Zetizen.com - Saat buku pertama J.K. Rowling (JKR) sebagai Robert Galbraith (RG) diterbitkan, banyak yang menganggap The Cuckoo’s Calling (Dekut Burung Kukuk) sebagai novel detektif yang mudah ditebak. Jika dibandingkan dengan karya-karya Sir Arthur Conan Doyle dan Agatha Christie, JKR mungkin bisa dibilang masih babyboomer. Tapi, seiring waktu, kiprah JKR dalam dunia detektif tak bisa lagi dipandang sebelah mata.
Sedikit menoleh ke belakang, RG merilis novel keduanya yang berjudul The Silkworm (Ulat Bulu). Mengarah pada karya sastra korban dalam novel, buku itu disebut-sebut sebagai kritik JKR terhadap dunia buku dan penerbitan yang membesarkan namanya. Dengan ide cerita yang lebih unik, jelas saja buku ketiganya, Career of Evil (Titian Kejahatan) sangat ditunggu-tunggu, khususnya oleh pecinta novel detektif.
Masih mengusung karakter utama detektif Cormoran Strike, Titian Kejahatan bercerita tentang sebuah paket misterius berisi potongan tungkai wanita. Paket itu ditujukan kepada Robin Ellacott, tangan kanan Strike. Ada empat orang yang dicurigai Strike. Namun, polisi malah memburu orang yang menurut Strike punya kemungkinan paling kecil. Yap, sama seperti dua buku sebelumnya, Strike lagi lagi terlibat kasus yang bertentangan dengan kepolisian.
Meski masih mengangkat tema cerita yang sama, kasus yang diusung kali ini lebih personal, baik bagi Strike maupun Robin. Hal itu membuat Titian Kejahatan bisa menjadi jawaban bagi pembaca yang selama ini penasaran dengan kehidupan Robin. novel ini juga mengungkap alasan Robin drop out dari universitas. It doesn’t feel cheap, but it feels earned. JKR jelas sudah merencanakan latar belakang Robin sejak hari pertamanya menulis Dekut Burung Kukuk. Bagi yang selama ini benci dengan Matthew, kekasih Robin, relax! Ada alasan kenapa Robin menyukainya.
Selain plot yang solid, buku ini pun punya feels yang terasa kuat. Karena tidak lagi fokus pada wawancara [saksi mata] dan menelisik lokasi satu demi satu seperti buku-buku sebelumnya, JKR seolah ingin fokus pada konflik psikologi. Well, tidak heran, karena JKR dikenal dengan karakterisasinya yang sangat kuat seperti pada serial Harry Potter dan The Casual Vacancy (TCV).
Berbicara tentang TCV, novel itu dikenal dengan kehadiran lebih dari lima sudut pandang atau point of view (POV). Jika umumnya penulis mengusung dua POV dalam satu novel, JKR membuktikan pakem itu tidak berlaku melalui TCV. Sayangnya, kehadiran POV sang pembunuh, selain POV Strike dan Robin, membuat Titian Kejahatan seolah susah mendapatkan rating sempurna. Sebab, pembaca seperti tidak diberi ruang berimajinas karena semuanya out in the open. Namun, tidak usah khawatir, JKR selalu bisa membuat kejutan dalam tiap halamannya.
Overall, Titian Kejahatan membuat pembaca yang memandang sebelah mata kemampuan JKR menulis cerita detektif tidak sabar menanti novel selanjutnya. Sebab, harus diakui bahwa dari ide cerita sampai karakterisasinya terus berkembang. Meski bukan novel young-adult, karakter Strike dan Robin yang mulai terungkap agaknya cukup untuk membuat para pembaca terlarut dan mengidolakan keduanya. (rat/giv)