Zetizen-Kalau kamu berjiwa petualang seperti Ficco Nurdiansyah, mungkin olahraga yang satu ini bisa dijajal. Berbekal rasa penasaran, cowok yang akrab disapa Ficco itu memutuskan untuk menjadi atlet balap downhill. Meskipun olahraga tersebut tergolong berbahaya, Ficco justru nggak merasa takut walau sampai jatuh berkali-kali.
"Waktu itu aku sering lihat pertandingan downhill di Klemuk, Batu, karena dekat dari rumah. Seperti jatuh cinta pada pandangan pertama. 'Wah, keren ya kalau jadi pembalap. Bisa ke mana aja, dapat dukungan dan dikenal banyak orang'. Nekat deh! Pokoknya harus jadi atlet balap downhill juga meski waktu itu belum tahu caranya," jelas cowok yang punya nama panggung Dableh itu.
BUNNY HOP: Skill pertama yang harus dimiliki setiap rider downhill untuk
melewati obstacle dan berguna untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan.
Tentu Ficco menempuh jalan yang nggak mudah. Dia harus belajar di kelas BMX dulu. Namun, keinginannya tersebut berbuah manis setelah bertemu Afos Katana, pelatih downhill-nya pada 2018. "Kali pertama diajak Mas Afos ke track Klemuk Bike Park, aku mau nyerah duluan. Disuruh nantang maut lihat turunan curam kayak gitu. Serem banget! Dan benar aja, aku jatuh berkali-kali. Pulang latihan luka-luka. Orang yang nggak tahu mungkin mengira aku habis kecelakaan. Haha," kenangnya.
Demi bisa melakukan kesukaannya itu, siswa kelas XI SMK Negeri 1 Malang tersebut harus pintar membagi waktu antara sekolah dan latihan. Sebab, saat ini Ficco mengikuti pendidikan sistem ganda (PSG) sebagai syarat kenaikan kelas. Selain itu, pandemi Covid-19 membuat Ficco harus lebih ekstra menjaga daya tahan tubuh agar tetap fit selama latihan.
"Aku pernah luka sobek di daerah kumis karena jatuh dan dapat dua belas jahitan. Itulah risikonya kalau nggak konsentrasi. Walaupun kemungkinan kecelakaan dari olahraga ini sangat tinggi, aku tetap harus kondisi. PSG dari sekolah kan dimulai pukul 12.00 sampai 20.00. Jadi, aku latihannya pagi. mungkin istirahat biar nggak gampang sakit," katanya.
KONSENTRASI: Downhill termasuk olahraga yang berpacu dengan waktu. Dalam kejuaraan dunia, setiap peserta diberi minimal waktu selama 3 menit dan maksimal 5 menit hingga garis finis.
Saking sibuknya, teman-teman Ficco pernah mengeluh. "Kenapa sih tiap nongkrong selalu pulang dulu? Paling ikut donwhill cuma tipu-tipu!" Nggak berhenti di situ, Ficco bahkan sempat direndahkan karena nggak bisa menjuarai perlombaan di awal kariernya sebagai atlet. Tetapi, dia percaya kalau penjelasan tanpa pembuktian itu sama dengan omong kosong.
"Aku pernah lho bermalam di masjid sama bapak karena nggak bisa cari penginapan waktu tes ei Sidoarjo sebelum ikut kompetist. Tapi, dari downhill aku bisa ke luar negeri untuk kali pertama. Nggak cuma jadi peserta, aku jadi juara ketiga di Bukit Dinding, Malaysia! Itu adalah bukti kalau perjuanganku nggak segampang apa yang mereka bilang," tutur Ficco.
Ficco sangat bangga apa yang diimpikannya pelan-pelan jadi kenyataan. Dukungan penuh dari orang tua dan pelatihnya membentuk karakter Ficco jadi nggak gampang menyerah. Meski awalnya hanya meminjam fasilitas dari tim, dia percaya kalau suatu hari nanti semuanya dapat dimiliki dengan usahanya sendiri.
PRIDE: Ficco berhasil merebut urutan ke-3 dalam ajang Bukit Dinding Race 4.0 Junior pada Maret 2020 yang berlangsung di Kuala Lumpur, Malaysia.
"Dulu bapakku pernah mengakali helm motor dijadikan helm sepeda karena belum bisa beli sendiri. Dari situ aku semakin yakin kalau mimpiku sebagai atlet juga bisa membanggakan kedua orang tuaku. Apalagi, sekarang adikku mengikuti jalur sebagai pembalap Semangatnya jadi dobel!" tutupnya. (sak/c12/rat)