Zetizen.com – Siapa sih anak yang senang kena marah? Nggak ada deh rasanya. Apalagi kalau yang marah adalah ibumu sendiri. Duuh, bisa panjang dan nggak selesai-selesai deh kamu diceramahin macem-macem. Kesel? Bete? Udah pasti kamu rasain. Rasanya langsung pengin keluar dari rumah dan senang-senang sendiri aja deh.
But wait, yakin tuh kamu mau gantian ngambek dan marah sama ibumu? Coba deh duduk sebentar dan tenangin pikiranmu. Kadang, ini loh yang ada dipikiran ibumu waktu akhirnya terpaksa marah-marah sama kamu.
Baca juga:
Sebuah Surat Cinta- Bagian 1
|
Rasa Khawatir yang Sangat Besar
"Udah nggak usah ikut main kesana. Jauh itu, apalagi naik motor. Nggak usah ya,". Dapat larangan tanpa kompromi kayak gitu, dijamin deh mood bakalan langsung anjlok. Kenapa sih punya Ibu harus overprotective kayak gitu. Nggak pengen banget lihat anaknya senang?
Kalau kamu termasuk salah satu yang pernah berfikir kayak gitu, cepat-cepat deh minta maaf sama Ibu! Soalnya, pernah nggak sih kamu punya barang kesayangan yang kamu jaga supaya nggak disentuh apalagi dipakai siapapun? Nah, itulah kamu buat orang tua mu, terutama ibumu. 9 bulan di kandungan dan bertahun tahun membesarkan, rasanya, kamu itu adalah harta paling berharga, bahkan mungkin udh jadi kehidupan dari ibumu yang nggak ternilai harganya.
Baca juga:
We Are a Happy (Fan)mily!
|
Pengen Orang Lain Memandangmu dengan Baik
Pernah nggak sih kalian merasa kesal karena Ibu selalu ngomel dan memarahimu tiap kali pulang malam? Lagi asyik-asyik nongkrong bareng teman, eh handphone udah bolak-balik aja bunyi dengan nama ‘Mama’ terpampang besar di layar. Atau buat yang cewek-cewek nih, belum apa-apa, Ibu udah melarangmu memakai pakaian ini dan itu. Pikirmu, Ibumu emang super oldies dan nggak ngerti trend fashion zaman sekarang!
Well, sebelum kamu men-judge ibumu ketinggalan zaman, coba deh pikirin. Di masyarakat, tindakan-tindakan seperti pulang malam atau berpakaian ‘minim’, sering distigmakan secara negatif. Bukan nggak mungkin, tetangga atau bahkan saudaramu mulai berbicara yang macam-macam tentangmu. Nah, bayangkan perasaan ibumu yang udah begitu sayang sama kamu saat harus mendengar cibiran semacam itu tentangmu. Ah, kamu pasti nggak bakal sampai hati kan bikin ibumu sedih begitu?
Sifat Baikmu, Kebanggaannya
Salah satu hobi Ibu yang nggak pernah absen diberikan, adalah rutinitasnya dalam memberikan kamu nasehat demi nasehat. Kadang, kamu sampai merasa hafal dan bosan saking seringnya mendengarkan petuah yang sama. Biasanya nih, hal-hal yang selalu diingatkan Ibumu nggak jauh dari bagaimana cara bersikap di hadapan orang lain. “Kamu harus sopan sama orang tua”, “Jangan membeda-bedakan orang”, “Jangan boros, ayahmu susah payah banting tulang. Masih banyak orang yang nggak beruntung di luar sana”, dan berbagai petuah lain.
Jangan menganggap Ibumu cerewet dan berlebihan, guys. Hal ini dilakukan semata karena beliau ingin membiasakanmu tumbuh dengan sifat-sifat baik yang melekat kuat. Buat ibu, kesuksesanmu dalam hidup dan sifat baikmu di mata orang lain adalah kebanggaan dan pencapaian yang luar biasa. Itu jadi bukti keberhasilan beliau mendidikmu sejak kecil. Kamu pasti nggak mau kan melihat ibumu merasa bersalah karena tingkah lakumu yang nggak pantas?
