Zetizen.com - Donald Trump akhirnya terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45. Terlepas dari kontroversi yang timbul karena kemenangan Trump, Pemilu AS tahun ini memang menarik perhatian warga dunia. Beberapa hal rupanya menjadi penyebab kenapa Pemilu kali ini terasa spesial. Apa saja penyebabnya? Yuk, simak!
Reputasi Amerika sebagai negara super power emang nggak terbantahkan. Setiap pengadaan pemilu selalu jadi sorotan dunia. Tapi dalam pemilu 2016, kandidat yang mencalonkan diri dianggap akan mengukir sejarah baru!
Ya, jika Hillary Clinton yang menang, maka dia bakal jadi presiden wanita pertama Amerika Serikat. Namun kemenangan Donald Trump yang telah dideklarasikan dini hari waktu Amerika atau sore waktu Indonesia bagian barat pada hari ini, menobatkan Trump menjadi presiden tertua yang pernah terpilih, yaitu 70 tahun.
Dengan jumlah penduduk 318 juta jiwa, Amerika Serikat menjadi negara terpadat ketiga di dunia setelah Tiongkok dan India. Yang mengesankan, hasil voting Pemilu bisa diketahui dalam waktu kurang dari 24 jam! Sebagai perbandingan, Indonesia yang punya populasi 250 juta jiwa saja memerlukan waktu tiga hari untuk penghitungan suara nasional.
Ternyata, Amerika emang punya sistem yang agak berbeda dari Indonesia, guys. Dengan sistem electoral college, ke-50 negara bagian AS akan memutuskan kandidat mana yang mereka pilih sebagai pemimpin negara. That's why, hasil penghitungan suara dapat diketahui dengan cepat. Meskipun begitu, banyak kalangan menilai sistem ini membuat kesan kurang demokratis walaupun tiap warga AS menggunakan hak pilihnya.
Siapa bilang kandidat Presiden Amerika cuma Hillary Clinton dan Donald Trump? Yap, banyak orang awam salah kaprah di sini. Emang Clinton dan Trump yang paling berpeluang jadi presiden karena didukung dua partai terbesar. Tapi sebenarnya, total calon pemimpin Amerika itu ada 5 orang!
Selain Clinton dan Trump, ketiga kandidat lainnya adalah Gary Johnson, Jill Stein, dan Evan McMullin. Karena ketiganya bersuara minoritas, mereka dijuluki third parties. Third Parties tidak mengincar posisi Presiden, melainkan posisi-posisi pemimpin strategis, seperti Senator atau Gubernur.
Beda pemimpin, beda kebijakan. Yap, hal ini yang juga menjadi alasan Presiden AS terpilih akan memberi pengaruh besar untuk negara lain. Baik dalam hal hubungan diplomatis, kebijakan AS yang berkaitan dengan negara lain, termasuk soal kebijakan imigrasi dan ekonomi AS sebagai negara Adidaya. Jika kebijakan negeri Paman Sam ini menimbulkan kontroversi atau merugikan negara lain, bukan nggak mungkin konflik antar negara bakal muncul.
Misalnya, Trump yang menjanjikan akan memblokade akses imigran dan kunjungan warga dari negara-negara yang dicurigai pemasok teroris. Mengingat Indonesia sempat di-judge negara teroris, bisa jadi kita bakal kesulitan untuk bepergian ke AS. Padahal, nggak sedikit dari kita yang pengin kuliah, berkarir atau sekedar jalan-jalan ke sana, kan?
Well, kita lihat aja ya seperti apa masa kepemimpinan Trump empat tahun ke depan. Semoga berjalan baik untuk AS dan seluruh negara dunia lainnya.
Source: Sky News, The Skimm
Edited by Vera Khairifah