NGGAK semua bayi terlahir beruntung. Kasus penelantaran bayi masih marak terjadi. Komnas Perlindungan Anak Indonesia ( K P A I ) mencatat ada 212 kasus pembuangan bayi mulai 2020 hingga Juni 2021. Kenyataan itu membuat hati Maggha Karaneya Kang tergerak untuk mendirikan yayasan perlindungan bagi Bayi-Bayi telantar. Dia bahkan rela melanjutkan pendidikan jalur homeschooling agar bisa mengurus yayasan tersebut.
Gadis yang akrab disapa Maggha itu ingin para bayi tersebut mendapat kesempatan kedua. Dengan demikian, mereka menemukan keluarga dan merasakan kasih sayang. ’’Pas adik ulang tahun, dia ingin merayakannya di sebuah yayasan bayi telantar. Namun, fasilitas di sana kecil, sedangkan bayi yang telantar jumlahnya banyak. Saat itu juga, Maggha bilang ke mama kalau ingin mendirikan yayasan untuk merawat bayi telantar,’’ ungkap gadis asal Bali tersebut.
Namun, keluarganya sempat ragu karena usia Maggha masih sangat muda. Dia nggak menyerah begitu saja. Maggha pun mendapat dukungan dari sang nenek yang ingin mendakan rumahnya untuk dijadikan yayasannya. Mamanya kemudian memgurus izin ke dinas sosial.Pada 2015, yayasan yang diberi nama Metta Mama dan Maggha resmi berdiri.
Sebagai ketua yayasan,Maggha terlibat secara langsung dalam mengelola yayasan. Bersama kedua orang tuanya , dia mempelajari semua sie di yayasan selama enam tahun. Termasuk belajar cara menyapu, mengepel, merawat bayi, hingga psikologi anak dan ibu hamil secara otodidak. Maggha juga membuat program permainan motorik anak usia 12 bulan, lho! Dia selalu memperhatikan perkembangan para bayi agar tumbuh penuh cinta kasih, percaya diri, dan mandiri.
’’Kesulitan mengelola yayasan itu menemukan tim yang mengerti visi dan misi yayasan. Melatih agar semua orang yang bekerja di yayasan menyadari bahwa mereka nggak hanya bekerja sesuai bidangnya, tetapi juga bekerja di bidang yang mereka cintai. Sebab, bekerja di yayasan memberi kita kesempatan untuk menanam karma baik dengan merawat bayi - bayi tersebut,” sambungnya.
Ke depannya, Maggha ingin mengembangkan yayasan dengan mengelola Rumah Aman. Tempat untuk ibu hamil yang ditolak keluarga. Atau, yang sudah nggak punya solusi untuk kehamilannya. Mereka akan mendapatkan nutrisi, pemer iksaan dokter kandungan dan bidan secara berkala, senam hamil, dan counseling session. Maggha akan membuat kegiatan produktif bagi ibu hamil seperti cara membuat sabun mandi dan kursus kue kering.
Gadis kelahiran 1999 itu juga punya impian untuk mendirikan sekolah yang lebih mengedepankan budi pekerti. Dia akan mempelajari sistem pendidikan di luar negeri. Mulai sistem pendidikan anak di Jepang yang mengajarkan sikap sopan santun, sosialisasi, hingga cara melayani lingkungan sekitar. Atau, sistem pendidikan di Finlandia yang mengarahkan siswa untuk fokus pada hal yang disenangi. Dengan begitu, sekolah menjadi lebih fun dan nggak menjadi beban untuk anak.
Kini Yayasan Metta Mama dan Maggha telah merawat puluhan bayi telantar dan lima ibu hamil. ’’Belajar adalah hal yang akan kita lakukan terus-menerus. Jadilah pribadi yang mudah dinasihati, menghargai lingkungan sekitar, dan gemar menolong. Melakukan perbuatan baik sekecil apa pun patut kita praktikkan setiap saat. Semakin banyak menolong orang, kita akan mencipta kan surga di hati,’’ tandasnya. Terus tumbuh semangat muda yang menginspirasi! (arm/c12/lai)