Zetizen-Memang seru sih, kalau kita bisa saling ngerti apa yang diinginkan dan nggak diinginkan oleh pasangan kita. Tapi tahu nggak sih, dengan mengetahui hal-hal tersebut, ternyata dapat berdampak pada hubungan kita dengan pasangan. Penasaran? simak penjelasan Amanda Angela SPsi, MPsi, psikolog klinis anak dan remaja, tentang hal tersebut! (kch/c20/dhs)
Tahu kekuatan dan kekurangan diri sendiri dalam berpacaran buat apa sih?
Mengetahui kekuatan dan kelemahan kita dalam relasi berpacaran adalah hal dasar dari sebuah relasi. Sebelum belajar untuk memahami orang lain, kita perlu tahu dan sadar dulu mengenai kekuatan dan kelemahan kita. Ketika kita tahu dan sadar mengenai kekuatan dan kelemahan kita dalam sebuah relasi, kita dapat saling mengomunikasikannya bersama pasangan atau calon pasangan. Proses komunikasi inilah yang merupakan awal dari proses saling mengenal satu sama lain. Begitu pula ketika dihadapkan dengan suatu masalah. Setiap pihak dapat lebih paham cara bersikap antara satu sama lain.’’
Baca juga:
Batas Tipis Kewajaran Sikap Posesif
|
Ada nggak sih, pengaruh gender dalam munculnya hasil-hasil dating strengths dan weakness ini?
Tentunya ada. Secara hormonal, fisik, dan pola pikir, laki-laki dan perempuan berbeda. Ditambah dengan stereotipe dari masyarakat, nilai yang dikembangkan pada laki-laki dan perempuan juga berbeda. Contohnya, perempuan cenderung memilih tetap tampil cantik dengan merawat diri untuk menyenangkan pasangan. Laki-laki cenderung harus lebih stabil dan tinggi dalam hal finansial.’’
Misal nih, aku punya dating strength A, apa aku juga bakal lebih cocok dengan orang yang dating strength-nya A?
’’Belum tentu, loh. Memang kebanyakan orang akan tertarik pada orang yang memiliki kesamaan dengan mereka. Tetapi, kesamaan tersebut belum tentu jadi faktor penentu bakal cocok atau nggak. Bisa juga karena berbeda jadi saling melengkapi. Sebenarnya, poin penting ’kecocokan’ itu terletak pada bagaimana dua orang dapat membangun respect, apresiasi, dan saling support satu sama lain.”
Bisa dikembangkan atau diubah nggak?
Bisa banget. Tapi, tetap bergantung kesadaran dan keinginan tiap orang buat berubah, ya. Faktor pendorongnya bisa terkait nilai dan kepercayaan yang dimiliki orang tersebut. Dengan melihat orang lain atau belajar dari pengalaman, bisa timbul keinginan seseorang untuk berubah jadi lebih baik. Apalagi kalau sampai dapat respons dari orang lain. Kalau responsnya positif, pasti timbul keinginan untuk mengembangkan. Sebaliknya, kalau responsnya negatif, pasti ada dorongan untuk mengubah sifat tersebut.’’
Baca juga:
Bau Badanmu Tentukan Jodohmu
|