Zetizen-Pernah mendengar kata-kata ”Jadikan kekurangan sebagai sebuah kelebihan”? Nyatanya, kata-kata tersebut relate banget dengan salah satu komunitas speech disorder yang tetap aktif untuk berprestasi meski di tengah keterbatasan, yakni Indonesia Stuttering Community. Isu gangguan bicara itulah yang akhirnya membuat sekelompok anak muda berkomitmen untuk lebih mengedukasi masyarakat tentang stutter aka gagap ini. Yuk, intip cerita mereka!
“Pada dasarnya, setiap komunitas itu bergerak dari sebuah permasalahan. Nah, permasalahan yang lekat dengan komunitas kami adalah minimnya pengetahuan masyarakat mengenai isu gangguan bicara. Masih banyaknya gangguan bicara menjadi sebuah lawakan yang dianggap sepele. Padahal, dampaknya itu cukup kompleks,” ujar Dwiki Firmansyah, co[1]founder Indonesia Stuttering Community. Karena itu, berawal dari obrolan grup Facebook, pada 2017 komunitas tersebut mulai bergerak secara optimal dan progresif. Tujuannya sederhana, yakni mengedukasi melalui sosial media dan memberikan kesadaran akan pentingnya memahami isu stuttering dengan lebih baik.
Untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, komunitas itu pun memetakan 3 aspek yang berkaitan dengan kondisi pengidap gagap, yakni bagaimana kehidupan sosial mereka sehingga tiap anggota tidak menutup diri dan antisosial, approach beberapa lembaga untuk lapangan pekerjaan seperti Thisable Enterprise dan kerjabilitas.com, serta membantu psikologis teman-teman gagap di mana mereka memerlukan bantuan agar dapat mengondisikan diri mereka menjadi lebih baik. ”Tiga aspek ini akan menjadi salah satu indikator penting dalam bergeraknya komunitas. Selain untuk memahami persoalan dalam setiap diri anggota, kami terus mendiskusikan bersama agar bisa menemukan solusi yang konkret,” ucap Dwiki.
Beberapa kegiatan rutin komunitas pun mengadaptasi dari berbagai komunitas serupa di berbagai negara. Setiap minggunya Indonesia Stuttering Community mengadakan #JumatDenganVoiceNote dan video call rutin untuk internal. Lalu, #JumatDenganVoiceNote bertujuan mengajak para anggota untuk membiasakan berbicara dan video call guna menstimulus para anggota dalam berbicara dan mengasah kepercayaan diri mereka. Setiap bulan, komunitas itu rutin mengadakan gathering time dan seminar mini yang diperuntukkan untuk para nonstutter. Tujuannya, anggota bisa show off tanpa malu dan nonstutter memahami isu ini lebih dalam. Salah satunya adalah STUTTERNESIA 2020.
”Sejauh ini respons masyarakat bisa kami lihat dari beberapa pihak yang kerap melakukan kolaborasi yang dihadiri banyak penonton dengan respons yang baik. Selain itu, setiap minggu ada saja anggota baru yang masuk dan pernyataan yang sering muncul adalah dulu mereka merasa kesepian, nggak berguna, dan sendiri. Ternyata adanya wadah ini membuat mereka menjadi semangat untuk berubah. Statement itu jadi sesuatu yang menggembirakan,” tutup Dwiki. (c12/lia)