Zetizen.com - Majalah Time akhirnya merilis daftar 30 Most Influential Teens 2017. Daftarnya beragam. Mulai dari anak biasa sampai penyanyi sekelas Shawn Mendes. Meski bergelut di bidang yang berbeda, para anak muda itu membuat aksi nyata yang bermanfaat untuk orang sekitar. Siapa aja sih anak muda yang menginspirasi banget?
Gadis berhijab ini ternyata penggagas emoji hijab! Meski baru berusia 16 tahun, dia sudah berhasil mewujudkan keinginannya chatting memakai emoji yang merepresentasikan dirinya, yaitu wanita muslim berhijab. Berawal dari keinginan itu, Rayouf memberanikan diri mengirim e-mail kepada Apple, salah satu perusahaan teknologi terbesar. Sayangnya, e-mail itu nggak dibalas.
Nggak patah semangat, cewek kelahiran Saudi ini terus berusaha dengan membuat proposal untuk perusahaan yang mengendalikan standar emoji. Nggak disangka, proposal yang dia kerjakan selama dua minggu itu mendapat respon positif dari banyak pihak. Nggak lama, Apple pun merespon. Musim gugur tahun ini, emoji cewek berhijab yang digagas Rayouf itu akan segera bisa kita pakai.
"Menurutku, secara nggak langsung emoji ini will influence the world. Apalagi saat orang-orang yang menentang wanita memakai hijab, atau mereka yang memusuhi agama Islam in general, melihat emoji ini di keyboard mereka," kata Rayouf kepada Time.
Dua tahun lalu, waktu usianya masih 11 tahun, Mikaila berhasil mengubah persepsi seram orang-orang terhadap lebah. Dia fokus pada manfaat hewan yang dikenal ganas saat diganggu, mengentup, dan bikin kulit bentol serta tubuh demam itu. Iya, Mikaila pernah dikejar sekawanan lebah. Tapi, hal itu nggak sebanding dengan manfaat madu yang dihasilkan dan pentingnya keberadaan lebah dalam ekosistem.
Sejak saat itu, Mikaila merintis usaha dengan menawarkan produk minuman lemon yang dia campur dengan madu sebagai pemanis alami. Yap, tentunya lebih sehat dong. Eits, yang bikin usaha Mikaila berbeda adalah sebagian hasil penjualan didonasikan kepada organisasi lokal dan internasional yang mencoba menyelamatkan lebah dari kepunahan.
Di usia 19 tahun, kebanyakan remaja sibuk hangout atau galau di Instagram Story. Tapi, cewek berhijab asal Syiria ini beda. Dia justru didapuk sebagai Duta Besar UNICEF termuda! Hal itu berawal dari keprihatinannya terhadap anak-anak camp pengungsian di Syiria. Kondisi mereka mendorong Muzoon untuk memperjuangkan hak-hak anak-anak Syiria menuntut ilmu daripada menikah muda.
Sayangnya, pada tahun 2013, dia sekeluarga pindah ke Newcastle, Inggris. Masih mantap dengan perjuangannya, sekarang Muzoon berkeliling untuk mensosialisasikan pentingnya pendidikan, terutama di tempat terpencil dan kumuh. Dia bahkan disebut Malal dari Syiria lho! Meski sekarang dia hidup berkecukupan, dia nggak melupakan tempat kelahirannya, Syiria. "Our country needs a strong generation," katanya kepada Time.
Punya gangguan pendengaran nggak bikin cowok berusia 17 tahun ini patah semangat. Ketertarikannya pada science membawa Krtin memenangkan banyak penghargaan. Dua tahun lalu, cowok kelahiran Inggris ini menemukan antibody untuk mendeteksi gejala awal penyakit Alzheimer. Penemuan itu membuat Krtin dihadiahi USD 25 ribu pada Google Science Fair. Lalu, September 2017, dia mendapat penghargaan berkat bioplastic-nya yang bisa membersihkan air limbah dari racun-racun.
Wah, keren ya! Padahal, Krtin ini belum lulus SMA lho. Saat ini, dia sibuk mengerjakan proyek kanker payudara yang susah merespon terapi biasa. Saat ditanya Time apa pesannya untuk anak muda lain, dia berkata, "Jangan takut ditolak."
Badai Maria membuat Puerto Rico padam, termasuk Condado, tempat Salvador dan keluarganya tinggal. Selama kurang lebih satu tahun masyarakat setempat harus bertahan dengan keadaan itu. Sampai akhirnya keluarga Salvador harus menghemat makanan, dia berpikir, "How could I give people hope?" Dari situlah dia membuat kampanye Light and Hope for Puerto Rico.
Uang yang berhasil dikumpulkan dipakai untuk membeli lampu solar, hand-operated washing machines, dan kebutuhan lain. Dalam waktu empat hari, dia mengumpulkan USD 36 ribu. Sekarang, angka itu bertambah menjadi USD 75 ribu and still counting. Salvador memperkirakan jumlah itu bisa menolong 1.000 orang.
| Editor: Ratri Anugrah