Zetizen.com - Teteret, Pemilu Amerika udah kelar dan yang terpilih menjadi presdien ke-45 Amerika Serikat adalah: Donald Trump! Bukannya berita baik, mungkin kita lebih banyak mendengar berita buruk atau bahkan meme candaan tentang doi. Mulai dari pernyataannya yang dirasa terlalu kasar, kontroversial, anti feminisme, dan sifat nekadnya. Tapi ternyata, Donald Trump bisa membalik itu semua dan mengangin Pemilu Amerika! Wah, kok bisa ya?
We will make America great again. Itu lah slogan yang diusung Trump selama kampanyenya. Tak disangka, ternyata banyak rakyat Amerika yang mendukung visi-misi Trump itu. Menurut Vox, pendukung Trump mayoritas adalah orang kulit putih kelas menengah yang punya sikap nasionalis yang tinggi. Kebetulan, janji-janji Trump emang Amerika-sentris atau mendukung kejayaan Amerika Serikat banget kayak mendeportasi imigran dan mempersulit warga negara yang identik dengan terorisme masuk. Bahkan, Trump juga berencana membangun "The Wall" yang membatasi AS dan Meksiko. Tapi begitu nasionalisnya, sebagian orang malah menganggap Trump itu xenophobic (phobia sama orang asing)!
Donald trump actually has a better and more realistic plan than Hillary Clinton , she just feeds y'all bullshit for the votes — kleeevis (@KLEE_KLE) November 8, 2016
Yang jelas, argumen pendukung Trump bilang kalau kebijakan yang ditawarkan Trump lebih realistis dan lebih urgent daripada Hillary dan presiden AS sebelumnya, Barack Obama, kayak yang ditulis oleh @KLEE_KLE di atas. Udah pada rindu sama greatness-nya lagi kali ya?
Melejitnya Donald Trump ini secara nggak langsung juga terbantu oleh pesaingnya, Hillary Clinton yang juga sering tersandung kasus. Sejak lama doi udah dikaitkan sama korupsi. Entah bagaimana, isu korupsi mencuat lagi tepat menjelang Pemilu yaitu perihal email mencurigakan yang dimiliki Hillary. Meski FBI udah mengkonfirmasi kalau itu bukan pelanggaran hukum, tetap aja isu korupsi di masa lalu membayangi sosok Hillary. Spekulasi lain bilang, mungkin Amerika belum siap dipimpin sama wanita untuk pertama kalinya. Hmm..
Pantes muncul candaan kalau rakyat Amerika udah hopeless sama kedua calonnya, jadi milih yang lebih sedikit buruknya aja. Ckckckc..
Pengambilan suara di Amerika ternyata agak berbeda dengan sistem pengambilan suara yang ada di Indonesia. Jika di Indonesia tiap orang berhak atas satu suara, dan nilai suara itu sama dari Sabang sampai Merauke, Amerika Serikat mengusung sistem yang lebih rumit yaitu electoral vote. Kemenangan Trump sementara ini diraih dari tingginya electoral vote di hampir seluruh negara bagian.
Di sini, rakyat Amerika nggak memilih presidennya secara langsung melainkan harus melalui electoral votes dulu. Tiap negara bagian punya jumlah electoral votes yang berbeda, tergantung jumlah penduduknya. Total, di seluruh Amerika terdapat 538 electoral votes atau beberapa wakil yang mewakili suara di negara bagiannya. Nah seorang presiden terpilih minimal harus menang di 270 electoral votes itu, alias separuhnya.
Makanya, bisa dibilang kalau presiden terpilih Amerika belum tentu adalah yang paling banyak dipilih rakyat keseluruhan. Bisa jadi dia kalah dari suara total, tapi pemilihnya lebih merata sehingga bisa memenangi lebih banyak electoral votes. Kebetulan, electoral votes ini emang dibentuk agar pemenang Pemilu nggak cuma bermodal pendukung dari satu tempat aja sih.
Source: Vox, Independent
Editor: Wika