Zetizen.com - Membuat karya seni yang indah membutuhkan bakat, keunikan, serta keuletan dari seniman itu sendiri. Bagi sebagian orang, membuat seni lukis atau mural mungkin jadi hal yang sulit. Namun tidak bagi aqil prabowo (12), seorang anak penyandang disleksia yang mampu menorehkan imajinasinya dalam karya lukis yang indah.
Dalam pameran bertema "Hope for Dsylexiart", karya Aqil terpublikasikan atas ide dari Andra Juwono, siswi SMA yang ingin menyelenggarakan pameran seni berbasis sosial. Ide itu akhirnya terealisasikan berkat kerjasama dengan artotel Thamrin, Jakarta, yang memamerkan karya Aqil dalam Artspace-nya.
Sebagai penyandang disleksia, Aqil tidak bisa memiliki kemampuan menulis dan membaca seperti anak seumurnya. Namun, kecintaannya pada art menjadi kelebihan untuk Aqil. "Enerji dan imajinasi Aqil tersalurkan dalam lukisan-lukisan unik lagi bernarasi kuat," ujar Amalia Prabowo, Ibu Aqil Prabowo.
Berkembangnya bakat sang anak rupanya sebagai hasil dari dukungan sang Ibu. Amalia yang tidak henti-hentinya mengenalkan berbagai bidang ilmu pada anaknya, akhirnya menemukan seni sebagai wadah yang pas untuk Aqil.
"Sebelumnya, saya kenalkan wushu, bulutangkis, dan kegiatan lainnya. Aqil butuh waktu cukup lama untuk menyukainya. Saat diminta menggambar untuk melatih konsentrasi, Aqil sangat suka dan berlanjut hingga sekarang," jelas Amalia saat press conference pameran pada Kamis (1/12) lalu di Artotel. Aqil pun mulai menyukai art di usia 6 tahun. Fyi, kisah inspiratif yang ditulis sang ibu juga diangkat menjadi film Wonderful Life yang diproduseri langsung oleh Rio Dewanto loh!
Karya Aqil diaplikasikan di kertas, kanvas, bahkan karya tiga dimensi seperti pada kursi, helm, dan kain bordir. Keunikan gambar dari Aqil memjadi ciri khas karyanya.
"Aku suka tokoh dari gambaranku sendiri. Misalnya gambar emosi atau ekspresiku. Lebih suka yang unik," ucap Aqil.
Misalnya pada karya dengan warna kuning terang, Aqil menjelaskan karya ini adalah hasil imajinasi dari perasaanya ketika bangun tidur. Ada ekspresi senang karena mau memulai hari, namun Aqil juga terkadang merasa nggak mau diganggu karena mood-nya yang nggak stabil saat pagi hari. So unique!
Sementara General Manager artotel Thamrin, Daniel Sunu mengatakan, pihaknya begitu mendukung karya Aqil. "Seluruh donasi yang disumbangkan tamu hotel selama satu bulan dan penjualan karya akan diberikan pada Gerakan Sosialisasi Disleksia yang digagas ibu Amalia," terangnya.
Karya Aqil dapat dinikmati sejak 1 hingga 7 Desember 2016 di Artspace Artotel. Selain dapat menyumbang lewat pembelian karya, pengunjung juga dapat menuliskan harapan dalam wall of hope yang ada di lobby hotel. Setiap satu kertas harapan, pengunjung berarti telah menyumbang 5 ribu rupiah untuk anak-anak penyandang disleksia. pameran ini menjadi salah satu kegiatan sosial dalam program artotel for Hope yang digagas Artotel.