zetizen

Mengenal Malahayati, Laksamana Wanita Pertama di Dunia Asal Aceh

Get A Life

Zetizen.com – Hari Kartini untuk memperingati jasa R.A. Kartini memang sudah berlalu. Tapi, masih banyak pahlawan wanita Indonesia lain yang nggak kalah penting dan wajib kamu tahu! Salah satunya adalah Malahayati. Dia merupakan sosok wanita tangguh asal Aceh yang pernah berjuang gagah di lautan sebagai wanita pertama di dunia! Seperti apa perjuangan Malahayati?

Malahayati, sosok wanita hebat Indonesia yang jadi laksamana wanita pertama di dunia (Foto : Seasia)

Siapa Malahayati?

Malahayati lahir di Aceh lebih dari 400 tahun lalu. Dia merupakan putri Laksamana Mahmud Syah. Bersekolah di pesantren, dia tumbuh menjadi sosok wanita tangguh dan pemberani. Nggak heran, setelah dia lulus dari pesantren, Malahayati melanjutkan pendidikan di Akademi Militer Kerajaan Aceh atau yang dikenal dengan nama Ma’had Baitul Maqdis. Pendidikan militer yang ditempuhnya itu akan membawa Malahayati berkiprah dalam sebuah perjuangan dan pencapaian luar biasa.

Laksamana Wanita Pertama di Dunia

Suasana pertempuran laut
Foto : Seasia

Dalam sejarah dunia, kita banyak mengenal nama-nama wanita hebat yang mempelopori berbagai bidang. Biasanya, wanita-wanita pioneer itu berasal dari barat. Tapi, Malahayati berhasil mematahkan anggapan itu. Sebab, Malahayati adalah laksamana (pemimpin pasukan tentara angkatan laut) wanita pertama di dunia! Kiprahnya itu dimulai sejak kejatuhan Kerajaan Malaka ke tangan Portugis. Sejak itu, Kerajaan Aceh semakin berkuasa dan punya tanggung jawab besar untuk menjaga Selat Malaka agar tetap eksklusif bagi pedagang Asia. Alhasil, Sultan Alauddin Mansur Syah sebagai Raja Aceh yang berkuasa saat itu, memperkuat dan membangun pasukan militer angkatan laut. Malahayati pun ditunjuk sebagai pemimpin pasukan alias laksamana.

Prestasi Luar Biasa Sebagai Laksamana

Keputusan Sultan Alauddin Mansur Syah itu rupanya nggak salah. Meski wanita, Malahayati sukses mencatat prestasi luar biasa. Inilah beberapa prestasi Malahayati:

Cornelis de Houtman
Cornelis de Houtman (Foto: slideshare)
  • 1599: Pasukan Belanda yang dipimpin Komandan Cornelis de Houtman mendarat di Pelabuhan Aceh. Awalnya, pasukan ini disambut baik oleh Kerajaan Aceh. Sampai akhirnya, pasukan yang sudah bermasalah dengan Kesultanan Banten ini menyerang Aceh. Sontak, pasukan Aceh pun melawan. Sebagai laksamana, Malahayati langsung turun tangan. Dia memimpin 2.000 pasukan Inong Balee (pasukan tentara wanita janda yang suaminya gugur di medan perang) melawan pasukan de Houtman. Kemenangan pun berhasil direbut. Pada 11 September 1599, Malahayati sendiri yang membunuh de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal. So cool!
  • 1600: Pasukan angkatan laut Belanda yang dipimpin Paulus Van Caerden merompak sebuah kapal Aceh yang berisi lada. Nggak tinggal diam, pada Juni 1601, Malahayati mengutus penangkapan laksamana Belanda, Admiral Jacob Van Neck, untuk pertanggungjawaban. Karena penangkapan ini, Belanda sampai harus mengirim utusan ke Aceh dengan membawa surat permohonan maaf diplomatis lho. Setelah berbagai kesepakatan, Jacob Van Neck akhirnya dibebaskan setelah Belanda membayar 50 ribu gulden sebagai bentuk tanggung jawab atas aksi Van Caerden.
James Lancaster
James Lancaster (Foto: Britishempire)
  • Juni 1602: Reputasi Malahayati sebagai penjaga keamanan Kerajaan Aceh sampai di telinga Ratu Inggris, Queen Elizabeth I. Karena itu, sang ratu mengutus James Lancaster ke Aceh untuk menawarkan hubungan perdagangan melalui jalur diplomatik dan damai. Dalam negosiasi antara Aceh dan Lancaster, Malahayati turun tangan sendiri. Berkat keberhasilan negosiasi diplomatik itu, jalur perdagangan Inggris-Jawa akhirnya dibuka dan 100 persen dengan cara damai.

Namanya Selalu Ada Meski Raganya Telah Tiada

Setelah berbagai pencapaian luar biasa, Malahayati gugur dalam perang melawan Portugis di Teuluk Krueng Raya, Aceh. Jasad Malahayati dimakamkan di lereng bukit Kota Dalam, sebuah desa nelayan yang terletak kurang lebih 34 km dari Banda Aceh. Meski raganya tiada, nama Malahayati terus dikenang sepanjang masa. Sampai sekarang, nama Malahayati masih "hidup" dan digunakan sebagai nama kapal, universitas, rumah sakit, sampai nama jalan di beberapa kota di Sumatera.

True example of a great Indonesian woman. Makin bangga dong jadi wanita Indonesia?

 

Sumber: Seasia, Atjehcyber | Editor: Ratri Anugrah