Are You a Zetizen?
Show Menu

Desainer Muda bawa Fashion Indonesia ke Kancah Internasional

Zetizen Zetizen 17 Apr 2016
Desainer Muda bawa Fashion Indonesia ke Kancah Internasional

PERNAH dengar ungkapan ’’your culture is your brand’’ nggak? Well, nggak bisa disangkal kalau kita pasti bangga saat nama Indonesia dikenal di kancah internasional. Apalagi kalau bukan sekadar nama, tapi juga budaya. Nah, itulah yang dilakukan beberapa desainer kita, guys. Lewat fashion, peran mereka dalam memperkenalkan budaya lokal nggak kalah penting loh dari karya film atau musik. Siapa aja sih desainer itu? Yuk, disimak! (msh/c23/rat)

Toton Januar from TOTON

Toton Januar (foto: dok. pribadi)

Toton mengobarkan semangat Bhinneka Tunggal Ika lewat rancangannya. Apalagi saat memamerkan koleksinya di Mercedes-Benz fashion Week Tokyo F/W 2015 dan Paris fashion Week S/S 2015. Dia memamerkan tenun Lagosi dari Makassar dan batik buketan dari Pekalongan loh!

’’Kita bisa kok menyelipkan bordir Betawi atau payet tato Dayak pada batik Jawa Barat,’’ ujar Toton. Meski tetap menyesuaikan desain dengan selera pasar, Toton konsisten memadukan aksen Nusantara. ’’Jangan sampai bingung memenuhi kebutuhan orang lain, tapi identitas diri (label) terbengkalai,’’ ungkapnya.

Setelah lulus dari Universitas Indonesia jurusan media broadcasting, Toton melanjutkan kuliah fashion study di Parsons New School of Design. Label TOTON didirikan pada 2012 sebagai kecintaannya terhadap sejarah, budaya, dan kekayaan alam Indonesia. Saat ini, koleksi TOTON tersedia di berbagai concept store di Singapura hingga New York.

 

Patrick Owen from Patrick Owen


Patrick Owen (foto: dok. pribadi)

Fashion week di Melbourne, Hongkong, dan Korea pernah dijajal Patrick. Nggak heran, tema yang disajikan memang unik. Di Hongkong fashion Week S/S 2015, dia menyajikan koleksi Maharati yang mengusung warna tribal Dayak. Di Melbourne fashion Week F/W 2016, desainer kelahiran 1989 itu menyajikan koleksi Singsing yang berarti ’’tarian’’ dalam bahasa Papua.

’’Aku ingin menunjukkan bahwa Indonesia bukan sekadar etnik atau batik. Kita juga bisa kok menggunakan aksen lain yang kontemporer,’’ ujar alumnus University of New South Wales itu. Kesuksesan Patrick di kancah internasional nggak lepas dari dukungan brand make-up Indonesia, Make Over. Lewat desainnya, Patrick juga ingin menghilangkan stigma buruk publik luar negeri terhadap Indonesia.

 

Mel Ahyar from Happa

Mel Ahyar (foto: dok. pribadi)

Kemegahan Kerajaan Sriwijaya dijadikan inspirasi oleh Mel Ahyar di Berlin fashion Fashion Week 2014 loh. Mel yang merupakan alumnus women's wear di ESMOD Jakarta mendapat undangan dari ESMOD International untuk mewakili Indonesia. ’’Agak jiper karena takut malu-maluin. Ternyata, sambutannya luar biasa!’’ kata Mel saat ditemui di studionya.

Kerajaan asal Sumatera itu ditampilkan Mel dengan teknik layering print dan tulle sehingga menghasilkan efek 3D. ’’Aku suka mencoba teknik baru seperti cutting atau volume. Di tiap desain, aku usahakan ada unsur lokal,’’ ujar Mel. Meski begitu, Mel menganjurkan untuk nggak melanggar pakem saat membawa unsur batik. ’’Setiap batik itu punya cerita. Perhatikan pakem untuk menghormati tetua,’’ kata perempuan penyuka pakaian hitam tersebut.

Kini, Mel mempersiapkan diri untuk fashion show di Berlin pada Juni mendatang. Rencananya, dia menampilkan songket palembang yang dipadukan dengan potongan gaya modern. Good luck!

RELATED ARTICLES

Please read the following article