ROTORUA, Zetizen.com – Kali ini, skuad Alpha Zetizen of the Year (AZOTY) 2017 disambut keramahan Rotorua, tepatnya di desa adat Whakarewarewa, kemarin (28/11). Ini bukan destinasi biasa, melainkan desa yang masih ditinggali suku asli Selandia Baru, Maori. Di sana, 34 AZOTY diajak mengelilingi thermal village dan disambut para petinggi dengan tarian selamat datang.
Nggak lama, AZOTY pun masuk lingkungan thermal village ditemani Nanny Chris, tetua adat suku Waihao. Begitu sampai di pintu gerbang, bau belerang mendadak menyesakkan hidung. Panas bumi di desa itu mengakibatkan uap panas meletup-letup. Menelisik keluar lewat rongga batuan yang ada. Panas bumi itulah yang mengakibatkan air di sana bersuhu 90–100 derajat Celsius.
Agar nggak sia-sia, air tersebut ditampung dalam danau atau dialirkan ke sungai yang jadi kolam pemandian. Saking panasnya, rembesan uap itu bisa mengukus makanan ataupun membuat bathtub dadakan. Warga sekitar sering meletakkan bahan makanan di atas sumber-sumber uap panas yang menyembul ke permukaan bumi. Nanti makanan hasil masakan uap panas itulah yang disajikan kepada wisatawan.
Puas berkeliling, ada kejutan menanti AZOTY 2017. Mereka disambut lagi dengan penampilan kebudayaan Maori. Di antaranya, tarian perang haka, Poi Dance, sampai lantunan lagu pemungkas Pokarekare Ana. Tanpa disadari, seluruh AZOTY sangat menikmati pertunjukan tersebut. Mereka ikut bernyanyi, bergoyang mengikuti irama lagu, sampai ada yang menangis haru.
Ya, euforia kemarin menguras emosi Tian Ocxiryan. AZOTY perwakilan Jambi itu tiba-tiba berlinang air mata. ’’Rasanya ironis sekali lihat penampilan mereka,’’ ujar Tian.
Menurut dia, Indonesia, termasuk daerah asalnya, juga punya kesenian tradisional yang nggak kalah bagus. Sayang sekali belum ada yang mengemas hingga seatraktif itu. ’’Iri banget lihat mereka bisa tampil memperlihatkan budayanya kepada turis asing dengan penuh kebanggaan,’’ kata Tian sembari mengusap air matanya.
Begitu pun yang dirasakan Dhita Yoana dari Jawa Barat; Haikal, AZOTY Aceh; dan Yeni Ekawati, AZOTY Bangka Belitung. Ketiganya dibuat gemas dengan polemik tanah airnya yang cenderung no action talk only. Setelah berkunjung ke Whakarewarewa, mereka punya motivasi baru. ’’Aku salut masih ada orang seperti Nanny Chris dan keluarganya. Dengan merogoh kocek pribadi, mereka mengelola desa jadi sekeren ini,’’ ucap Dhita.
Terlebih lagi, suku itu bisa menjadikan desanya sebagai destinasi wisata sekaligus menjalankan misi mulia untuk menjaga keberlangsungan alam dan bumi. Yeah, takes your time, Gang! Saatnya kalian yang harus bisa mengaplikasikan ilmu tersebut di daerah masing-masing sekembalinya dari Selandia Baru! (c14/dri)