Zetizen-Memaksakan diri untuk selalu tersenyum adalah salah satu hal yang mungkin sering kamu lakukan. Menutupi perasaan aka masking emotions itu nggak salah kok. Asal, kamu tahu seberapa jauh harus melakukan hal tersebut dengan tujuan-tujuan tertentu. Soalnya, semakin sering kamu menutupi emosi tersebut, akan timbul dampak negatif terutama dalam kesehatan mental.
Dilansir dari Healthline, alasan orang menyembunyikan perasaan adalah untuk bahwa dia tidak lemah. Pada umumnya, secara alamiah kita akan belajar bagaimana menekan emosi karena alasan utama. Tapi, beberapa dari kita bahkan nggak tahu alasan utama kita berusahauntuk menutupi emosi ketika sedang marah ataupun sedih. Sebab, secara refleks, mereka merasa khawatir jika menunjukkan emosi bisa membuat orang lain menilai buruk tentang diri kita.
Nggak heran kalau orang yang patah hati dan baru putus jarang memperlihatkan kesedihannya di depan umum. Karena mereka merasa bahwa menunjukkan rasa sedih adalah hal memalukan dan melukai social expectation kita di mata orang lain.
Keinginan untuk menghindari emosi tersebut sering kali muncul karena kurangnya percaya pada diri sendiri ataupun orang lain. Jika terus-menerus dilakukan, ternyata hal tersebut bisa menimbulkan efek signifikan pada kesehatan mental dan fisikmu loh.
Menutupi perasaan secara tidak langsung akan menghambat komunikasimu dengan orang-orang terdekat. Misalnya, ketika sedang merasa putus asa dan menanggung
beban besar, nggak ada salahnya untuk membagikan apa yang sedang kamu rasakan ke orang terdekat.
Dengan melakukan masking emotions, kamu akan menutup diri dan komunikasimu dengan orang-orang tersebut berakhir dengan masalah yang tidak kunjung selesai. Berpura-pura tidak merasakan apa-apa mungkin bisa jadi cara untuk ”menipu” orang lain. Namun, faktanya emosi itu akan terus menumpuk dan pada suatu waktu akan meledak di timing yang nggak kamu sangka.
Beberapa hal yang timbul jika kamu terus-menerus menyembunyikan perasaan adalah stres. Ketika stres, secara nggak langsung tubuh kita juga akan merasakan akibatnya. Misalnya, diabetes, masalah tidur, bahkan darah tinggi jika tidak segera ditangangi. Skenario terburuk, penderitanya pun bisa mengakhiri hidup. (c13/lia)
UNTUK berhenti, kamu emang butuh waktu untuk belajar dan memahami perasaanmu. Beberapa cara di bawah ini bisa membantumu untuk merasa lebih nyaman dengan emosi yang sedang kamu rasakan dan bagaimana cara yang tepat untuk menanganinya. Check this out! (c13/lia)
Secara sadar, kamu perlu paham dengan kemampuan dan keadaan yang sedang kamu alami. Ketika kamu sadar akan perasaan dan emosi yang sedang kamu rasakan, artinya kamu mengakui dan menerima emosi tersebut. Misalnya, ”Kelakuan pacarku benar-benar bikin aku marah. Tapi, aku nggak mau bertengkar di depan umum. Sabar, tarik napas, setelah ini aku harus bilang ke doi kalau aku kesel banget sama dia.” Belajar untuk memahami situasi seperti hal di atas mungkin akan susah. Namun, pemahaman situasi tersebut akan mempermudah kamu untuk mencari solusi mengatasi emosi marah dan kesal tersebut.
Nggak usah takut dianggap lemah. Sebab, kadang dengan menceritakan apa yang dirasakan ke orang lain akan membuat perasaan terasa lebih lega. Menunjukkan bahwa kamu sedang marah, sedih, atau kecewa kepada orang terdekat bakal memupuk rasa kepercayaan satu sama lain. Contohnya, ”Kemarin kok kamu nggak angkat
teleponku sih? Lagi banyak tugas ya?” Mengeskspresikan kekesalan dengan rasa hormat akan membuat orang lain lebih jujur dan terbuka.
Salah satu cara untuk bisa mengekspresikan emosi adalah berbicara dengan ahli seperti terapis. Soalnya, mereka akan membantumu untuk mengidentifikasi penyebab tekanan emosi yang kamu rasakan. Setelah kamu udah merasa nyaman untuk menceritakan semuanya, terapis akan membantumu untuk mengatasi gejala mental seperti cemas, takut, atau stres karena emosi yang tersebunyi.