Zetizen.com - Tepuk tangan bergemuruh di ballroom Hotel Windham (Pullman) Surabaya pada Jumat, 6 Januari 2017 lalu. Mereka sedang merayakan euforia terpilihnya Putri Indonesia perwakilan Jawa Timur 2017. Fatma Ayu Husnasari asal Blitar berhasil menyisihkan dua kandidat perwakilan Putri Indonesia Jawa Timur 2017 lainnya, yakni Radha Virsa Febiola (Malang), dan Rr. Ayu Maulida (Surabaya).
Namun di lain sisi, media sosial punya statement-nya sendiri. Sang pemenang itu justru diserbu dengan beragam bully-an. Comment para haters serentak bergulir di akun-akun yang merayakan kemenangan Fatma Ayu. Mulai tampilan fisik hingga kualitas seorang Fatma terus dipertanyakan oleh para militan media sosial. Zetizen pun penasaran, sebenarnya ada apa dengan Fatma Ayu? Seburuk itu kah dia hingga dianggap tak pantas menyandang gelar Putri Indonesia Jawa Timur 2017?
Ya. Berlandaskan rasa penasaran, tim Zetizen pun mencoba menghubungi Fatma Ayu. Kami merencakan pertemuan sekaligus membuat satu edisi web story perdana di Zetizen.com. Finally, gadis kelahiran 7 April 1996 mengiyakan undangan tim Zetizen.
First impression yang muncul saat melihat Fatma, okay she looks smart (judgmental banget sih gara-gara pakai kacamata hehehe). Semenit-dua menit, dan dhuaar! Sepuluh menit berlalu, Fatma pun langsung kelihatan banget aslinya. Dibalik performa yang mengesankan di atas panggung, ternyata gadis ini punya kepribadian yang menyenangkan, humble, dan memang apa adanya. Suasana pemotretan jadi lebih hidup. Berkat celetukan dan tingkah Fatma selama di studio, nggak terasa pemotretan udah berjalan selama tiga jam lebih.
Meski ini pertemuan pertama dengan Fatma, tapi sudah cukup kok menjawab rasa penasaran tim Zetizen. Fatma Ayu Husnasari memang layak menjadi representasi Jawa Timur. Nggak hanya modal tampang dan tinggi yang menjulang, cara pikir serta karakter dirinya juga mendukung. Inilah beberapa hal yang bisa kita pelajari dari sosok Fatma Ayu:
Sedikit cerita, Fatma sempat tercetus keinginan menjadi seorang Putri Indonesia saat masa sekolah dasar. Bahkan, ketika itu dia pun sudah berani bermimpi secara spesifik. "Aku bilang sama Ibu, suatu hari nanti aku akan jadi Putri Indonesia. Nanti ya kira-kira pas umurku 20 tahun, mungkin sekitar tahun 2017," cerita Fatma sambil sesekali menyunggingkan senyum saat mengingat masa kecilnya itu.
Lalu sang ibunda hanya menjawab, "iya boleh kok nduk, nanti bisa jadi Putri asal belajar yang pintar supaya bisa bermanfaat juga bagi sekitar".
Kata-kata sang ibunda, Yetti Utami menjadi pelecut semangat buat Fatma. Kegiatan demi kegiatan, organisasi dan kompetisi dia jajaki. Hingga akhirnya panen prestasi. Exactly! Di tahun 2017, di saat usianya genap 20 tahun, mahkota Putri Indonesia Jawa Timur berhasil dia raih.
Fatma memang bukan gadis Kota Metropolitan ala-ala anak kekinian jaman sekarang. Dia berasal dari Blitar, sebuah kota kecil yang terletak di bagian selatan provinsi Jawa Timur. Tapi jangan salah, kualitas dirinya tak kalah saing jika disandingkan dengan wanita-wanita kota metropolitan yang punya fasilitas hidup serba ada.
Saat Fatma menginjak usia 4 tahun sang ayah meninggal dunia. Gadis periang ini pun dibesarkan oleh ibu, nenek dan kakak perempuannya. Tak lantas menyesali nasib, hal itu justru membuat Fatma semakin tangguh. Enggan menjadi anak biasa-biasa saja. Fatma pun aktif mengikuti banyak kegiatan. Misalnya aja jadi mayoret di grup drum band sekolah, mentor baca tulis Al-Qur'an di kampus, tergabung dalam kegiatan pecinta alam, aktif mengikuti kegiatan tari tradisional, hingga menjuarai lomba debat nasional.
Dengan berbekal pengalaman itu, Fatma ingin mengajak semua wanita Indonesia berani keluar dari zona nyaman. Lebih berani mengeksplore kemampuan diri.
