Zetizen.com – Nilai IQ emang nggak menjamin kesuksesan seseorang. Yang IQ-nya sedang-sedang aja juga bisa sukses kok. Tapi, nggak bisa dipungkiri kalau IQ tinggi bisa memudahkan jalan menuju kesuksesan. Beruntung deh kamu yang anak pertama. Menurut ilmuwan, Anak Pertama cenderung punya IQ tinggi dibandingkan saudara-saudaranya. Kok bisa?
Menurut hasil penelitian University of Leipzig, Anak Pertama punya kemampuan akademik lebih tinggi dari adik-adiknya. Buktinya, sebanyak 33 persen dari 20 ribu Anak Pertama responden penelitian adalah pelajar cemerlang di kelas. Sedangkan 1,8 persen termasuk gagal di kelas. Jadi, Anak Pertama punya peluang besar buat jadi orang hebat.
Ternyata, penyebabnya bukanlah faktor biologis. Melainkan lebih pada cara orangtua membesarkan mereka, terutama membagi perhatiannya.
“Anak pertama sempat mendapatkan perhatian penuh dari ortu, setidaknya beberapa tahun. Sedangkan adik-adiknya, sejak lahir, perhatian ortunya sudah terbagi,” kata Dr. Julia Rohrer dari University of Leipzig kepada Daily Mail.
Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa selisih IQ tiap anak adalah 1,5 poin. Jadi, dari Anak Pertama ke anak kedua turun 1,5. Lalu, dari anak kedua ke anak ketiga turun lagi 1,5. Begitu seterusnya. Wah, kalau survei ini mutlak, kasihan anak bungsu dong ya?
Bagaimana dengan anak tunggal? Dibesarkan sendirian sampai dewasa, pasti IQ-nya tinggi dong? Secara teoritis emang iya. Anak Tunggal punya potensi besar untuk sukses seperti diakui Forbes. Hal ini juga didukung hasil penelitian yang mengatakan bahwa Anak Tunggal punya fasilitas lebih maksimal buat mengembangkan diri.
Back to anak pertama. Selain tumbuh dewasa lebih cepat karena harus mengalah, adik-adik si Anak Pertama juga berfungsi sebagai booster IQ lho. Yap, Anak Pertama bisa cepat pintar lewat interaksi dan mengajari adik-adiknya.
Eits, tapi Anak Pertama jangan GR dulu. IQ itu bagai pedang bermata dua. Karena gampang menerima pelajaran, anak ber-IQ tinggi jadi merasa nggak perlu belajar alias malas! Meski begitu, anak ber-IQ tinggi tetap bisa menemukan solusi yang lebih efisien. Tapi, jangan nggak belajar sama sekali dong. Ingat, pisau tajam yang nggak pernah diasah bakal tumpul juga!
Source: Daily Mail, Forbes, Medical Daily
Edited by Ratri Anugrah