Zetizen.com - Baru-baru ini, dunia pendidikan Indonesia kembali tercoreng. Seorang siswa SMA di Bogor dikabarkan meninggal dunia usai dipaksa bertarung “ala gladiator” di sekolahnya. Yap, ironis memang karena dia dipaksa berduel di lapangan sekolah, disaksikan oleh seluruh siswa!
Tapi, emang sebenarnya gimana sih pertarungan gladiator itu? Apa memang sekejam dalam film-film? Atau kah tawuran ala berandal sekarang yang lebih menyeramkan?
Siapa bilang gladiator itu hanya orang buangan atau budak yang dipaksa buat berduel demi hiburan? Yap, sebagian gladiator memang budak yang dipaksa. Tapi sebagian lainnya, gladiator juga terdiri dari mantan tentara yang masih punya skill bertarung, ataupun ksatria yang ingin mencari kejayaan.
Pada masa itu, profesi gladiator memang begitu dipuja. Seorang gladiator terkuat ibaratnya seperti bintang olahraga pada zaman sekarang. Makanya banyak anak muda yang memang dengan sengaja mendaftarkan diri sebagai gladiator.
Dalam adegan-adegan film, kita pasti pernah melihat adegan yang satu ini. Salah satu gladiator udah tersungkur di tanah dan siap menerima kekalahan, dan yang satunya berdiri berisap untuk mengeksekusi. Kemudian, sang raja akan memberikan tanda “jempol ke bawah” yang berarti mengizinkan sang gladiator “mengakhiri” lawannya.
Tapi apa betul begitu? Ternyata, masih ada perdebatan di kalangan sejarawan. Sebagian sejarawan malah berpendapat kalau “jempol ke bawah” itu menandakan maaf, alias instruksi untuk mengampuni lawannya.
Satu lagi adegan yang sering muncul dalam film adalah adegan sang gladiator bertarung dengan binatang. Biasanya, singa atau harimau jadi hewan buas yang muncul. Tapi pada kenyataannya, ternyata pertarungan gladiator dengan binatang sedikit berbeda dengan yang digambarkan dalam film.
Alih-alih berduel dengan sekedar pedang apalagi tangan kosong, binatang malah dijadikan perlombaan berburu secara massal di Colosseum. Jadi bukan manusia vs binatang, tapi sekelompok manusia yang memburu binatang.
Terkadang, ada juga duel yang mempertarungkan satu binatang dengan binatang yang lain. Nggak cuma kekajaman antar manusia, kekejaman terhadap binatang juga, nih!
Menurut data History Stories, seorang gladiator emang nggak berumur panjang. Angka harapan hidupnya rata-rata hanya sampai 25 tahun, karena memang pekerjaannya yang mematikan. Tapi apa gladiator memang selalu bertarung sampai mati? Faktanya, tidak.
Kadang memang ada pertarungan gladiator yang membuat salah satu petarungnya tewas di arena. Tapi, sebagian pertarungan nggak berakhir dengan kematian. Ini dikarenakan gladiator dianggap sebagai aset yang mahal dan hasil latihan yang lama, sehingga akan sangat sayang kalau seorang gladiator harus tewas tiap pertarungannya.
Wah, jadi kalau di Indonesia ada yang berkelahi sampai mati, berarti mereka lebih kejam dari gladiator sekali pun dong? Ckckck.
Yang jelas, era gladiator yang barbar udah lama berakhir. Kita sekarang harusnya hidup di zaman modern yang beradab. Kejadian seperti di salah satu sekolah di Bogor itu nggak boleh terulang lagi. Damai terus, Indonesiaku!
Source: History Stories, History Today