Membekali Kamu ‘Amunisi’ Menghadapi Dunia Nyata
Baru aja pulang sekolah, Ibu udah gatal menyuruh-nyuruhmu buat belajar. Atau kalau nilaimu jelek, Ibu juga langsung ‘bernyanyi’ dengan sederet petuah tentang gimana kamu seharusnya belajar lebih rajin lagi. Meski kadang sambil bercanda, tapi kamu merasa Ibumu terlalu menuntutmu buat mengejar prestasi sempurna. Why so ambitious, mom? Toh kita nggak hidup dari nilai sepuluh di pelajaran-pelajaran sekolah!
Hmm, coba deh putar sedikit pandanganmu. Sebagai orang yang lebih dulu dewasa, Ibu jelas udah merasakan sendiri gimana kerasnya persaingan yang ada di dunia nyata. Kalau kamu cuma pernah mendengar cerita tentang sulitnya mencari kerja, maka Ibumu mungkin udah pernah melihat bahkan mengalaminya sendiri. Maka, salah satu hal yang paling nggak beliau inginkan buat terjadi, adalah melihatmu kesulitan dan gagal ‘bertempur’ menghadapi dunia nyata nanti. Daripada melihatmu kesulitan bahkan frustrasi karena gagal bersaing, beliau lebih memilih dianggap cerewet dan menyebalkan. Yang penting, ‘amunisi’ mu buat bertempur udah aman terisi!
Pengen Melihatmu Bisa Memenuhi Peran Sosialmu Kelak
Kita hidup di dunia yang penuh dengan tuntutan. Hal ini udah jadi sebuah kepastian yang nggak bisa ditawar-tawar. Bakal ada waktu dimana kamu harus menjalankan peran-peran sosial yang ‘dituntutkan’ masyarakat dan lingkungan pada dirimu. Salah satunya, adalah mengenai tugas-tugas ‘wajib’ yang harus dimiliki oleh pria dan wanita.
Kelak ketika kamu udah tumbuh dewasa, akan sampai waktunya dimana kamu bakal menjadi seorang Ibu dan Ayah. Di saat itu, kamu nggak bisa lagi berbuat seenaknya. Kalau kamu wanita, maka kamu punya tanggung jawab buat melayani keluarga. Pun kalau kamu adalah seorang pria, yang punya kewajiban buat mencari nafkah. Ibumu udah merasakan sendiri berada pada fase ini. So, beliau paham betul apa yang harusnya dimiliki seorang laki-laki dan perempuan sebagai bekal buat memenuhi peran sosialnya. Kalau Ibu cerewet menyuruh anak gadisnya buat belajar memasak dan rajin membersihkan rumah, atau anak cowok untuk nggak bermalas-malasan dan rajin membantu keluarga, maka kamu sudah paham kan alasannya?
Ibu Juga Pernah Muda, Ibu Juga Punya Orang Tua
Waktu kamu ngambek dan marah sama ibumu, pasti deh pikiran semacam "Ah ibu mah mana ngerti pikiranku!" terlintas di benakmu. Coba deh kamu pikir-pikir lagi. Sebenarnya, bukan ibumu yang nggak ngerti pikiranmu. Tapi justru kamu yang nggak bisa ngerti pikiran ibumu. kenapa? Soalnya ibumu pernah jadi anak dan pernah punya orang tua juga. Sementara kamu? Emang udah pernah jadi ibu-ibu?
That’s why, ketika memiliki kamu sebagai anak, Ibumu jadi merasakan bagaimana sulit dan besarnya tanggung jawab seorang Ibu. Mungkin, di masa mudanya dulu, Ibumu pun suka menggerutu kalau dimarahi nenekmu. Tapi, beliau udah membuktikan sendiri kalau omelan-omelan itulah yang bisa membesarkannya sampai jadi seperti sekarang. Kelak mungkin kita juga bakal tahu guys beratnya tanggung jawab itu. Siapa tahu di masa depan nanti kita bisa jadi lebih cerewet dari Ibu-Ibu kita sendiri?