zetizen

Film A Man Called Ahok Sarat Makna berkat Hubungan Ayah dan Anak

Movie

 

ZETIZEN.COM - Sebagai salah satu film yang "berani" memprofilkan seorang tokoh yang cukup berpengaruh di Indonesia, A Man Called Ahok menjadi film yang banyak ditonton masyarakat Indonesia. Saya sendiri cukup kesulitan mendapatkan kursi di hari perilisannya kemarin (8/11). Sejak pagi, semua studio di Surabaya yang menayangkan film garapan sutradara Putrama Tuta ini benar-benar penuh! Rating IMDB-nya pun 8,6. Nggak heran, penggambarannya yang mendalam seakan-akan berhasil membasahi mata para penonton.

Mengambil setting di Belitung Timur, tempat Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok lahir dan besar sebagai seorang anak remaja biasa, film ini membawa kita kembali ke tahun 90-an. Diceritakan Hidup Ahok yang pas-pasan tidak lepas dari sosok sang ayah yang dianggap "terlalu" dermawan. Sifat dermawan tersebut menjadi inspirasi bagi Ahok kecil untuk ikut membagikan apa yang dia punya untuk orang lain. Misalnya, Ahok rela membuka celengannya dan adiknya, Yuyu, untuk membantu seorang tetangga yang akan melahirkan.

"Kita tidak akan jadi kekurangan dari memberi."

- Tjung Kim Nam muda (diperankan oleh Denny Sumargo)

Berbagai konflik pun terus-menerus terjadi di dalam keluarga Ahok. Yap, garis besar cerita A Man Called Ahok memang tentang sepak terjang sang mantan gubernur DKI Jakarta tersebut. Mulai dari bagaimana dia memutuskan studi di Jakarta sampai masalah-masalah yang dia hadapi saat masih menjadi anggota DPRD serta pencalonan dirinya menjadi Bupati Belitung Timur. Sayang, film ini terkesan terlalu "padat" konflik dan penyelesaiannya hanya satu.

 

Sosok Basuki Tjahaja Purnama (Daniel Mananta) saat memutuskan terjun ke dunia politik (Foto: YouTube)

 

"Orang miskin pasti akan kalah dengan yang kaya. Orang kaya pasti akan kalah dengan mereka yang punya kuasa," kata Tjung Kim Nam muda yang diperankan Denny Sumargo. Kata-kata itulah yang akhirnya menjadi motivasi Ahok untuk mencalonkan diri sebagai pejabat. Bagaimanapun, sifat-sifat yang ditanamkan sang ayah sejak dia kecil tetap melekat dan menjadi karakteristik seorang Ahok di kancah politik. Kedekatan dan konflik merekalah yang membuat film ini sarat makna.

Pemilihan Daniel Mananta sebagai aktor yang memerankan Ahok juga bisa dibilang bagus. Sebab, Daniel sangat mahir menirukan sosok Basuki. Mulai dari suaranya yang serak hingga kebiasaannya membenarkan posisi kacamata dengan bagian belakang jari telunjuk. Penasaran dengan kehebatan akting Daniel? Yuk, tonton A Man Called Ahok di bioskop!

Belitung Timur menjadi latar utama (Fotor: YouTube)