Zetizen.com – tren fashion saat ini makin beragam. Nggak perlu jauh-jauh melihat fashion runway, selebgram jaman sekarang juga bisa tampil kece dengan dandanan yang outstanding. Tapi tahu nggak sih kamu, ternyata dibalik perkembangan tersebut, ada beautypreneur yang berinovasi untuk memperkenalkan tren beauty terkini kepada khalayak.
Well, siapa sih beautypreneur itu? Mereka ini adalah orang-orang yang nggak hanya punya usaha di dunia kecantikan, namun juga sebagai seniman di balik penampilan super nge-hits. Kini, profesi di industri kecantikan udah semakin banyak diminati di Indonesia. Nggak hanya sebagai profesi yang menawarkan jasa dan produk untuk bikin cantik, tapi juga sebagai pelaku terciptanya tren-tren baru yang makin digandrungi Beauty enthusiast di Indonesia.
Ciptakan tren Rambut Colorful
Salah satu beautypreneur Indonesia, Merrie Elizabeth, bersedia bercerita banyak mengenai profesinya saat ditemui tim Zetizen. Pemilik BloBar hair Salon itu sukses menjadikan butik Salon miliknya sebagai pionir Salon spesialis hair coloring di Indonesia. Kecintaannya pada hair beauty jadi motivasinya untuk menggebrak tren kecantikan Indonesia dengan rambut colorful sebagai fokus utamanya.
"Karena buat aku, rambut itu nggak selalu harus hitam. Persepsi cantiknya Indonesia kan rambut hitam kulit putih. Padahal, rambut itu media untuk mengekspresikan diri, karakter, atau identitas," tutur Merie.
Di Indonesia, hair coloring sudah lama menjadi menu yang ada di berbagai salon, bahkan di level sekaliber Salon ternama. Namun belum banyak yang berani membawakan tren rambut colorful. Saat itu, kebanyakan jasa hair coloring di Salon ternama masih berada di jalur aman menggunakan warna merah, blonde, maupun kecokelatan. Sedangkan, peminat tren rambut warna-warni sudah semakin banyak.
"Maka dari itu, sewaktu aku lihat tren luar, I know it's going to be huge and cool," ujarnya. Terinspirasi dari kiblat hairstyle di Amerika dan Korea Selatan, Merrie dan tim stylist membuat tren rambut yang jadi most wanted saat ini yaitu ’50 shades of grey’ dan ‘unicorn summer hair’.
Tidak Berhenti Berinovasi Meski Dijiplak dan Dijudge
Memulai bisnis di ranah kecantikan tentu nggak lepas dari suka duka berkarya dalam menciptakan tren baru. Awalnya, bisnis butik Salon yang menawarkan jasa khusus hair coloring nggak ada pesaing. Namun menurut beautypreneur yang memulai usahanya mulai tahun 2014 tersebut mengatakan, tren yang muncul sekarang ini justru banyak yang menjiplak dari segi konsep dan ide produk jasa yang dihasilkannya.
Nah, karena peminat salonnya dari kalangan yang berpenampilan formal semakin banyak, Merrie berkreasi menciptakan tren peek a boo hair. "Peek a boo hair itu tren yang kuciptakan sendiri karena banyak klien kalangan dokter, PNS, bahkan pramugari nggak bisa bebas mewarna rambutnya. Meski makin kesini, juga banyak yang meniru," terang Merrie. Selain itu, tantangan yang dihadapinya adalah mengurus manajemen sumber daya, serta komplain pelanggan jika mereka merasa kurang puas.
Menurut perempuan yang terpilih sebagai tokoh muda Forbes Under 30 Asia itu, ranah profesi beautypreneur nggak hanya soal bikin bisnis besar seperti mendirikan salon. "Yang dikatakan sebagai beautypreneur itu pokoknya bekerja di bidang beauty untuk diri sendiri. Bisa make-up artist, bikin lini kosmetik, beauty consultant, atau beauty influencer yang channel Youtube soal Beauty juga bisa dikatakan sebagai beautypreneur. Itu semua perlu manajemen waktu," tambahnya.
Itu sebabnya, karir beautypreneur bergantung pada karya yang bagus dan memiliki karakter. “Inovasi nggak boleh berhenti. Nggak boleh patah semangat dan berhenti saat tahu karya kita di-copy. Dan sudah siap untuk di-judge oleh audiens,” ungkap Merrie lebih lanjut mengenai kiat suksesnya.
Sama halnya dengan bisnis lainnya, menjadi seorang beutypreneur juga perlu memperluas networking dengan orang-orang yang ada di dunia kecantikan. Maka dari itu, karya pun juga harus menonjol. “Perbanyak konten dan menghasilkan karya yang bagus, karena karya yang bagus akan memudahkan kita untuk melakukan networking. Kalau nggak ada modal karya yang bagus dan menonjol untuk dibahas kayaknya agak susah untuk membangun networking. Hasilkan karya yang bagus, networking bisa menyusul,” tutupnya. (ndy/giv)