pada tahu 2013.

Pandu sempat merasa putus asa dan tidak mengikuti seleksi TMPI di tahun 2013. Baru saat kelas 3 SMA di tahun 2014, ia memutuskan ikut kembali ajang pemilihan TMPI. Saat itu di akhir usia anak, ia ingin memberikan hadiah untuk orang-orang di sekitarnya, lingkungannya, dan provinsinya. Pandu juga ingin memacu teman-teman dan anak-anak lainnya untuk bisa bergerak dalam hal-hal yang baik dan positif. Kali ini, kegigihan dan sikap pantang menyerah Pandu membuahkan hasil. Pandu memperoleh penghargaan TMPI di tahun 2014.

Uniknya, anugerah TMPI bukan menjadi akhir kepuasan, yang melenakan Pandu. Sebaliknya, anugerah TMPI justru menjadi tamparan keras bagi Pandu untuk lebih berkomitmen. Pandu pun semakin berkomitmen mengembangkan Green Generation. Kini, Green Generation sudah tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Sasarannya adalah anak-anak SMP dan SMA, bahkan sedang dikembangkan Green Generation Junior dengan sasaran anak-anak TK dan SD. Kegiatan yang dilakukan adalah menanamkan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan melalui aksi nyata, seperti gerakan membawa tumbler, gerakan menanam pohon, gerakan pengelolaan sampah, dan aksi hijau lainnya.

Sebagai fasilitator anak, Pandu fokus di isu APIFA yakni Adaptasi Perubahan Iklim Fokus Anak. Menurut mahasiswa Komunikasi UGM ini, TMPI harus tetap ada dan berkembang. Pandu berharap setiap orang memberikan semangat dan dukungan pada semua elemen yang terlibat untuk terus memantau keberlanjutan perkembangan penerima anugerah TMPI. Manfaat TMPI diharapkan bisa lebih luas lagi, terutama setelah seseorang terpilih sebagai penerima anugerah TMPI. Pandu juga berharap TMPI bisa lebih banyak diketahui anak-anak muda Indonesia, sehingga lebih banyak lagi yang ikut serta proses seleksi TMPI. Semua anak Indonesia dengan kategori dibawah 18 tahun memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan anugerah ini.

“Jadilah anak-anak muda yang punya tekad kuat, niat yang baik, dan usaha yang sungguh-sungguh.” Pesannya selaku Ikatan Alumni TMPI untuk anak-anak Indonesia.

 

Cerita Desi dan Pandu memberikan gambaran bahwa penganugerahan TMPI merupakan salah satu upaya pemerintah (KPPPA) yang dapat mendorong anak-anak Indonesia untuk terus memberikan manfaat bagi sekitar dan memperluas kebermanfaatan tersebut.

Di tahun 2017 ini Penganugerahan TMPI kembali dilaksanakan. Pemilihan calon penerima anugerah TMPI dimulai tanggal 10 April 2017 sampai dengan 2 Juni 2017. Penganugerahaan TMPI ini bisa diikuti oleh semua anak Indonesia yang berusia kurang dari 18 tahun. Apakah kamu Tunas Muda Pemimpin Indonesia berikutnya? Ayo, persiapkan dirimu!

 

Informasi lebih lebih lengkap mengenai Penganugerahaan TMPI 2017 silahkan hubungi :

 

HP/WA       : 085345505076 (Pandu)

Instagram          : ika_tmpi

FB              : Ikatan Alumni TMPI

RELATED ARTICLES

Please read the following article