Manado, Zetizen.com – Misi kesehatan dan kemanusiaan menjadi tanggung jawab yang dipikul setiap dokter. Setelah menempuh pendidikan, berbekal ilmu pengetahuan serta niat tulus, seorang dokter mengabdikan dirinya bagi kesehatan masyarakat. Dimanapun dia ditempatkan, di kota, di desa, atau di daerah pedalaman sekalipun, misi kemanusiaan akan tetap dipegang teguh. Seperti kisah dokter Marthin Fredrik Mitaart yang dituangkan lewat tulisan-tulisan inspiratifnya di social media.
Dokter yang bertugas di Kabupaten Tolikara, Papua, ini harus menghadapi serangkaian tantangan di daerah pedalaman. Namun, tekad, niat, dan doa yang mengalir dalam setiap derap langkahnya menjadi motivasi terbesar saat dia mengemban tugas sebagai dokter di daerah pedalaman. Lewat catatan-catatan yang dituliskannya via online, kita bisa belajar memaknai arti sebuah perjuangan dan pengabdian dari seorang dokter. (fau/tkg)
Radio merupakan sarana komunikasi kami dengan teman-teman Tim Mobile di distrik lain atau dengan koordinator Mobile Clinic di Kabupaten. Dengan radio, kami mengabarkan keadaan tim, update info terkini dari kabupaten atau sebaliknya, kordinasi penjemputan tim, menyampaikan kebutuhan-kebutuhan seperti obat-obatan yang menipis atau ada pasien yang mau dirujuk, dan untuk bercanda gurau dengan teman-teman seperjuangan di tengah rasa takut, khawatir, kesepian, kesunyian, dan kelelahan kami selama pelayanan. Kami sadar bahwa kami tidak berjuang sendirian.
Desember tahun lalu, saya menolong proses kelahiran seorang ibu yang positif HIV. Kemudian, sang bayi diberi nama seperti nama saya, Martin. Hal itu merupakan penghargaan yang tidak ternilai oleh rupiah bagi seorang dokter pedalaman seperti saya. Bahkan, bulan lalu, sang ibu memberi saya Noken (tas tradisional khas Papua yang dianyam dari benang atau tali hutan) lengkap dengan nama saya dan gambar Honai (rumah tradisional Papua). Betapa terkejut dan sedihnya saya mendapat kabar bahwa Martin kecil meninggal dunia. Saya berharap ibunya tabah dan tidak putus asa untuk meneruskan pengobatan. Selamat jalan, Martin. Sebuah kehormatan bagi saya bisa mengenalmu.
Terima Kasih Masyarakat Goyage!
Suatu kali, saya melakukan pelayanan VCT dan penyuluhan IMS mobile di Distrik Goyage, Kabupaten Tolikara, Wamena, pada 6–11 Juni 2016. Saya harus jalan kaki, naik gunung, dan menuruni lembah. Medan yang cukup berat dan melelahkan terbayar lunas dengan senyuman masyarakat Goyage. Masyarakat setempat menyambut, menjemput, dan membantu membawa barang-barang kami. Keterbatasan bahasa tidak mengurangi semangat untuk melayani. Sungguh suatu kehormatan bisa melayani masyarakat di sana. Kiranya nama Tuhan saja yang terus ditinggikan dan dimuliakan lewat pelayanan kami.