zetizen

Review Film To All the Boys: Always and Forever

Movie

Zetizen-Just in time for Valentine’s Day, penikmat film franchise sekaligus buku trilogi To All the Boys I’ve Loved Before (TATBILB) bisa ikut merasakan kemanisan kisah cinta Lara Jean (Lana Condor) dan Peter Kavinski (Noah Centineo). Bagi yang belum menonton dua film sebelumnya, TATBILB bercerita tentang Lara Jean (LJ) yang menulis surat kepada semua cowok yang dia suka. Suatu hari Kitty, sang adik, mengirimkan semua surat.

Sejak surat itu dikirim, kisah cinta LJ nggak sama lagi. Dia bahkan sampai berpura-pura mengencani Peter, cowok idaman di sekolah yang juga dia tuliskan surat, demi menghindar dari tetangganya yang juga menerima surat. Tapi, yang awalnya hanya pura-pura, LJ dan Peter benar-benar jatuh cinta. Nah, pada film ketiganya, To All the Boys: Always and Forever, LJ dan Peter menjalani tahun terakhir di sekolah. Apakah mereka bisa masuk di universitas yang sama, Stanford, seperti yang direncanakan?

Menulis ulasan tentang film ini harus memakai kacamata teenagers. Mungkin bagi millennials or older, Always and Forever ini receh banget. Tapi, bagi Generasi Z, kisah LJ dan Peter ini justru relatable banget, khususnya bagi yang mau masuk kuliah dan harus berpisah dari orang tersayang. Duuuuh… katanya kan LDR banyak godaannya. Nggak heran kalau bahkan beberapa penonton berharap film ke-4 TATBILB dibuat meski bukunya cuma sampai volume tiga. Mau sontek tips and trick LDR-an kali ya? Hehe.

Di sisi lain, Forever and Always ini membuka mata kita tentang memilih kampus impian. Setelah ditolak Stanford, dia ternyata diterima di Berkeley yang jarak tempuhnya cuma one hour driving dari Stanford. Tapi, setelah tur ke NYC, dia justru jatuh cinta sama New York University! Makin galau deh mau memilih universitas yang dekat pacar atau yang berhasil memikat hati. Bagi yang dilema juga, keputusan LJ ada benarnya lho.

Nah, yang membuat Forever and Always sedikit mengecewakan adalah unsur kekeluargaannya. Pada film pertama, kisah The Song Sisters kuat banget sampai bikin kita berandai-andainya punya kakak seperti Margot (Janel Parrish) dan adik seperti Kitty (Anna Cathcart). Sementara itu, dalam film terakhirnya, cerita cenderung fokus pada LJ dan Peter.

Padahal, Forever and Always dibuka dengan trip keluarga ke Seoul, Korea Selatan. The Song Sisters bersama ayah dan calon ibu tirinya mencari gembok hati yang dulu dipasang sang ibu. It could be very sweet. Sayang, perjalanan ini seperti dibuat ala kadarnya dan nggak bisa bikin penonton terharu. Wah, yang baca bukunya mungkin protes juga nih. Lucunya lagi, soundtrack yang digunakan adalah lagu Gee dari Girls’ Generation. Itu merupakan lagu keluaran 2009, sedangkan para karakter sudah pakai iPhone 11.

Meski begitu, penonton pasti suka pesta pernikahan sang ayah dan kekasihnya, Trina (Sarayu Blue). Pestanya simpel banget, tapi dekorasinya supercantik! Lagi-lagi bikin penonton rindu datang ke kondangan yang nggak bisa seheboh biasanya karena Covid-19. Hubungan antara Margot, Kitty, dan LJ dengan ibu tirinya juga eye-opening karena saat ini sosok ibu tiri nggak selalu digambarkan seperti ibu tiri Cinderella. Thank God! Sayang, hubungan mereka bakal bagus banget kalau dieksplorasi lebih jauh.

Jadi, apakah TATBILB perlu film keempatnya? Kalau iya, Jenny Han sebagai sang penulis buku harus menerbitkan buku keempat dong. Sebab, penonton yang juga pencinta bukunya mungkin agak kecewa. Meski begitu, kami tetap akan menanti kisah Lara Jean dan Peter K. selama di bangku kuliah. Siapa tahu film ini justru akan menggaet lebih banyak fans karena ceritanya yang lebih relatable dan less drama. Selamat menonton! (c12/rat)