Zetizen.com - Ngomongin tentang dunia yang ideal emang seru ya! Ide-ide yang masuk keren-keren deh! Too bad cuma ada 10 pemenang yang berhak mendapatkan custom notebook dari @buddybooks. Inilah dunia ideal menurut Zetizen pemenang weekly challenge 27 (bagian I).
Dunia yang ideal menurutku adalah dunia dimana semua orang bahagia. Semua hal berjalan lancar, aman, dan menyenangkan. Tiap individu bisa bebas mengeksplor diri tanpa takut dengan perbedaan. Untuk itu, aku ingin menanamkan CoU atau Chip of Understanding pada setiap orang. Chip itu membuat manusia pengertian. Pengertian terhadap sesama, lingkungan, diri sendiri, pelajaran di sekolah, sampai gebetan he he he. Dengan begitu, pertikaian bisa diminimalisir.
Kenapa pengertian bukannya kepintaran atau rasa sayang? Kepintaran yang tidak sesuai porsi bisa menimbulkan keserakahan. Tapi, bukan berati kepintaran tidak penting ya. Sedangkan rasa sayang yang berlebihan juga bukan hal baik. Apalagi jika ditinggalkan pas lagi sayang-sayangnya. Beda dengan pengertian yang menurutku dasar dari segala pemikiran dan perbuatan.
- Diana Kusumaningrum, SMAN 1 Boyolangu [FOLLOW]
Dunia yang ideal itu dibangun dengan cinta. Eits, bukan cinta pacar, gebetan, ataupun mantan ya. Kebanyakan manusia zaman sekarang tidak mengasumsikan cinta dengan benar. Secara harfiah, cinta adalah perasaan yang muncul ketika kita menganggap sesuatu sebagai hal yang berarti. Percuma kalau materi terpenuhi, tapi hati kita kosong. Otak kita penuh perhitungan duniawi, tapi jiwa kita kosong karena tidak tahu kita hidup karena apa.
Semua orang pun berselisih. Entah apa tujuannya, mungkin untuk kepentingan dunia. Ya mereka itu orang-orang yang belum tahu arti cinta sesungguhnya. Mereka mengejar apa yang mereka lihat dan inginkan, bukan apa yang dibutuhkan. Oleh karena itu, kita butuh sejuta cinta pada diri kita untuk membangun kembali dunia. Manusia itu makhluk sosial. Kita dibangun dengan rasa cinta pada diri kita, dan kita wajib untuk mempraktikkannya kepada orang lain dalam hidup kita.
- Ezza Rachmadiva, SMAN 17 Surabaya [FOLLOW]
"Tidak penting apa agamamu atau apa sukumu, jika kamu berbuat baik kepada semua orang, orang tidak akan tanya agamamu atau apa sukumu." - Abdurahman Wahid-Gusdur
Kutipan dari Bapak Pluralisme Indonesia yang berusaha mengukir sejarah dengan dihargainya pluralisme di Indonesia itu menjadi sebuah berkah, bukan bahan perselisihan. Perbedaan dimaknai sebagai rahmat dan nikmat. Islam, Kristen, Hindu, Budha, Katolik, Protestan dan Konghucu dihargai sebagai agama yang bebas dipeluk siapapun, tanpa paksaan, tanpa ancaman. Hari ini, aku merasa ada yang beda dengan negeriku yang seharusnya memahami keberagaman sebagai anugrah yang tidak semua negara bisa merasakan.
Aku bermimpi negaraku tanpa sekat, tanpa memandang kulit putih, hitam, ataupun coklat. Aku bermimpi negaraku tanpa sikut, yang mayoritas maupun minoritas tidak saling memberi rasa takut, tidak memukul, tidak menyikut.
Dunia dimana Furqan melangkah ke Masjid, Frans melangkah ke Gereja, Made pergi ke Pura, Wayan pergi ke Vihara, dan Lee beranjak ke Klenteng tanpa rasa khawatir. Aku merasa bahwa negaraku seharusnya seperti itu. Masyarakatnya saling menjunjung tinggi kepercayaannya dan tidak mencampuri urusan "sensitif" yang bukan ranahnya. Selamat datang dan berimajinasi di negara tanpa sekat, negara tanpa sikut. Kasih damai untuk sesama, salam dan keberkahan bagi Indonesia dan Dunia.
