zetizen

Sebuah Surat Cinta - Bagian terakhir

Dear You

Zetizen-Kriiiiiing…!!! Bel istirahat berbunyi. Tanpa menunggu lama, semua murid berhamburan keluar kelas. Ada yang langsung ke kantin untuk mengisi perut kosongnya. Ada yang langsung mengambil bola basket dan show off di lapangan. Ada juga yang memilih bermain futsal karena malas antre di kantin yang penuh. Tapi, kali ini Orlin dan Anin memutuskan untuk tetap di kelas sambil menghabiskan bekal makan siang. Yum!

”Gimana? Ada saran apa?’’ tanya Orlin nggak sabar.

Sambil mengunyah mi instan yang sudah mengeras dalam kotak makannya, Anin menjawab, ”Coba deh kamu tulis surat. Kamu lipat tuh agak kecil, terus taruh motornya. Lagi rame kan cara kayak gitu di TikTok. Kali aja beneran manjur.’’

”Lha kalau nanti dibaca orang lain gimana?’’

”Nggak bakal. Parkiran kalau Jumat gini sepi. Daffa juga mesti parkir di dalam kan, jauh dari teman-temannya. Biasanya sih kalau ambil motor, ya langsung cus pulang. Udah coba aja,’’ Anin terlihat agak kesal mengurai mi miliknya.

Sesaat sebelum bel berbunyi tanda jam istirahat selesai, Orlin dan Anin diam-diam menuju parkiran dan menyelipkan sepucuk surat di motor Daffa. Entah berapa banyak doa yang dipanjatkan Orlin agar surat itu nggak jatuh ke tangan yang salah dan tentunya direspons baik oleh sang pujaan hati.

”Kalau ternyata dia nggak suka aku, gimana ya?’’ Orlin mulai cemas.

”Kalau ternyata dia juga suka, tapi malu mengakuinya, gimana?’’ Anin menjawab teman sebangkunya itu sekenanya. Dia terlihat sibuk mengunyah permen karetnya.

Iya sih, Orlin sadar kalau tindakannya ini high-risk, tapi mungkin high return. Dia nggak bisa berhenti memikirkan bukti-bukti yang diajukan Anin tentang Daffa punya perasaan yang sama dengannya.

Sesampainya di rumah, Orlin buru-buru ganti baju dan makan. Dia nggak sabar tiduran di kasur sambil menanti-nanti balasan dari Daffa. Baru saja memikirkan aksi Daffa tadi siang di lapangan basket, tiba-tiba handphone Orlin bergetar dan nama Daffa terpampang di layarnya. ”Halo.’’

”Kamu nulis apaan? Mau aku buang lho, kukira struk Indomaret,’’ terdengar suara Daffa yang dalam, tapi tegas di ujung sana.

”Jahat. Lagi rame lho di TikTok,’’ jawab Orlin cemberut.

Percakapan pun berlanjut ke arah tren di TikTok menyelipkan secarik kertas di motor laki-laki idaman. Sebagai cowok, jelas Daffa nggak paham kenapa tren ini ada. Percakapan itu membuat Orlin lupa betapa kerasnya jantungnya berdebar saat Daffa menelepon tadi. Tapi, saat Orlin nggak memikirkan jawaban dari suratnya, Daffa berkata, ”Jadi, kamu suka aku?’’

Errr…’’

”Aku juga suka lho.’’

AAAAAARGH!!! Rasanya Orlin ingin berteriak sekencang-kencangnya saat mendengar kata-kata itu. Tapi apa daya, dia hanya bisa menggigit bantal di depannya sambil merespons Daffa malu-malu. Dia heran, trik ala TikTok semanjur itu ya?

Dia bersyukur Daffa nggak sedingin penampilannya. Tahu betul cewek yang selama ini suka dia goda itu pasti sangat malu, dia melanjutkan percakapan dengan baik. Mereka jadi mengenang ”pertengkaran’’ mereka sejak di bangku SMP. Cinta pertama bagi mereka berdua akhirnya bersemi di bangku SMA. Ah, nggak usah diceritakan secara detail percakapan penuh godaan mereka yang berlangsung sampai hampir tengah malam itu. Nanti yang jomblo makin iri dan yang lain malah geli, ha ha ha. (*/c12/rat)