Zetizen.com - Sama seperti sampah lainnya, sampah elektronik atau E-waste adalah peralatan elektronik yang dibuang dan tidak digunakan. Termasuk semua komponen, bagian rakitan, dan bahan habis suatu produk. Selain nggak bisa diurai oleh alam, jenis sampah ini memiliki banyak banget hal yang membahayakan tubuh kita kalau tidak ditangani dengan tepat loh! Ada apa aja sih emangnya?
Sampah elektronik sendiri dikategorikan sebagai limbah bahan beracun dan berbahaya (B3). Sebab, sampah tersebut mengandung substansi berbahaya seperti timbal, merkuri, dan kadmium. jika kita terkontaminasi limbah beracun tersebut maka tubuh kita akan mengalami kerusakan pada sistem saraf, ginjal, dan otak. Bahkan dapat diteruskan kepada bayi melalui ASI loh! "Komponen-komponen itu merupakan bahan toksik yang diketahui sangat persisten dan dapat terakumulasi di lingkungan serta tubuh manusia,’’ ujar Dewi Dwirianti ST MEng, praktisi teknik lingkungan bidang AMDAL dan Solid Waste Management and Sanitation.
Kebanyakan orang beranggapan bahwa membuang limbah elektronik ke tanah atau sungai tidak akan menimbulkan bahaya. Namun nyatanya, hal ini salah besar loh! Jika kita membuang sampah elektronik begitu aja, semua zat berbahaya yang bersifat toksik di dalamnya akan terserap ke tanah dan air. Akibatnya, zat-zat tersebut juga mencemari lingkungan yang kita gunakan sehari-hari. Bisa dibayangkan kan bagaimana jika kamu mengkonsumsi makanan dari daerah yang tercemar limbah elektronik?
Terus, boleh nggak sih kalau sampahnya dibakar? Weits, hal ini malah sangat tidak dianjurkan loh! Jika kamu membakar barang-barang elektronik tersebut, plastik beserta senyawa lain yang ada di E-Waste justru membuat senyawa baru yang lebih berbahaya dan bersifat karsogenik guys. bahayanya lagi, senyawa tadi akan terbawa dengan udara dan menyebabkan banyak orang terkontaminasi senyawa tersebut.
Populasi E-waste di Indonesia sendiri makin meningkat di tiap tahunnya. Hal ini tak lepas dari perkembangan jaman yang secara tidak langsung menuntut upgrade gadget agar bisa menunjang aktifitasnya. Sebagai contoh, Surabaya yang merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia memiliki jumlah potensi timbunan sampah elektronik dengan rata-rata 3,90 kg/orang/tahun pada tahun 2012. Jadi, jika di tahun 2017 penduduk Surabaya berjumlah 3.057.766 jiwa, potensi limbah elektronik yang dihasilkan mencapai 11.925 ton/tahun. Jumlah ini masih belum ditambahkan dengan kota-kota yang ada di seluruh Indonesia loh.
Mungkin banyak orang yang beranggapan jika dijual kita malah rugi. Namun, pilihan ini jauh lebih bijak daripada membuangnya atau bahkan menimbun
sampah elektronik
di rumah. pasalnya, dengan menjual kembali, ada banyak orang yang akan membeli hanya untuk keperluan pribadi maupun untuk di jadikan kanibal barang lain. Hal ini justru jauh lebih menguntungkan daripada kita menumbunnya di rumah.