Are You a Zetizen?
Show Menu

Satu Rumah, Ragam Agama

Narendra Mg Narendra Mg 20 Dec 2022
Satu Rumah, Ragam Agama

Zetizen-Di Indonesia, toleransi adalah sikap yang harus dimiliki setiap warga negaranya, terutama anak muda. Salah satu jenis toleransi adalah toleransi beragama, di mana kita saling menghormati dan menghargai perbedaan yang ada. Seperti apa cerita Zetizen yang berbeda agama sama orang tua? Yuk, disimak! (arm/c13/rat)

Berani Punya Pilihan Sendiri

”Papaku Buddha, mama Islam, sedangkan aku Katolik. Kok beda? Iya, dari kecil aku sering ikut tanteku ke sekolah minggu. Waktu kelas V SD, mama nyuruh aku ikut salah satu agama mereka. Akhirnya, aku coba ikut papa dan belajar Buddha. Tapi, sampai SMP, aku belum sreg sampai sempat cekcok sama mama hingga akhirnya aku mengalah.

Nah, sejak pandemi Covid-19, aku belajar Katolik diam-diam. Bedanya, kali ini aku benar-benar meresapi apa yang diajarkan dan aku terapin di kehidupan sehari-hari. Mungkin karena mama lihat perubahan sifatku, akhirnya aku diizinkan memilih agama sendiri. Meski berbeda, kami nggak pernah mempersulit waktu ibadah masing-masing kok. Biasanya mama salat di kamar, papa di tempat sembahyangnya, dan aku pergi ke gereja. Saat Ramadan pun kami sama[1]sama sahur dan makan bareng saat berbuka.

Punya keluarga beda agama pasti bikin aku memahami toleransi. Aku nggak mudah tersinggung dan tahu batasannya. Yang paling penting tuh semua agama sama sekali nggak mengajarkan keburukan loh. Semua sama-sama mengajarkan manusia berbuat baik. Kalau hasilnya buruk, ya berarti karena pribadinya.’’

Semua Juga Ikut Merayakan

”Papaku Buddha, mama Islam, sedangkan aku Katolik. Kok beda? Iya, dari kecil aku sering ikut tanteku ke sekolah minggu. Waktu kelas V SD, mama nyuruh aku ikut salah satu agama mereka. Akhirnya, aku coba ikut papa dan belajar Buddha. Tapi, sampai SMP, aku belum sreg sampai sempat cekcok sama mama hingga akhirnya aku mengalah.

Nah, sejak pandemi Covid-19, aku belajar Katolik diam-diam. Bedanya, kali ini aku benar-benar meresapi apa yang diajarkan dan aku terapin di kehidupan sehari-hari. Mungkin karena mama lihat perubahan sifatku, akhirnya aku diizinkan memilih agama sendiri. Meski berbeda, kami nggak pernah mempersulit waktu ibadah masing-masing kok. Biasanya mama salat di kamar, papa di tempat sembahyangnya, dan aku pergi ke gereja. Saat Ramadan pun kami sama[1]sama sahur dan makan bareng saat berbuka.

Punya keluarga beda agama pasti bikin aku memahami toleransi. Aku nggak mudah tersinggung dan tahu batasannya. Yang paling penting tuh semua agama sama sekali nggak mengajarkan keburukan loh. Semua sama-sama mengajarkan manusia berbuat baik. Kalau hasilnya buruk, ya berarti karena pribadinya.’’

Belajar toleransi lewat Film!

Zetizen-Pernah lihat seseorang dihina karena berbeda dari segi warna kulit, ras, atau agama? Hal itu biasa terjadi karena nggak adanya sikap toleransi terhadap sesama. Padahal, sikap toleransi bisa bikin kita lebih menghargai orang lain tanpa emosi dan memaksakan pendapat semena-mena. Nih, tonton film-film yang bisa dijadiin refleksi sikap toleransi! (arm/c13/rat)

Bumi Itu Bulat (2019)

Film ini menyampaikan pesan toleransi melalui kisah persahabatan, cinta, dan keluarga yang dekat dengan kehidupan kita. Mengisahkan sosok Rahabi yang punya grup musik bernama Rujak Acapella. Grup musik tersebut beranggota teman-temannya dengan latar suku dan agama berbeda. Rahabi ingin grupnya sukses dan punya album sendiri. Hal itu ternyata memunculkan konflik antara dia dan orang-orang terdekatnya.

Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara (2016)

Ada juga film garapan Herwin Novianto yang menceritakan sosok Aisyah. Dia mengabdikan diri sebagai guru di daerah terpencil di Nusa Tenggara Timur. Aisyah harus beradaptasi dengan penduduk yang mayoritas beragama Katolik. Di awal kedatangan, masyarakat mengira dia sebagai Suster Maria karena sama-sama memakai kerudung. Aisyah juga menghadapi kebencian dari muridnya, Lordis Defam, karena perbedaan agama.

The Help (2011)

Menerapkan setting tahun ’60-an, film ini menggambarkan isu diskriminasi ras antara kulit putih dan kulit hitam. Berawal dari Hilly yang menyebarkan teori sesat tentang para pembantu berkulit hitam yang bisa menularkan penyakit jika mereka memakai toilet yang sama. Kemudian, muncul sosok Skeeter yang tergerak hatinya karena melihat kelakukan Hilly. Oh iya, Skeeter juga berasal dari golongan kulit putih dengan sikap toleransi tinggi ke para kulit hitam.

RELATED ARTICLES

Please read the following article