Zetizen.com - Seiring meningkatnya tren di industri kecantikan, muncullah profesi beauty vlogger yang ramai di YouTube. Selain bikin eksis, profesi kekinian ini juga mendatangkan keuntungan. Rachel Goddard dan Mega Gumelar, dua beauty vlogger Indonesia, udah membuktikan serunya terjun di dunia ini. Yuk, simak cerita mereka!
Gimana awalnya bisa jadi beauty vlogger?
Rachel: Dulu aku kerja di media. Karena bosan nulis segala hal tentang kecantikan, akhirnya aku mikir kenapa nggak terjun di industri itu aja. Akhirnya, pada 2012 aku jadi makeup artist dan pakai YouTube untuk penunjang profesiku. Tapi, karena harus pindah ke Kazakhstan pada 2015, channel-ku makin aku fokusin dengan berbagai konten daily makeup.
Baca juga:
NICHOLAS SATYAHADI, Si Ahli Matematika Jiwa
|
Mega: Aku mulai bikin YouTube channel tuh pada 2010. Dulu kontenku lebih ke cover lagu dan comedy vlog. Baru pas masuk kuliah pada 2014, aku mulai mengkreasikan bakat menggambar yang aku punya sejak kecil. Terpikir deh buat fokus menjadi beauty vlogger. Akhirnya, aku mulai beli-beli makeup kayak eye shadow dan lipstik yang warnanya unik dan anti-mainstream.
Apa ciri khas beauty vlog-mu?
Rachel: Kata orang sih yang khas dariku tuh selalu tampil apa adanya he he. Karena bukan cewek putih dan tinggi, aku kasih banyak inspirasi buat cewek-cewek berkulit tan kayak aku gini untuk lebih pede mengaplikasikan segala kreasi makeup sehari-hari. Nggak jarang unsur parodi juga aku masukkan biar terkesan nggak terlalu serius.
Baca juga:
Dari Hobi Jadi Profesi
|
Mega: Menurutku, nggak banyak beauty vlogger yang memilih buat kasih tips makeup karakter. Nah, karena aku banyak bikin konten makeup karakter, hal itu aku jadiin ciri khas YouTube channel Mega Gumelar. Oh ya, satu lagi. Di beberapa konten yang aku bikin, aku suka gonta-ganti warna rambut. Biar banyak viewer yang makin kepo sama channel-ku.
Baca juga:
Bukan Sekadar Main Medsos Biasa
|
Waktu di-endorse beauty kit dan hasilnya jelek, gimana cara menjaga profesionalitas?
Rachel: Di Indonesia tuh ada komunitas Indonesia Beauty Vlogger (IBV). Sebelum memutuskan buat me-review salah satu produk makeup, kami sesama beauty vlogger pasti ngobrolin tentang produk yang layak buat di-review. Kalau banyak di antara kami yang bilang produk itu oke dan bagus, baru deh kami review berdasarkan pendapat masing-masing.
Mega: Kebetulan aku ini orangnya picky kalau diajak kerja sama. Dengan brand apa pun itu, aku pasti menerangkan bahwa aku punya rules, yaitu honest review. Jadi, aku mencoba produknya lebih dulu. Kalau produknya nggak sesuai dengan kualitas yang dijanjikan, aku bakal menolak secara tegas buat di-review.
Apa aja suka duka beauty vlogger?
Rachel: Enaknya jadi beauty vlogger tuh kita bisa tahu lebih dulu tentang tren makeup. Bahkan, brand-brand bakal datang menawarkan kerja sama dengan kita agar produk mereka bisa di-review. Nggak enaknya, pasti segala hal yang kita lakuin harus dipikirin dulu, mana yang pantas buat di-posting dan baik buat viewer kita. Biar nggak menimbulkan komen pedas. Ha ha ha..
Mega: Enak atau nggak tergantung setiap beauty vlogger. Aku lebih menanggapinya sebagai challenge. Misalnya, saat viewers minta dibuatin challenge-challenge, membuat one brand make-up tutorial, atau minta untuk collab sama YouTubers lain. Basically, menanggapi permintaan mereka adalah faktor enak dan nggak enaknya jadi beauty vlogger.
Ada project apa nih ke depannya?
Rachel: Aku sih lagi ingin banget collab sama beauty vlogger yang baru ngerintis channel. Jadi, aku bisa ngenalin mereka ke fans dan viewers-ku. Sekaligus berbagi ilmu sama mereka.
Mega: Next project aku mau mewujudkan banyak permintaan viewers-ku yang berharap bikin konten skin care routine. Selain itu, semoga aku bisa sering kasih giveaway buat fans dan viewers-ku.
Siapa tertarik jadi beauty vlogger?
| Penulis: Diana Hasna