Zetizen-Meski hanya di rumah selama pandemi, hal ini tidak menyurutkan anak muda untuk bersosialisasi. Itu ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan pengguna dating apps, terutama pada generasi Z. Dating apps menjadi salah satu alternatif untuk bersosialisasi. Meski memiliki nama dating apps, layanan yang ditawarkan bukan hanya untuk mencari pasangan, melainkan juga untuk mencari teman. Dalam menggunakan dating apps, tentu tidak terlepas dengan pros and cons yang bisa terjadi.
Pros, kamu bisa match dengan orang yang memiliki interest yang sama. Cons, kamu bisa saja menjadi korban catfishing. Cari tahu lebih lanjut soal catfishing dengan menyimak tulisan di bawah berikut!
Catfishing adalah kegiatan penipuan identitas yang dilakukan individu di dunia daring yang biasanya meliputi pembuatan akun media sosial, data diri, hingga foto fiktif. Istilah ”catfishing” kali pertama booming pada 2010, ketika acara televisi Amerika Serikat dengan nama ”Catfish” dirilis. Acara tersebut mengangkat cerita-cerita orang yang pernah mengalami catfishing.
Alasan seseorang melakukan catfishing cukup beragam. Bisa karena orang tersebut merasa tidak cukup baik atau good looking, gangguan kesehatan mental seperti anxiety dan depresi yang mengakibatkan perasaan tidak percaya diri untuk menunjukkan diri mereka sebenarnya, serta yang terakhir adalah karena mereka memang
ingin menyembunyikan identitas asli mereka untuk penipuan atau tindak kejahatan.
Dampak catfishing juga cukup berbahaya karena bisa mengakibatkan kerugian material seperti uang maupun harta berharga lainnya hingga kerugian emosional seperti trust issue. ”Banyak orang yang tidak melaporkan tindakan catfishing karena mereka malu untuk menceritakan. Penipuan ini tidak hanya membuat seseorang kehilangan
material, tetapi juga mematahkan hatinya,” ungkap Steve Bernas, president BBB of Chicago and Nothern Illinois, dikutip WTTW.
Agar kamu bisa terhindar dari catfishing, ada baiknya mengenali beberapa tanda-tanda yang biasanya dilakukan seorang catfisher. Pertama, orang tersebut biasanya tidak memiliki lingkaran pertemanan yang luas. Hal itu terkadang membuat mereka bisa menyembunyikan identitas
dengan
sempurna. Kedua, akun sosial media mereka
akan terlihat kurang aktif atau bahkan tidak punya akun media sosial sama sekali. Dan terakhir, seorang catfisher akan cenderung menutup diri dan enggan diajak bertemu. Cerita yang mereka sampaikan akan terkesan berlebihan dan dibuat-buat untuk memanipulasi informasi dari percakapan yang tengah terjadi.
Jadi, kalau kamu menemukan seseorang dengan ciri-ciri di atas, lebih berhati-hati ya, guys! Internet bisa jadi tempat paling berbahaya kalau kita tidak pintar untuk mengantisipasi. (elv/c12/mel)
Say Goodbye to Catfisher
Take It Slowly
Ketika kamu merasa hubungan berjalan terlalu cepat, kamu perlu berhati-hati. Ambil waktu lebih untuk berkomunikasi. Dan jika memungkinkan, berkomunikasilah secara langsung. dengan lebih berhati-hati, kamu juga bisa mengantisipasi hubungan yang lebih intens terjalin dengan orang asing yang baru kamu kenal.
Investigate
Skill stalking kamu dibutuhkan di situasi ini. Kamu bisa cek jejak digital melalui media sosial dan video call. Alternatif lain adalah mengecek foto yang mereka tunjukkan.
Kamu bisa mencoba untuk melakukan reverse image search yang akan membantumu untuk menemukan foto yang sama dari berbagai web. Biasanya, digunakan untuk menemukan foto aslinya. Reverse image search bisa dilakukan
dengan
meng-upload foto melalui Google Image.
Don’t Be Afraid to Ask and Share
Jika kamu merasa ragu saat berkomunikasi dengan seseorang, jangan takut untuk bertanya. Karena jika mereka bukan catfisher, mereka tentu membuat kamu merasa aman. Ketika catfisher tidak dapat menjawab, itu akan menjadi salah satu red flags yang wajib diwaspadai. Terbuka dengan keluarga atau teman juga menjadi hal penting yang dilakukan agar orang terdekatmu bisa melindungi dan memberikan pendapat. (elv/c12/mel)