"Saya berkaca pada pengalaman ibu saya, beliau single parent dan juga wanita karier. Meski sibuk bekerja sebagai PNS, ibu tak pernah mengesampingkan kewajibannya untuk mendidik anak-anaknya supaya jadi anak yang berani meraih mimpi dan mau mengembangkan diri." tutur Fatma.
Percaya atau nggak, setiap manusia pasti punya kelebihan dan kekurangan. Fatma pun merasakan hal yang sama. Pada awalnya dia nggak ekspektasi lebih di pemilihan Putri Indonesia. Fatma pada saat itu cuma berencana ikut workshop-nya. Buat cari ilmu dan tambah pengalaman aja, nggak lebih. Selesai workshop, ternyata dia diminta buat melanjutkan ikut pemilihan.
Sempat merasa ragu-ragu, hingga Fatma akhirnya memutuskan ikut. Mahasiswi yang baru saja lulus dengan predikat cumlaude dari Fakultas Hukum Universitas Airlangga ini pun menjalani masa pemilihan dengan sungguh-sungguh. Saat pemilihan, Fatma mengakui banyak kandidat lain yang keren-keren. Tapi Fatma nggak gentar, "Saya hanya berusaha menunjukkan best version of me, bagaimana hasilnya? Saya terima saja yang penting sudah berusaha dan mencoba."
Harus optimis. Segala hal yang dijalani dengan sungguh-sungguh dan tulus pasti hasilnya juga baik. "Selalu berpikiran positif, sehingga yang kita lakukan juga bisa punya value yang positif," pesan Fatma.
Jangan dikira Fatma nggak membaca comment-comment yang nyinyir ke dia. Haters paling doyan ubek-ubek segala cela. Mulai dari komen tentang fisik, outfit yang dikenakan, sampai aktivitas apa saja yang pernah Fatma lakukan. Tapi tenang, ada kalanya kamu butuh kok keberadaan haters seperti ini.
"Setiap komen selalu aku baca untuk introspeksi. Kalau omongan mereka ada benarnya aku terima dan jadi motivasi upgrade diri. Tapi kalau itu nggak sesuai dengan realita, ya di cuekin aja," lanjut Fatma menanggapi.
Beberapa hal yang sering dikomentari oleh haters Fatma biasanya tentang pose, pemilihan outfit, cara bicara dll. Berkat komentar-komentar tersebut, Fatma semakin semangat untuk meng-upgrade diri. Kritik yang membangun perlu didengarkan, kalaupun kritikannya menjatuhkan ya harus dibuat membangun. Seperti logam, semakin dibakar dan ditempa maka hasilnya akan semakin memuaskan. Yang terpenting, kita harus tetap baik dengan orang lain. Bukan hanya untuk kebutuhan pencitraan di media. Tapi juga dalam kehidupan nyata.
Ada satu cerita unik dibalik terpilihnya Fatma Ayu sebagai Putri Indonesia Jawa Timur 2017. Sebelum ajang ini berlangsung, Fatma berencana mendaftar short course untuk mempelajari hukum di Belanda. Sayang, hal itu tidak berjalan mulus. Fatma telat memasukkan berkas administrasinya. Dia pun gagal mengejar kesempatan tersebut. Kemudian, dia mengikuti ajang pemilihan Wajah Femina. Untuk kedua kalinya, Fatma gagal meraih impiannya.
Hingga ia memutuskan mendaftar di ajang Putri Indonesia 2017. Diluar dugaan, namanya keluar sebagai pemenang. Dari kisah Fatma Ayu, kita bisa belajar bahwa keterbatasan dan kegagalan bukanlah halangan meraih mimpi. Dalam kehidupan, kegagalan pasti akan menghampiri. Namun, kita harus terus berjuang karena akan ada hasil yang setimpal. Gagal itu perlu sebagai pengingat bahwa kita ini tidak boleh tinggi hati dan merasa serba sempurna.
“Di saat kamu punya kesempatan menjadi luar biasa, buat apa hanya menarget diri menjadi seseorang yang biasa-biasa saja?” pungkas Fatma menutup sesi photoshoot bersama Zetizen Surabaya.
Setelah terpilih sebagai perwakilan Jawa Timur untuk maju di ajang Putri Indonesia 2017, ia akan melanjutkan langkahnya. Hari ini (21/03), alumnus Fakultas Hukum Universitas Airlangga itu menjalani masa karantina. Sesi tersebut berlangsung selama sepuluh hari hingga malam grand final pada 31 Maret. Selamat berjuang Fatma!
_________________________________________
Outfit:
Karla Jasmina - @KarlaJasminaBrides
Brushed by:
Lensed by:
Archie Hanafi - @archiehanafistudios
Fashion Editor:
@indrianingtyas
Studio:
Puzzle Studio, Jl. Bratang Jaya A-6, No 59 Surabaya
_________________________________________