- Ahmad Safari.R, Universitas Muhammadiyah Palangkaraya [FOLLOW]
Hilangkan:
- PBB yang bukan "PBB": Aku ingin Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadi organisasi internasional yang dapat dimasuki oleh negara yang sudah merdeka. Saat ini masih banyak negara-negara kecil yang sudah merdeka, tapi masih terlantar. PBB pun harus bisa menegakkan HAM tanpa pandang bulu. Bill of Rights harus ditegakkan!
- "Perang" Teknologi: Tidak ada lagi negara-negara yang berlomba menciptakan senjata ini-itu. Misalnya, Rusia dengan nuklirnya, Korea Utara dengan Roketnya, sampai Jerman dengan gas-gas kimianya. Kita tidak ingin Perang Dunia III kan? Percayalah, kebakaran tidak akan terjadi jika tidak dengan api yang kecil.
- Sikap Chauvanisme: Sikap merendahkan negara atau bangsa lain dengan berlebihan. Masih ada negara yang bersikap seperti ini. Contohnya, Korea Utara dengan sistem pendidikan yang mengajarkan anak-anak untuk membenci Amerika. Ini adalah bentuk pengecaman berat. Bukankah kita harus mengembangkan sikap toleransi?
- Sikap Hedonisme: Sikap mementingkan duniawi tanpa batas dengan mengutamakan kesenangan. Menurut jurnal survei, Amerika Serikat merupakan negara dengan hedonisme terparah. Kalau seseorang tidak memiliki barang trendy, dia dianggap tidak exist. Kenapa tidak menyisihkan sebagian uang untuk beramal?
Tambahkan:
- Penegasan Hukum Internasional Tentang Lingkungan: Lingkungan semakin tergerus zaman, rusak oleh tangan manusia sendiri. Populasi hutan sebagai penyedia oksigen menipis, kadar keasaman laut semakin meningkat berkat polusi udara sehingga biota laut mati, atmosfer kian menipis, efek rumah kaca semakin menggila, dan masih banyak lagi. Hukum internasional tentang lingkungan harus digalakkan dan setiap tahun harus selalu dibicarakan oleh petinggi-petinggi negara secara global.
- Hubungan Investasi dan IPTEK: Negara-negara maju harus membantu negara tertinggal, khususnya IPTEK. Negara-negara maju juga diharapkan bisa berinvestasi dengan negara tertinggal. Ini sangat membantu kedua negara, baik negara ivestor yang bisa berinvestasi dan negara tujuan yang mendapatkan lapangan pekerjaan.
- From Charity To Country: Setiap negara bisa memberikan hibah pada negara yang membutuhkan. Program ini didasari rasa saling membantu dan diharapkan bisa dimanfaatkan untuk pembangunan negara.
- Negara yang Satu: Ini ide mungkin kontroversial jika disebarluaskan. Aku kepikirakan bagaimana jika di dunia ini hanya ada satu negara? Sepertinya dunia akan semakin sejahtera karena hanya ada satu peraturan. Pasti hukumnya bakal jelas dan tidak ada persaingan-persaingan lagi.
- Wildan Masyiyan Chaniago, SMAN 1 Batam [FOLLOW]
Akan terasa indah bila dunia ini tanpa hoax (kabar bohong). Dengan begitu tidak ada lagi kecemasan yang sering menghantui bahkan sampai membuat kita terpengaruh. Sudah banyak konflik yang muncul karena kesalahpahaman dalam membaca suatu kabar. Sebagai manusia yang baik, mari kita ciptakan dunia yang bersih dari kabar bohong. Mari kita canangkan gerakan Dunia Tanpa Hoax.
- Eric Septian Prawira, SMAN 2 Ketapang [FOLLOW]