INDONESIA punya banyak potensi sejarah dan keberagaman budaya. Sebagai generasi muda sudah sepatutnya kita mempelajari sejarah bangsa. Namun, belajar sejarah sering dirasa membosankan, bikin ngantuk, dan kurang menarik. Hayo, ngaku siapa yang biasanya ketiduran pas mata pelajaran sejarah? Kondisi itu membuat Asep Kambali dan rekan-rekannya sepakat untuk mendirikan sebuah komunitas sejarah.
Komunitas Historia Indonesia (KHI) berdiri sejak 22 Maret 2003. Saat itu Asep dan kawan-kawannya tengah menggelar lomba lintas sejarah bagi pelajar SMA. “Dalam kegiatan itu, para siswa melakukan napak tilas dan amazing race ke beberapa museum dan situs sejarah. Ternyata, kami mendapat banyak dukungan dan respons positif dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Saya pikir, sayang sekali kalau kegiatan itu berakhir begitu saja,” tutur Asep.
Awalnya, KHI hanya beranggota tujuh orang yang terdiri atas mahasiswa Jurusan Sejarah Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Universitas Indonesia (UI). Bagi KHI, sejarah dan budaya bukan sekadar subjek pelajaran di sekolah, melainkan juga sumber patriotisme dan nasionalisme. Itulah yang menjadi visi KHI sampai saat ini. Komunitas tersebut juga menjadi wadah untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya sejarah dan budaya lewat program-program yang rekreatif dan edukatif.
Baca juga:
Belajar Maksimal dengan Study Space Personal
|
"Di sini, sejarah menjadi suatu hal yang menarik dan menyenangkan. Kita bisa mudah mengambil hikmah dari suatu peristiwa sejarah. Program yang kami sajikan juga program interdisipliner, terutama ilmu-ilmu sosial. Dengan meracik unsur rekreatif-empiris serta edukatif, program-program tersebut menjadi menarik, menyenangkan, dan bermafaat. Dengan begitu, sejarah dan budaya semakin digemari kaum muda dan masyarakat,” lanjut ketua KHI itu.
Yaps! KHI menghadirkan program-program yang fun. Kamu akan diajak outbound untuk mengeksplorasi warisan sejarah dan budaya dengan menelusuri gedung tua, situs sejarah, kota tua, hingga pulau bersejarah. Biasanya, program itu dipadukan dengan permainan dan atraksi kebudayaan lokal sambil mencicipi hidangan kuliner tradisional. Ada pula program jelajah kampung-kampung Tionghoa serta menginap semalam di museum. Wah, seru banget!
Para relawan KHI juga dibekali dengan berbagai orientasi dan pelajaran sejarah serta budaya agar bisa menjadi pemandu di program tur komunitas. ’’Hal itu biasanya menjadi tantangan bagi komunitas. Sebab, para relawan ini hanya berdasar komitmen tanpa adanya unsur pengikat. Setiap orang tentu memiliki prioritas masing-masing. Ketika mereka ada agenda lain, kami tidak bisa memaksa mereka untuk tetap hadir atau menjadi pengurus,’’ ungkap Asep.
Baca juga:
Otak Bekerja, Perut Tetap Terisi
|
Kiprah KHI sebagai komunitas peduli sejarah dan budaya Indonesia sudah mendunia, lho. Mereka senantiasa membangun hubungan baik dengan berbagai pihak, terutama di bidang pendidikan, pariwisata, sejarah, dan museum. Beberapa penghargaan juga berhasil diraih seperti Komunitas Kreatif yang Berkhidmat terhadap Tanah Air Indonesia Melalui Penyadaran Sejarah kepada Masyarakat dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2018, Komunitas Peduli Museum dari Museum Bahari, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta tahun 2013, serta Most Recommended Consumer Community Award dari Majalah SWA tahun 2010.
Kini, anggota KHI sudah mencapai lebih dari 20.500 orang yang tersebar di seluruh dunia. Mereka juga menerbitkan kartu tanda anggota dengan fasilitas-fasilitas tertentu. Tujuannya, mengarahkan masyarakat untuk memberikan kontribusi nyata secara aktif dan tepat dalam pelestarian sejarah dan budaya bangsa. Kalau kamu tertarik untuk bertualang sejarah bareng KHI, langsung aja cek website komunitashistoria.com! Makin tahu sejarah, makin cinta terhadap bangsa. (arm/c12/lai)
Baca juga:
Terima Kasih Vaksin!
|