Zetizen-Siapa sangka kalau hari itu, 24 Agustus 2019, sepuluh orang pencinta buku bisa menemani seorang Hestia Istiviani untuk membaca. Maklum, kegiatan yang akhirnya diberi nama Baca Bareng tersebut dilakukan secara spontan dengan bermodal nekat. "Aku unggah posternya ke kanal media sosialku. Pradugaku adalah yang datang mungkin hanya 2-3 orang," aku anak muda asal Surabaya yang sempat melalang buana ke ibu kota itu kepada Zetizen.
Awalnya, Hesti, begitu dia akrab dipanggil, mendambakan kehadiran seorang teman untuk menemaninya membaca. Sampai akhirnya, dia membaca sebuah artikel tentang Silent Book Club, sebuah komunitas membaca buku asal San Francisco, Amerika Serikat, yang didirikan pada 2012. Dalam komunitas tersebut, anggotanya datang ke lokasi yang ditentukan dengan buku, lalu membacanya dalam diam. Persis dengan yang diinginkan Hesti, yakni menemukan teman untuk membaca.
"Aku tentu senang bukan main!" serunya. Selain mendapat teman baru, Baca Bareng ternyata menjadi sebuah cara untuk Hesti memperjuangkan kesetaraan dan kemerdekaan. Dia percaya bahwa setiap individu berhak memilih buku bacaannya. Entah itu buku filsafat, buku self-help, novel teenlit, bahkan buku komik. Nggak seharusnya orang di-judge berdasar apa yang dia baca.
Baca juga:
HELLO, THIS IS THE BABY-SITTERS CLUB!
|
"Capek lho mendengar suara-suara sumbang yang senang menilai orang lain hanya karena bacaan mereka tidak sama. Padahal, pintu masuk untuk dapat jatuh cinta dengan kegiatan membaca akan ditemukan ketika seseorang merasa aman dan nyaman di sana," jelas book lover yang rajin membagikan ulasan bacaannya di akun Instagram @hzboy1906 itu. FYI, budaya membeda-bedakan "selera" itu juga menimpa dunia musik dan film. Ada sekelompok orang yang merasa superior karena yang dikonsumsinya dianggap lebih berkualitas. Padahal, namanya aja selera, boleh dong kalau beda-beda?
Kesuksesan Baca Bareng di ibu kota (saat itu Hesti bekerja di sana) ternyata membuat pencinta literasi di kota lain ingin mengadakan kegiatan yang sama. Misalnya, di Jogjakarta, Makassar, Semarang, Pontianak, Medan, dan termasuk Surabaya. Ya, inilah definisi "kebaikan itu menular".
Jauhara Rana atau yang biasa disebut Rana menginisiatori Baca Bareng chapter Surabaya. Bagi Rana, membaca buku bersama teman ternyata membuatnya semakin termotivasi. "Ada beberapa teman yang kali pertama gabung dan nggak hobi baca, tapi ada minat untuk itu. Nah, lewat Baca Bareng, mereka jadi bisa saling memberikan motivasi dan sharing buku-buku yang menarik," jelas cewek yang suka buku The Subtle Art of Not Giving a F*ck karya Mark Manson itu.
Meski kegiatan Baca Bareng dilakukan di kota-kota lain tanpa kehadiran Hesti, dia tetap senang mengetahui bahwa banyak teman yang ikut mengampanyekan membaca. Hesti pun mengaku nggak ikut campur atas pelaksanaannya. "Aku biasanya membantu dalam pembuatan materi publikasi. Yang penting, aku selalu tanamkan untuk menyediakan waktu untuk membaca dan jangan hakimi bacaan mereka," terang Hesti.
Baca juga:
YOUR NEXT BOOK TO READ
|
Perjuangan Hesti untuk mencapai kemerdekaan dan kesetaraan literasi tentu masih panjang. Lewat media sosialnya, dia Selalu meng-encourage orang-orang untuk menularkan kesukaan membacanya kepada orang terdekat. Yuk, sempatkan membaca salah satu buku di tumpukan pojok kamarmu dan membantu perjuangan Hesti agar sampai ke seluruh penjuru Indonesia! (c12/rat)
Baca Bareng Tematik
"Kalau Baca Bareng berfokus pada kegiatan membaca tanpa menghakimi apa jenis bacaannya, di Baca Bareng Tematik aku berusaha mengenalkan bahwa pengalaman membaca setiap orang berbeda-beda. Baca Bareng Tematik tersebut dihelat sejak Juni 2020 dengan acara pertama #Baca1984Bareng.
Pada Baca Bareng Tematik, peserta diminta untuk membagikan ekspresi atau pengalaman membaca buku (yang sudah aku tentukan) ke Twitter (harus dibuat utas). Kini sudah berjalan tiga Baca Bareng Tematik (1984, The War of The Worlds, Konbini Ningen) dan sedang berjalan yang ke-4 dengan tajuk #BacaKeigoHigashinoBareng."
Hzboy Reading Club on Discord
"Aku mengasuh klub buku dengan menggunakan platform Discord. Nama servernya adalah Hzboy Reading Club. Di sana aku helat diskusi-diskusi yang memang bertujuan memberikan wawasan soal dunia literasi. Misalnya, membahas tentang buku terjemahan, akses buku digital, dan pengaruh jumlah follower terhadap peluang diterimanya suatu naskah.
Aku sebenarnya juga punya kanal siniar (podcast), yakni Hzboy Reads Podcast. Namun, sudah tiga bulan aku belum mengunggah episode terbaru. Aku berjanji memperbarui isinya karena nggak enak juga sering mengisi di kanal siniar lain, tetapi di kanal sendiri malah nggak ada." (*/c12)