Zetizen-Siapa pun pasti kesal kalau acara penting terganggu hujan. Apalagi acaranya outdoor. Nggak heran jika banyak yang menggunakan jasa pawang hujan. Profesi itu sebetulnya ada sejak lama di Indonesia, lho. Hhmm, kira-kira kalau dalam ilmu sains gimana, ya? Apakah hujan betul bisa dihentikan? Let’s find out! (elv/c12/lai)
Pawang hujan menjadi bagian kearifan lokal Indonesia. Orang Betawi menyebutnya dukun Pangkeng, sedangkan di Bali disebut Nerang Hujan. Ada juga Bomoh di Riau dan Pangngissengang di Sulawesi Selatan.
Dalam tradisi Jepang, ada Teru-Teru Bozu, boneka penangkal hujan yang digantung di depan pintu dan jendela.
Suku Indian di Amerika melakukan ritual Rain Dance, menari dengan kostum khusus dengan harapan turun hujan.
Di Thailand, ada ritual menancap kan seikat serai secara terbalik ke tanah oleh seorang gadis perawan. Hal itu dipercaya dapat menghentikan hujan.
Secara sains, sudah ada teknologi yang bisa mengendalikan hujan. Cloud seeding atau teknologi rekayasa cuaca ditemukan Vincent Schaefer pada 1946.
Hujan buatan dilakukan dengan menyemai awan menggunakan bahan yang bersifat higroskopik sehingga pertumbuhan butir hujan di awan meningkat.
Bukan membuat atau menghentikan hujan dari nol, ya! Cloud seeding hanya mempercepat proses terjadinya hujan sehingga langit bisa cerah beberapa waktu sebelum acara dimulai.
Operasi membuat hujan buatan dilakukan dengan pesawat yang dimodifikasi khusus untuk menyemai bahan garam seperti sodium klorida atau potasium klorida ke udara.
Cara lainnya, menginduksi badai hujan dengan sinar laser. Para ahli dari University of Central Florida menilai tindakan itu lebih mudah daripada cloud seeding tradisional.
Oh ya! pawang hujan dan cloud engineering adalah dua profesi yang berbeda, ya. Cloud engineering berada di bidang teknologi informasi yang bertugas membangun dan memelihara infrastruktur cloud atau cadangan data.
Zetizen-Cuaca dapat dimodifikasi dengan teknologi. Hal itu dilakukan Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC), salah satu unit kerja di bawah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). BBTMC semula bernama Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan (UPTHB), yang digagas Presiden Soeharto untuk mendukung sektor pertanian di Indonesia.
Badan yang beroperasi sejak 1985 itu bertugas melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan teknologi modifikasi cuaca. Mulai menyusun program, mengembangkan daya guna modifikasi cuaca, hingga melayani jasa teknologi cuaca. Layanan yang diberikan berupa konsultasi meteorologi, hidrologi, dan mobile radar.
Mereka membantu meningkatkan intensitas curah hujan, penipisan asap, pengisian waduk irigasi dan PLTA , serta mengantisipasi terjadinya bencana penyimpangan iklim seperti kekeringan dan banjir. BBTMC ditunjang peralatan canggih seperti pesawat Casa 212-200, pesawat Piper Cheyenne, X-Band Doppler mobile radar, dan Automatic Weather Station, lho!
Tahun lalu BBTMC memanfaatkan machine learning dalam memprediksi tinggi muka air tanah lahan gambut untuk mencegah kebakaran hutan. Dengan menggunakan kecerdasan artificial itu, BBTMC dapat memberikan rekomendasi provinsi yang berisiko tinggi. Wah, keren ya! (elv/c12/lai)