Zetizen-Tiap awal tahun, banyak orang yang beramai-ramai membuat resolusi. Namun, karena 2020 berjalan begitu cepat, akhirnya resolusi tahun ini adalah melanjutkan resolusi tahun lalu. Eits, daripada nggetu memenuhi resolusi, coba deh benerin kebiasaanmu! Kata James Clear, penulis Atomic Habits, sistem lebih penting daripada goals lho! Oleh karena itu, Zetizen akan mengajakmu membahas kesalahan yang biasa terjadi saat memulai kebiasaan baru. (c12/rat)
Mulai dari Kebiasaan yang Paling Sulit
Seharusnya, seperti kata Leo Babauta, ”make it so easy you can’t say no.’’ Soalnya, cuma menggerakkan badan buat jalan pagi di kompleks aja udah susah. Apalagi, langsung disuruh kardio. Belum lagi kalau semalam habis diputusin pacar atau begadang gara-gara nonton drama Korea.
Oleh karena itu, mulailah dari yang paling gampang. Misalnya, kamu ingin push-up lima puluh kali tiap hari. Mulailah dari 5–10 kali. Begitu juga dengan kebiasaan membaca buku. Jangan langsung menghabiskan satu buku tebal dalam sehari. Mulailah dari dua halaman per hari.
Maunya Mengubah Banyak Hal Sekaligus
”Ya udah deh. Tahun ini aku bakal lari tiap pagi, baca buku minimal satu jam dalam sehari, nulis jurnal tiap sebelum tidur, pakai skin care sepuluh macam tiap malam, terus…’’ Whoa! Kalau mau mengubah banyak hal, ya berat, Bos! Menurut BJ Fogg dari Universitas Stanford, tiga perubahan itu adalah jumlah maksimal dan itupun hanya untuk hal kecil. Misalnya, kumur pakai dental floss, push-up satu kali, atau mengucap ”hari ini pasti hari terbaikku’’ setiap sebelum beraktivitas.
Namun, James Clear lebih suka berfokus pada satu kebiasaan baru. Kalau sudah terbiasa sampai nggak pakai mikir lagi, tubuh sudah otomatis melakukannya, baru deh move on ke kebiasaan lain. ”Aku membiasakan diri pergi ke gym tiap Senin, Rabu, dan Jumat selama enam bulan. Kalau sudah terbiasa, baru bikin kebiasaan baru, yakni menulis artikel tiap Senin dan Kamis selama delapan bulan,’’ tulis James dalam blognya.
”Berburu” Hasil, Bukan Ritualnya
Yap, wajar kok kalau kita membuat resolusi untuk mencapai sebuah goal. Masalahnya, goal baru ya nggak menjamin hasil yang berbeda. Kita butuh mengubah gaya hidup yang fokus pada proses. Oleh karena itu, kamu harus fokus membentuk kebiasaan yang lebih bagus, bukan hasil yang lebih baik.
Menurut Tony Schwartz, sebuah ritual atau kebiasaan adalah sebuah perilaku yang sangat spesifik yang dilakukan pada waktu tertentu sehingga overtime bisa dilakukan secara otomatis dan nggak butuh energi besar hanya untuk mengumpulkan niat melakukannya.
Baca juga:
Libatkan Anak Muda dalam Kreasi Film Pendek
|
Kenapa kita selalu disuruh ”surround yourself with people who motivates you”? Ya karena nggak mungkin bisa kita melakukan kebiasaan baik di lingkungan buruk. Nggak mungkin bisa kita selalu makan makanan sehat kalau di sekitar kita cuma ada junk food. Nggak mungkin bisa kita optimistis kalau orang-orang di sekitar kita selalu pesimistis. Nggak mungkin bisa juga kita fokus mengerjakan sesuatu kalau notifikasi dari HP bunyi terus. Manusia memang cenderung mengingkari kalau perilaku mereka sering merupakan respons dari lingkungan.
Mengubah lingkungan itu nggak selalu harus pindah rumah dan ganti teman kok. Kalau misalnya selama ini kamu sulit berfokus mengerjakan tugas karena mengerjakannya di dekat kasur, coba pindah ke ruangan lain atau ke co-working space. Contoh lain, kalau kamu ingin rajin bersepeda, tapi orang-orang di sekitar lebih suka bermalas-malasan, gabunglah dengan komunitas bersepeda.
Yuk, Baca Buku!
Zetizen-Kadang kita butuh membaca buku yang punya penjelasan lebih lengkap, gamblang, dan sekalian bisa dicoret-coret just in case we want to make notes.
Nah, ada beberapa buku bagus banget yang wajib kamu baca sebelum membuat sistem kebiasaan baru tahun ini. Apa aja bukunya? (c12/rat)
Why We Do What We Do in Life and Business